Kini Daniel dan Jilly sudah berbaring di tempat tidur yang sudah bergelung dengan selimut. Salah satu di antara mereka ada yang sulit tertidur karena memikirkan sesuatu.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Daniel.
"Bagaimana kalau seandainya nanti Paman dan Bibi ingin melihat keadaan Ametsa?"
"Tidak perlu," jawab Daniel spontan.
Jilly yang sedari tadi hanya diam memandang langit pun langsung menolehkan kepalanya ke samping di mana saudaranya tersebut berada.
"Kenapa?" tanyanya dengan kening yang berkerut.
"Karena mereka akan khawatir, terutama Mama."
Laki-laki tersebut yang mendengar jawaban Daniel pun langsung menghela nafas sejenak sebelum akhirnya salah satu di antara mereka pun berbicara.
"Kau benar, tetapi ... apakah aku bisa melakukannya?"
"Kau bisa."
"Semudah itu kau berbicara, padahal ---" Daniel menyela ucapan Jilly, laki-laki tersebut berkata, "Kau yang membuatnya menjadi terasa sulit."