Ametsa dengan cepat mencoba menghubungi sahabatnya itu yang saat ini mungkin saja sudah kembali pulang ke Rumahnya sendiri. Dengan tangan yang bergetar serta tubuh yang melemas, gadis itu ingin meminta tolong kepada Daniel untuk menjemputnya.
"Halo."
"D-daniel," panggil Ametsa dengan suara seraknya itu.
"AMETSA, KAU KENAPA?!"
"T-tolong jemput aku sekarang," ujarnya sembari menghapus air matanya yang terus mengalir. "Aku benar-benar lelah."
"Baiklah, aku akan datang. Beri tahu aku di mana kau sekarang?!"
Kemudian Ametsa melihat sebuah bangunan besar yang ia yakini sebagai Rumah sakit termahal yang ada di kota ini. Dream Hospital adalah nama bangunan tersebut di mana dulu tempat ini dirinya dilahirkan ke dunia ini.
"Aku berada di dekat rumah sakit tempat aku dilahirkan dulu, Daniel. Kau masih ingat, kan?"
Di seberang sana Daniel yang mendengarnya pun langsung mengangguk dengan kekhawatirannya yang begitu luar biasa.
"Iya, baiklah, aku akan datang sebentar lagi. Kau tunggulah di sana dan jangan pergi kemana-mana, oke?"
Panggilan pun dimatikan sepihak oleh Ametsa yang sudah sangat lelah karena terus menangis, bahkan ia tidak bisa melihat sekitarkarena terhalang oleh air mata yang sudah bergerumul di kelopak matanya sehingga kini dirinya pun berjalan mendekati sebuah Halte dan duduk di sana dengan tangis yang pecah.
Di sisi lain saat ini Daniel sedang dalam perjalanan menuju ke sebuah tempat dimana keberadaan Ametsa. Laki-laki itu benar-benar akan memukul Jason jika sampai terjadi sesuatu kepada sahabatnya tersebut.
"Ametsa, aku sudah melarangmu, tetapi kau tidak pernah mau mendengarkanku, kan?"
Sebenarnya Daniel pun sudah sangat frustasi dan laki-laki itu kini ingin segera sampai di sana untuk melihat keadaan Ametsa secara langsung.
Ponselnya yang semula tergeletak di atas dashboard pun langsung laki-laki itu ambil untuk menghubungi seseorang.
"Jilly, kau di mana?" tanyanya.
"Aku sedang di tempat temanku," jawab Jilly. "Ada apa?"
"Bagus, tolong kau berjalan ke arah Dream Hospital, lalu kau lihat di Halte, beri tahu aku jika ada orang di sana."
Mendengar itu membuat Jilly langsung mengerutkan keningnya. "Apa kau sedang menyuruhku?" tanyanya.
Daniel berdecak, lalu berkata, "Aku sedang meminta tolong kepadamu," ujarnya dengan kesal.
"Baiklah, aku akan memastikannya sekarang."
Panggilan pun berakhir dan kini Daniel pun kembali fokus pada kemudinya karena jaraknya yang lumayan cukup jauh dari tempat Ametsa saat ini berada.
Sementara itu Jilly yang sedang bersama seorang wanita pun saat ini menatap layar ponselnya dengan serius.
"Apa ini karena Ametsa?" gumamnya dengan kening yang berkerut. "Jika memang benar, aku harus memastikannya."
Laki-laki itu langsung berdiri dari duduknya tanpa mempedulikan seorang wanita yang berada di sampingnya.
"Sayang, kau mau ke mana?" tanyanya dengan wajah yang ditekuk. "Apa kau tidak ingin menemaniku malam ini?"
"Tidak bisa, maafkan aku."
"Kau mau ke mana?"
"Ada yang harus aku urus, lebih baik kau bersenang-senang saja dengan yang lain."
Setelahnya Jilly pun langsung bergegas pergi keluar dari Club tersebut dengan cepat melewati orang-orang yang saat ini sedang menikmati alunan musik DJ ke seluruh ruangan.
"JILLY!"
Suara panggilan untuknya membuat langkah laki-laki itu langsung terhenti, dan benar saja di belakang sana ada temannya yang merupakan pemilik tempat ini yang baru saja memanggilnya.
"Kenapa?" tanya Jilly kepada temannya.
"Apa ada yang salah denganmu?" ujar seorang pria yang berada di hadapannya saat ini. "Tidak biasanya kau seperti ini, tumben sekali kau pulang secepat ini."
Jilly menghela nafas sebelum akhirnya kedua tangan dari laki-laki itu berkacak pinggang.
"Ya, kau memang benar dan aku akui itu. Tetapi, apa kau ingat saudara sepupuku?"
Pria di hadapannya itu pun mengerutkan kening sembari berpiki hingga akhirnya berkata, "Oh, ya, aku ingat. Ada apa dengan Daniel?"
"Ya, karena dia, aku harus pergi dari Club ini."
"Abaikan saja, jika kau masih ingin bersenang-senang, cobalah berikan sebuah alasan kepadanya."
Jilly yang mendengarnya pun langsung berdecih, lalu salah satu tangannya menepuk pundak dari temannya itu.
"Tidak, lebih baik aku lakukan saja, karena aku tidak mau menjadi seperti dirimu." Kemudian ia memberikan senyuman terbaiknya itu kepada temannya yang saat ini masih memandang dirinya dengan kesal. "Sudahlah, aku pergi dulu, sampai jumpa, Noah."
Seperti yang diperintahkan oleh Daniel, saat ini Jilly sudah berada di dekat Dream Hospital, tepat disebuah Halte ia melihat seorang gadis cantik dengan dress yang semampai membuat dirinya langsung mengerutkan keningnya seketika.
Kemudian ia pun langsung menghubungi saudaranya itu untuk memberitahukan keberadaan dari seseorang yang berada di Halte. Dirinya benar-benar merasa penasaran siapa yang berada di sana.
"Daniel," panggilnya.
"Ya, bagaimana?" tanya seseorang di seberang sana. "Apa dia di sana?"
"Dia siapa?" Bukannya menjawab, Jilly justru balik bertanya membuat Daniel menghela nafas. "Jangan bilang kalau dia yang ada di sana adalah Ametsa?"
"Siapa lagi, aku sejak sekolah pun hanya memiliki satu teman dekat perempuan dia saja."
Mendengar hal tersebut membuat Jilly langsung memijit pangkal hidungnya sejenak.
"Ah, ya, kau benar, aku melupakan itu. Ya sudah, cepatlah datang kemari, sepertinya dia tertidur."
"Ya, masih butuh waktu 30 menit lagi untuk sampai di sana, jadi tolong kau perhatikan dia saja dari kejauhan, mengerti?"
Dengan malas, akhirnya Jilly pun menganggukkan kepala dan berkata, "Baiklah, aku akan menjaganya, kau tidak perlu khawatir."
"Baik, terima kasi Jilly."
"Tetapi ingat, ini tidak gratis, kau tahu itu, kan?"
"Hm, aku sudah bisa menduganya. Ya sudah, kirimkan saja nomor rekeningmu, nanti akan aku transfer uangnya."
Jilly yang mendengarnya pun langsung tersenyum semringah sebelum akhirnya laki-laki itu mengangguk menyetujuinya.
"Baiklah, aku akan selalu menjaganya dari sini."
"Hm, ya sudahlah, tetap awasi dia, jika ada orang yang mendekatinya tolong kabari aku kembali secepatnya."
"Siap!"
Panggilan pun dimatikan oleh Daniel yang kini kembali memfokuskan dirinya untuk mengemudi agar ia cepat sampai di sana.
Sementara itu Jilly masih berada di kejauhan sana untuk menjaga Ametsa yang sedang tertidur di Halte.
"Ametsa," panggil seseorang. "Aku sudah mencarimu kemana-mana, tetapi ternyata kau berada di sini."
Gadis itu yang sedang tertidur pun langsung membuka kedua matanya secara perlahan hingga akhirnya Ametsa mendapati Jason yang sudah berada di depan matanya.
"Kau?!" ujar Ametsa yang langsung menghindari pria tersebut. "Sedang apa kau di sini?! Pergilah, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi! PERGI!"
"Ametsa, tenanglah, aku tidak pernah bermaksud menyakiti perasaanmu, sungguh."
"TIDAK, AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMPERCAYAIMU LAGI."
Jilly yang berada dikejauhan sana pun langsung membelalakkan kedua matanya, kemudian ia mencoba menghubungi kembali Daniel akan tetapi tidak ada satu pun yang terangkat membuat dirinya benar-benar khawatir karena takut terjadi sesuat kepada Ametsa.
"Ck! Ayolah, Daniel. Ametsa-mu sedang dalam bahaya."
Ketika sedang berusaha menghubungi saudaranya itu, terdengar suara mobil mewah yang baru saja berhenti tepat di depan Halte tersebut membuatnya langsung menghela nafas seketika.
"AMETSA!"