"Kenapa kau terus melihat ke arahku dengan seperti itu?!"
Daniel benar-benar kesal melihat seseorang yang berada di sampingnya yang selalu menatapnya. Sepanjang perjalanan kedua mata Ametsa tidak pernah lepas kepadanya.
"Kau selalu saja diam setiap kali aku bertanya sesuatu," ujar Ametsa. "Kau ini kenapa?"
"Aku tidak apa-apa, bukankah sudah kujawab semua pertanyaanmu?"
"Tidak, kau salah, bahkan sangat. Aku tadi bertanya kenapa, tetapu kau tidak memberiku sebuah jawaban."
"Kan, sudah kukatakan bahwa hanya aku dan Tuhan yang tahu."
"Tcih, ya sudahlah jika kau tidak ingin memberitahuku."
Daniel terkekeh, sebelum akhirnya laki-laki itu pun berkata, "Apa kau marah?" tanyanya.
"Menurutmu?" ujar Ametsa dengan kedua tangan yang melipat di dada serta wajah yang ditekuk.
"Jangan seperti itu, kau malah terlihat semakin menggemaskan dimataku, Ametsa."