Alena langsung menarik Alvaro agar menyudahi perdebatannya dengan cewek yang sudah melontarkan kata kasar itu ke Alena.
"Sudah Al, diliatin banyak orang." Alena berbisik pelan ke telinga Alvaro
"Kalau sampai gue dengar ada yang ngatain Alena lagi, abis lo pada!" Alvaro berteriak lalu berjalan menuju tempat duduknya.
Melihat Alvaro yang marah-marah seperti tadi membuat Alena jadi takut.
"Ale, kerja kelompoknya mau kapan?" Tanya Alfani hati-hati ke Alena, entar kalau Alvaro marah lagi bisa ribet.
"Aduhh, gimana ya. Aku juga bingung." Alena nampak berpikir sejenak.
"Al, kamu maunya kapan?" Tanya Alena ke Alvaro.
"Pulang sekolah di rumah gue," Jawab Alvaro singkat, padat, dan jelas.
"Kita engga ada yang tau rumah lo dimana Var?" Tanya Alfani lagi-lagi dia berhati-hati. Bicara dengan Alvaro bisa membuat seseorang terkena serangan jantung.
"Lo pulang naik apa? Sama siapa?" Alvaro malah balik nanya.
Naina sedaritadi hanya diam, tak sanggup mengeluarkan sepatah kata untuk berbicara dengan Alvaro.
"Kita pulang naik angkutan umum." Memang diantara Alfani dan Naina hanya Alfani yang berani berbicara dengan Alvaro, itupun Naina lihat Alfani harap-harap cemas.
"Kalian pulang bareng sama gue." Alvaro berucap dengan masih mengontrol emosinya.
"Hah, apa? Lo serius?" Alfani semakin takut dengan apa yang dilontarkan dari mulut Alvaro.
"Kenapa? Engga mau?"
"Al, jangan gitu. Mereka daritadi kayaknya takut sama kamu?" Alena berkata dengan wajah polosnya.
Alvaro tersenyum. "Maaf, tadi gue masih kebawa suasana."
"Iya, santai aja Var. Kita juga minta maaf karena nanya engga ngeliat situasi." Naina berhasil mengeluarkannya sekarang.
"Engga usah takut sama gue, kalau kalian engga cari masalah sama Alena. Gue engga bakalan apa-apain kalian berdua." Alvaro tersenyum dan membuat kedua perempuan yang duduk dihadapan Alena dan Alvaro mendadak ingin pingsan melihat senyuman yang begitu menawan dari seorang Fauzan Alvaro.
*****
Sepulang sekolah, Alena mengajak Alfani dan Naina menunggu Alvaro yang sedang ada urusan dengan Noval.
Mereka bertiga berdiri di depan mobil Alvaro. Banyak pasang mata yang sekarang sekarang berbisik menggosipi ketiga cewek ini.
"Maaf ya, gara-gara aku kalian kayaknya lagi dibicarain deh." Alena menundukkan kepalanya meminta maaf ke Alfani dan Naina.
"Santai aja kali Ale, emang dasarnya itu mereka suka aja bicarain orang lain. Engga bercermin dulu." Alfani tersenyum mengusap punggung tangan Alena.
"Kenapa kalian mau dekat-dekat sama aku?" Tanya Alena.
"Kita temanan sama siapa aja, kecuali orang jahat." Naina tersenyum.
"Lo orang baik Ale. Siapa yang engga mau temanan sama kamu? Mereka adalah orang-orang bego." Alfani memeluk Alena, Naina juga ikut memeluk kedua temannya.
"Makasih ya kalian udah mau jadi teman aku." Alena tersenyum. Ini adalah anugrah Tuhan. Alena bahagia karena Tuhan masih mempercayai Alena untuk bisa bertemanan dengan kedua orang yang sangat baik hati.
*****
Sesudah dari ruangan osis tempat kakaknya bersarang. Alvaro segera bergegas ke parkiran mobil.
Alvaro melihat dari kejadian awal pertemanan mereka bertiga. Ada rasa bahagia melihat Alena mempunyai teman selain dirinya.
"Engga ada yang mau meluk ini?" Dengan percaya diri Alvaro berjalan ke arah ketiga teman itu sambil merentangkan tangannya.
Alfani maju tetapi ditahan oleh Naina. "Apasi Na, lepasin. Gue mau meluk Varo!" Alfani sedikit menghentakkan tangannya yang ditahan oleh Naina.
"Alvaro itu mau meluk Alena, bukannya lo. Jangan terlalu percaya diri!"
Alena ketawa kecil. "Udah, udah mau sore ini. Kita ke rumah kamu aja Al." Alena menyudahi acara yang penuh percaya diri itu.
"Gagal meluk." Alvaro tersenyum kecut. Membukakan pintu depan untuk Alena.
Alena tersenyum. "Makasih Al." Alena masuk ke dalam mobil.
"Alena doang yang dibukain pintu, kita mah buka sendiri doang. Apalah daya yang jomblo. Yang sabar ya Na, gue selalu ada kok untuk luo" Alfani melebih-lebihkan.
"Lebay baget si lo." Naina menoyor kepala Alfani. Naina masuk disusul oleh Alfani yang bersumpah serapah dalam hati mengutuk Naina, teman sialnya yang jomblo.
Tidak beberapa lama, mereka telah sampai di rumah Cogan terganteng SMAE.
Alena, Alfani, dan Naina kagum akan megah dan mewahnya rumah Alvaro dari depan. Halamannya saja luas, banyak bunga-bunga.
"Ayo masuk." Alvaro sudah memarkirkan mobilnya di garasi. Memimpin ketiga cewek ini untuk masuk ke rumahnya.
Lagi. Setelah masuk, mereka terkagum-kagum melihat isi dalam rumah Alvaro yang bak istana ini.
"Kita kerja di perpustakaan aja, disini ada pengganggu." Alvaro tidak jadi mengajak temannya mengerjakan tugas di ruang tamu karena disana duduk Noval yang sedang memainkan handphonenya.
"Eh ada tamu." Noval baru sadar akan keberadaan Alvaro bersama dengan ketiga cewek yang dia yakini teman Alvaro sekaligus adik kelasnya.
"Mama kemana?" Tanya Alvaro.
"Lagi ke rumah Nenek, kalian mau kerja tugas?" Tanya Noval.
"Iya kak," Jawab Alena.
"Hah ada CEKUBU, eh maaf maksudnya anu..." Alvaro menatap tajam ke arah Noval.
"Nama lo siapa? Gue lupa." Noval menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Alena."
"Ale, kok lo tau si ketua osis?" Bisik Alfani ke telinga Alena.
"Dia kakaknya Alvaro."
Alvaro menarik tangan Alena agar ke perpustakaan. Kalau disini bisa-bisa Noval malah mengganggu bukannya membantu.
"Kita ke perpustakaan dulu ya kak." Alfani pamit dengan sopan ke Noval.
"Lo disini aja, biar Alvaro yang ngerjaiin." Noval meminta Alfani untuk menemaninya.
"Maaf kak, tapi ini tugas kelompok. Nanti gue engga dapat nilai." Alfani berjalan terburu-buru mengejar teman-temannya yang lain.
Noval ketawa sendiri melihat tingkah Alfani yang sedikit menggemaskan di matanya. "Lucu juga tu cewek."
Noval lagi enak-enak menghayal tentang masa depannya yang bersama Selena Gomes, namun tiba-tiba mamanya menarik telinganya.
"Lagi mikirin yang engga-engga ya kamu?" Noval tidak mengira sejak kapan mamanya sudah berada disini. Bukannya lagi di rumah Nenek.
"Mama ganggu aja, Noval lagi mikirin Selena Gomes ini." Mamanya lagi-lagi menarik telinga Noval.
"Awww, sakit ma." Noval mengusap-usap telinga yang ditarik sama mamanya.
"Kamu itu ya engga pernah berpikir dewasa, udah kelas 11." Mamanya terus mengoceh yang tidak jelas membuat telinga Noval sakit.
"Alvaro kemana? Mama lihat mobilnya sudah ada di garasi?" Tanya Mama.
"Di perpustakaan sama cewek."
"APA! KAMU BILANG APA? SAMA CEWEK? DI PERPUSTAKAAN?" Teriak Mama sampai kedengaran di ruang perpustakaan yang tidak jauh dari ruang tamu.
"Ada apa si Ma?" Alvaro keluar menghampiri mamanya.
"Kamu sama siapa di perpustakaan?" Mamanya menatapan menyelidik.
"Sama teman."
"Cewek?"
"Iya."
"ASTAGA AL, KAMU NGAPAIN?" Mamanya lagi-lagi berteriak.
"Lagi ngerjain tugas."
"Kenapa mesti di perpustakaan? Kenapa engga disini aja? Kan disini ada Noval yang jagain kamu, lagipula Noval pasti bantuin tugas kamu." Mama menarik Alvaro untuk duduk di kursi sebelah Noval.
"Lo ngomong apa sama mama?" Bisik Alvaro ke Noval.
"Gue bilang lo di perpus sama cewek," Jawab Noval dengan wajah tanpa dosanya.
"Astaga, lo bener-benar goblok!" Alvaro berteriak disamping telinga Noval.
"Kalian kenapa bisik-bisik kayak maling yang sedang berdiskusi?" Kali ini mamanya sedang dalam mode kepo yang berlebihan.
Alena, Alfani, dan Naina keluar dari perpustakaan karena mendengar suara-suara dari ruang tamu yang berisik dan Alvaro sampai sekarang tidak kembali.
"FAUZAN ALVARO, KAMU KENAPA NGAJAK TIGA CEWEK SEKALIGUS DI PERPUSATAKAAN?" Teriak mama membuat ruangan ini seketika mendadak heboh.
*****