Dara yang berada di balik pintu kamarnya, hanya terdiam tanpa bisa melakukan apapun. Kakinya enggan untuk keluar dari kamarnya dan hanya bisa duduk terjongkok bersandarkan pintu.
"Ayah, apa ayah sungguh-sungguh?" Tanya Shela sambil menundukkan kepalanya.
Mardalena tidak berkata apapun soal pernyataan Emel Raymond, suaminya. Bahkan dia bungkam seribu bahasa dan juga tidak ingin menghentikan Shela.
Emel berpaling, "Kalau kau bercerai dengan Darlie, jangan harap kau bisa bertemu dengan kami, apalagi bertemu dengan Dara." Kata Emel lalu pergi begitu saja.
Shela pun berdiri dari kursinya. Mata Mardalena memandang mengikuti arah langkah Shela. Dari matanya ia tampak menunjukkan belas kasihan, namun ia sendiri merasa tidak pantas atas perasaan itu.
"Jika saja Emel mau mengakuimu, maka aku juga tidak akan merasa kesulitan seperti ini." Batin Mardalena.
