Mentang-mentang Darlie adalah pihak pertama dari perjanjian kontrak kami, bukan berarti dia bisa seenaknya menyuruh aku datang dan pergi begitu saja. Aku masih punya harga diri! Jadi tidak ada alasan bagiku untuk kembali ke rumah itu, selain jika kakek Pramu dan orang tuaku datang berkunjung.
Menyuruhku kembali saat kemah usai? Cih! Yang benar saja. Dia berusaha menyogokku hanya dengan beberapa truk makanan, tentu saja itu tidak akan membuat aku luluh dengan mudah.
Darlie melirik Polin, Polin pun segera tahu apa maksud dari lirikkan Darlie tersebut.
"Shel, Dar, aku ke sana dulu." Ujar Polin mengundurkan diri sambil menunjuk ke arah teman-teman mahasiswaku yang lain.
Darlie hanya mengangguk, sedangkan aku enggan untuk memberikan respon.
Setelah Polin pergi, Darlie mengajak aku untuk duduk di kursi yang ada di sekitar situ. "Shel, mari bicara sebentar saja." Ujar Darlie.
Aku tahu Darlie orang yang keras kepala, jadi aku pun mau tidak mau mengikuti permintaannya.