Dara membenahi hati dan pikirannya, sebelum dia keluar dari kamar mandi. Ia tidak ingin terlihat kusut dan sedih di depanku. Sehingga ia mencoba untuk menutupi matanya yang bengkak karena habis menangis.
Ia mengenakan pakaiannya dan duduk di kursi yang ada tepat di sampingku. Aku menunggu Dara untuk membuka suaranya. Karena aku enggan untuk bertanya terlebih dahulu padanya, mengenai pendapatnya soal masalahku yang telah aku ceritakan.
"Shel, kamu pasti berharap aku akan mengerti soal tindakanmu dan tidak melaporkan hal ini pada kedua orang tua kita, apalagi pada kakek Pramu kan?" Pada akhirnya Dara membuka percakapan denganku.
"Ya, kalau mau dikatakan seperti itu. Aku mohon kak, jangan bilang-bilang pada siapa pun dulu ya." Aku memelas pada kak Dara. Sedikit merengek juga untuk dimengerti.
"Baiklah kalau begitu. Besok kita pulang dan menghadapi mereka."
