Hatiku ingin menghampiri Darlie dan aku melakukannya. Melihat wajahnya yang suntuk dan punggunnya yang tertunduk lemas, rasanya aku ingin mengembalikan semangat pria yang penuh percaya diri tersebut.
"Maaf soal yang tadi." Ujarku ketika datang menghampiri Darlie Wijaya yang tengah menuangkan wine ke dalam gelas kaca.
"It's oke." Kata Darlie singkat.
Darlie tertunduk lagi dan hanya berbicara satu kalimat pendek. Tiba-tiba lampu padam dan ruangan menjadi sangat gelap. "Ah, mungkin ada perbaikan. Kenapa juga matinya sekarang ya!" Ujarku terus mencari topik pembicaraan.
Kebetulan ruangan dapur kami tidak jauh dari halaman belakang rumah. Kami juga menggunakan kaca sebagai dinding pembatas halaman belakang dan dapur. Jadi samar-samar aku bisa melihat bayangan wajah Darlie dari pantulan sinar bulan purnama.