Saat pulang dari London, Diana sering mengurung diri di kamarnya. Dia sama sekali tidak ingin bertemu dengan orang luar untuk 3 bulan pertama ia kembali. Ia tidak menangis atau pun marah. Ia hanya hidup tanpa ekspresi untuk beberapa saat.
Ibunya sungguh prihatin dengan keadaan Diana. Akan tetapi sebagai seorang ibu, ia memilih untuk terus mendukung Diana apa pun keputusan dari putrinya tersebut.
Semakin hari Diana semakin merindukan Polin. Ia menekan rasa itu, seperti mau gila rasanya. Hanya ada satu foto yang saat itu mampu menegarkan hatinya, foto Polin dengannya saat mereka pergi liburan bersama ke Tapadokia.
Memang bukan foto yang romantis, tapi setidaknya melihat wajah Polin membuat dia sedikit merasa lebih tenang akan gejolak di dalam hatinya yang terus menekannya.
Berjuang seorang diri dalam suatu hubungan sama dengan menyakiti diri sendiri. Mengingat orang yang sama sekali tidak peduli dengan perasaan kita, sungguh membuat rasa kecewa itu menjadi pasti.