Di dalam mobil kami tak berkata sepatah kata pun, terdiam sampai di rumah Megy. Aku dan Selo masih dalam tatapan peperangan.
Polin menggandeng tanganku dan membantuku turun dari mobil, "Apa kau bisa jalan?"
"Dasar manja!" Seru Selo.
Aku melirik Selo dengan tatapan tidak senang. Lalu menggandeng lengan Polin semakin erat untuk membuat Selo semakin merasa terganggu.
Disisi lain Megy membantu mengiringi Selo, sepertinya lutut Selo cedera. Mungkin tadi saat kami terjatuh di atas lantai, lututnya menanggung beban berat saat aku menindihnya dari belakang.
Polin menjadi sibuk, ia menyediakan air hangat untuk membasuh kaki dan tanganku, begitu juga air hangat untuk Selo.
"Kak, jangan membantunya. Cewek sarkas seperti dia ngak pantas buat di bantu! Bagaimana bisa dia membuat luka pada perutku hanya dengan jari tangannya?" Kata Selo sambil menunjukkan luka goresan yang ada di perutnya.
"Jangan mengangkat bajumu sembarangan, dasar tukang pamer." Seruku kepada Selo.