"Tidak pantas?" Lis memicingkan matanya.
Di lain pihak, Ariana yang mendengar Hailee memanggil Lis dengan sebutan 'ibu', terbelalak. Terkejut.
Ibu?!
Apa sebenarnya hubungan mereka berdua?!
Ariana dan Elvina tergugu melihat kedekatan yang ditunjukkan antara Hailee dan Lis. Bukan hanya itu saja, Margaretha pun mengangkat alisnya dengan penuh tanya.
"Lis, apa ini adalah gadis yang kau ceritakan padaku?" tanya Margaretha pada sahabat lamanya ini.
"Iya, dia yang aku ceritakan padamu," jawab Lis dengan tegas, tapi dari raut wajahnya, seseorang dapat memastikan kalau dia masih kesal dengan apa yang Ariana dan Elvina lakukan pada Hailee.
Beruntungnya, Margaretha cepat menangkap ekspresi tidak senang dari Lis dan segera mengambil tindakan. Biar bagaimanapun juga, dia telah mengenal Lis sejak lama.
Bukan hanya sahabat, Margaretha menghormati Lis sebagai businesswoman yang sukses. Dia telah melihat bagaimana sepak terjang Lis selama ini, maka dari itu, mengambil sisi buruk Lis, sama sekali tidak akan menguntungkan baginya, dalam segi apapun.
"Itu adalah kursi umum, kenapa kau menghina kerabat Mrs. Tordoff dengan mengatakan kalau dia tidak pantas berada di sana?" tanya Margaretha, tatapan matanya tajam memandang karyawannya ini.
"Maaf, itu… saya tidak tahu kalau gadis ini adalah kerabat Mrs. Tordoff." Elvina tampak serba salah. Kalau dia tahu, tentu saja dia tidak akan mengatakan hal- hal bodoh semacam itu.
"Dan Miss. Bell, kenapa kau harus membuat keributan hanya untuk sebuah sofa?" tanya Margaretha, dia menatap wajah Ariana yang sekarang telah berubah menjadi merah padam, karena malu dan kesal. Senyum manis yang tadi dia tunjukkan tidak dapat terlihat lagi, sementara tangannya mengepal dengan erat ke sisi tubuhnya.
"Bukan begitu," Ariana membantah. "Aku adalah tamu VIP, bukankah aku harus mendapatkan yang terbaik?" dia berusaha membela diri dalam keadaan seperti ini.
"Yang terbaik?" Margaretha mendengus. Keluarga Bell tidak ada apa- apanya jika dibandingkan dengan keluarga Tordoff, atau separuh dari pelanggan VIP miliknya, maka dari itu, Margaretha sama sekali tidak keberatan kalau dia harus kehilangan koneksinya dengan keluarga Bell.
Namun, Margaretha punya cara lain yang lebih baik.
"Kalau kau memang begitu menyukai sofa itu, kau bisa membawanya pulang." Margaretha melambaikan tangannya ke arah sofa yang diperebutkan itu dan berkata pada Elvina. "Minta seseorang untuk mengirim sofa itu ke kediaman keluarga Bell, karena sepertinya putri kedua mereka begitu menyukainya."
"Baik," jawab Elvina dengan patuh.
"Dan, aku ingin bicara denganmu diruanganku setelah aku selesai dengan Lis," sambung Margaretha yang membuat jantung Elvina kembali berdegup tidak karuan, tentu saja pembicaraan mereka nanti ini, tidak akan menjadi salah satu pembicaraan yang menyenangkan baginya.
Setelah berkata demikian, dia menatap wajah Lis yang sedikit menjadi lebih baik, sepertinya dia cukup puas dengan apa yang Margaretha lakukan.
"Ayo Lis," ajak Margaretha sambil membalik badan. "Dan kau juga Hailee. Aku akan membuat sebuah gaun yang luar biasa untukmu."
"Lain kali, kalau kau memang ingin mendorongnya, tidak perlu menolongnya di akhir," gerutu Lis. "Mengerti?"
Hailee cukup terkejut ketika mendengar hal itu, tapi kemudian dia menyeringai. "Iya, bu."
Bukan hanya Lis tidak memarahinya karena telah membuat keributan, tapi juga dia membelanya sedemikian rupa dengan mengatakan hal tersebut. Tentu saja ini membuat Hailee senang.
Dan sebelum dia berjalan mengikuti kedua wanita yang sangat disegani di bidangnya masing- masing itu, Hailee mendekati Ariana dan berkata dengan suara pelan, tapi cukup dapat didengar olehnya.
"Enjoy your sofa…" ucap Hailee sambil terkikik geli, lalu pergi meninggalkan Ariana yang mengertakkan giginya dengan kesal.
Ariana Bell tidak pernah dipermalukan seperti ini sepanjang dua puluh lima tahun hidupnya!
Tapi, kemudian dia menjadi bertanya- tanya, siapa sebenarnya gadis muda bernama Hailee ini? Dan apa hubungan diantara dirinya dan keluarga Tordoff? Lalu gaun luar biasa apa yang akan Margaretha buatkan untuknya?
***
Tepat pukul sebelas malam, Hailee sampai dirumah setelah mengikuti Lis seharian pergi membeli ini dan itu, mengukur lingkar tubuhnya di tempat Margaretha Lamos, bahkan sang perancang busana sendiri yang melakukannya.
Sungguh pengalaman yang luar biasa!
Tapi, justru membuat Hailee menjadi semakin panik mengenai kebohongan yang dia lakukan. Semakin Lis berbuat baik padanya, maka semakin tidak enak hati jadinya Hailee dan di saat yang bersamaan dirinya juga menjadi semakin takut untuk mengatakan yang sebenarnya.
Setelah seharian pergi berdua bersama Lis, Hailee juga jadi sedikit lebih memahami wanita tersebut. Walaupun Lis selalu tampak seperti wanita bertangan besi dan pebisnis yang handal, tapi di sisi lain, dia adalah sosok ibu yang menyayangi anak- anaknya.
Begitu Hailee masuk ke dalam rumah, dia mendapati Ramon tengah duduk di ruang tengah sambil menghadapi laptopnya. Sepertinya dia sedang memeriksa sebuah laporan dari apa yang Hailee lihat di layarnya.
Apapun itu, Hailee sama sekali tidak peduli. Dirinya sangat lelah dan bersyukur Lis tidak ikut turun, tapi langsung pulang ke rumahnya sendiri yang berjarak sekitar beberapa ratus meter dari kediaman Ramon.
Kemudian, tanpa basa- basi Hailee mendudukkan dirinya disebelah Ramon dan membuat pria itu meliriknya dengan penuh tanya, sebelu kembali mengalihkan pandangannya pada laporan di hadapannya.
"Kau pergi dengan ibuku seharian," kata Ramon, dan itu bukanlah pertanyaan, melainkan pernyataan. Dirinya sangat mengetahui ibunya dengan baik, dan bila Lis ingin pergi untuk shopping spree, maka satu- satunya orang yang akan bertahan dengan kegilaannya itu adalah; Lexus.
Mereka berdua bisa benar- benar lupa daratan ketika harus berbelanja. Sayangnya, karena kesibukkan mereka akhir- akhir ini, hal tersebut sudah jarang mereka lakukan.
Maka dari itu, Ramon dapat memahami bagaimana lelahnya Hailee karena mengikuti ibunya seharian.
"Ibumu…" ucap Hailee, tapi dia tidak bisa menemukan kata- kata yang tepat untuk menggambarkannya. "Apa ibumu adalah seorang athlete jalan cepat? Kenapa dia bisa terlihat sama sekali tidak lelah setelah keluar masuk puluhan toko?" tanya Hailee dengan tatapan mata kosong, melihat tiga orang pria membawa tas- tas belanjaan yang kesemuanya adalah milik Hailee.
Lis seperti ingin mengisi wardrobe nya dalam sekali waktu, bahkan Hailee tidak mengingat apa saja yang telah dibelikan Lis untuknya.
"Kau membutuhkannya," jawab Ramon dengan enteng, dia bahkan tidak melirik tas- tas belanjaan yang berjejer di depan pintu dan tengah dipindahkan ke kamar Hailee.
"Aku memang membutuhkannya," gumam Hailee, mengingat kalau dirinya sempat diremehkan oleh Ariana Bell pagi ini karena apa yang dia kenakan.
"Sebaiknya kau berendam di air hangat, karena Lexus bilang, besok dia akan mengajak kau pergi," ucap Ramon, jarinya menari di atas laptopnya.
"Kemana?" Hailee mengerutkan keningnya dengan curiga.
"Belanja," jawab Ramon dengan enteng.
Apa?!