Keluarga Tordoff adalah salah satu bigshot di kota A! Bagaimana mungkin Hailee begitu bodoh untuk melupakan hal ini!?
Seketika itu juga Hailee dapat merasakan adrenaline- berpacu sangat cepat hingga membuat kepalanya sedikit berputar.
"Apa kau baik- baik saja?" Walaupun suara Lis Tordoff terdengar lembut, tapi matanya yang tajam menyiratkan bahwa dia tengah menyelidiki sesuatu dari gadis muda di depannya. "Kau tampak pucat."
"Saya baik- baik saja…" Hailee menggelengkan kepalanya, dia menatap jari jemarinya di atas pangkuan tangannya. Tidak tahu harus berkata apa sekarang.
Bagaimana bisa nasibnya begitu tidak beruntung seperti ini?!
Lis Tordoff kemudian menghela nafasnya dengan pelan, membuat Hailee berjengit ketakutan. Wanita ini pasti telah mengetahui kebohongannya.
Ramon Tordoff merupakan salah satu bachelor terkenal di kota A, dibandingkan adiknya, Lexus Tordoff, yang selalu bergonta- ganti wanita setiap pekan, kehidupan percintaan Ramon hampir tidak pernah terdengar sama sekali, bahkan kehidupan pribadinya pun jarang terekspos.
"Mengenai hubungan dirimu dan Ramon…" Lis memulai, tapi Hailee segera memotong kata- katanya.
"Saya minta maaf!" Hailee segera menundukkan kepalanya dengan khidmat, seperti seseorang yang tengah meminta ampunan, "Saya tidak bermaksud berbuat seperti itu dan mengaku menjadi tunangan Ramon!"
Memiliki masalah dengan Roland Dimatrio saja sudah membuat hidup Hailee jungkir balik, apalagi kalau dirinya harus berurusan dan mendapat murka dari keluarga Tordoff, mungkin ke ujung dunia pun, tidak akan ada tempat yang aman bagi Hailee.
Hailee benar- benar tidak bisa berpikir jernih sekarang.
Namun, di luar dugaan, Lis justru mengusap sisi wajah Hailee dengan lembut, bukan malah menamparnya karena telah sangat lancing untuk mengaku sebagai tunangan putranya.
"Saya menyetujui hubungan kalian berdua," Lis berkata.
"Huh?" Apa?
Keterkejutan Hailee atas apa yang Lis ucapkan membuat Hailee mengangkat kepalanya dan menatap langsung wanita elegan di hadapannya ini.
Hailee tercengan ketika dia melihat ekspresi wajah Lis yang melembut dengan linangan air mata yang dia coba untuk tahan.
Apakah wanita ini akan menangis? Tapi, kenapa? Terharu?
Ugh! Ada apa dengan wanita ini?
"Maaf… saya tidak mengerti…" Hailee bertanya dengan takut- takut, menatap Lis dengan waspada. Mungkinkah ini jebakan? Tapi, untuk apa wanita seperti Lis Tordoff mau menjebaknya?
Lis menghela nafas dalam, setelah berdiam cukup lama untuk menenangkan diri, dia terlihat sedikit santai. "Aku tahu hubunganmu dengan Ramon tidak berjalan baik karena pertentangan dariku, tapi kini aku tidak akan ikut campur lagi dalam hubungan kalian."
Eh? Maksudnya apa?
Hailee mengerjapkan matanya berkali- kali, mencoba mencerna apa yang Lis coba utarakan.
Dan dari apa yang Hailee tangkap dari penjelasan monolog Lis mengenai penyesalannya karena telah menentang hubungan Ramon dan 'kekasihnya', Hailee dapat menyimpulkan beberapa hal;
Pertama, Ramon telah memiliki hubungan rahasia dengan seorang wanita yang bahkan tidak diketahui namanya oleh Lis. Lis menentang hal ini karena dia telah memiliki calon lain yang akan dirinya jodohkan dengan putra pertamanya itu.
Kedua, Lis tidak pernah berhasil mendapatkan informasi apapun mengenai wanita yang Ramon kencani selama dua tahun belakangan ini karena Ramon sangatlah tertutup mengenai kehidupan pribadinya dan tidak terlalu terbuka bahkan pada ibu dan adiknya.
Ketiga, sepertinya sebelum Ramon kecelakaan, dirinya telah menghilang selama dua hari dengan niat untuk menikahi kekasihnya ini dan membawa hubungan mereka ke depan public.
Tentu saja semua insiden ini di tangani dengan cermat oleh Lis hingga tidak bocor ke media massa, atau kalau tidak, mereka tidak akan berada di kafetaria ini dan berbicara dengan santai.
"Aku akan menyetujui keputusan Ramon," Lis menggelengkan kepalanya. "Aku akan menyelenggarakan sebuah pesta pernikahan untuk kalian berdua saat Ramon sudah dalam kondisi yang baik. Apapun keputusannya kali ini, aku akan setuju."
Hha? Dia pasti bercanda, kan?
Hailee mengerutkan dahinya. Berpikir keras. Sepertinya kesalahpahaman ini benar- benar telah menjadi sangat buruk.
"Maaf Mrs. Tordoff, tapi saya…" ucapan Hailee terpotong ketika Bodyguard tadi menghampiri Lis dan menginformasikan mengenai kondisi Ramon saat ini.
"Operasinya telah berjalan dengan lancar dan Tuan Ramon sudah di pindahkan ke ruang rawat," ucapnya dengan suara yang berat.
Tapi, yang Hailee pikirkan saat ini adalah bagaimana dirinya bisa meluruskan benang kusut yang semakin tidak keruan. Dirinya benar- benar bingung darimana harus memulai.
Dan lagi, Hailee pun penasaran dengan apa yang Taylor katakan pada Alex hingga dapat mengusir mereka pergi bahkan tanpa usaha yang berarti.
Tidakkah Alex mengatakan pada Taylor bahwa bossnya sedang bersama dengan pembunuh? Kalau memang itu yang dikatakan Alex, sudah pasti Hailee telah dibekuk saat ini, tapi kalau tidak… kenapa Alex menyembunyikannya? Bukankah dia dikirim untuk menangkap dirinya?
Belum lagi dengan masalah kalau nanti Ramon terbangun, maka sudah bisa dipastikan Hailee akan benar- benar berada dalam kubangan gelap dimana dia tidak akan bisa menyelamatkan dirinya lagi.
"Baiklah, Taylor kamu bisa mengurus semua itu…" Lis berkata pada bodyguard yang bernama Taylor tersebut, bahkan karena terlalu banyak yang Hailee pikirkan, dia sama sekali tidak mengingat isi dari percakapan antara Lis dan Taylor. "Ayo Hailee."
Hailee memiliki reaksi lambat atas ajakan Lis, tapi ketika dia membalasnya, yang keluar dari bibirnya justru kata- kata bodoh. "'Ayo' kemana?"
Lis mengangkat sebelah alisnya, tapi kemudian tersenyum. "Tidak perlu terlalu sungkan pada Ibu, kita punya banyak waktu untuk saling mengenal satu sama lain."
'Atau mungkin sebaiknya kau tidak perlu mengenalku sama sekali.' Batin Hailee, meringis ketika dia tidak bisa menolak ajakan Lis untuk pergi dari Kafetaria tersebut, padahal minuman Hailee baru di minum sedikit dan milik Lis bahkan tidak tersentuh sama sekali.
"Hailee, aku suka namamu," Lis berkata dengan lembut. Sepertinya dia tengah berusaha untuk menebus apa yang telah dia lakukan pada putranya, dengan bersikap dan memperlakukan Hailee sebaik mungkin, tapi ini akan menjadi boomerang bagi Hailee suatu saat nanti.
"Terimakasih," jawab Hailee pelan.
Mereka akhirnya berjalan kembali menuju rumah sakit saat matahari hampir terbenam, cahaya keemasan yang menyilaukan bertabur di ufuk barat, menembus helaian dedaunan yang rimbun.
Sementara itu, Hailee menyeret langkahnya dengan berat sambil memikirkan pilihan apa yang dirinya miliki saat ini. Tentu saja, melarikan diri dari para bigshot, Tordoff dan Dimatrio, merupakan rencana mutlak yang harus Hailee lakukan.
Setelah mereka berdua sampai di ruang VVIP rumah sakit tersebut, Taylor mendorong pintunya terbuka untuk mereka berdua dan kata- kata Lis selanjutnya membuat Hailee menjadi jauh tidak tenang lagi.
"Kau bisa bermalam di sini untuk sementara waktu, kalau kau membutuhkan sesuatu maka Taylor akan ada di luar," ucap Lis.