Chereads / SiputRI / Chapter 32 - Edisi Spesial

Chapter 32 - Edisi Spesial

Ini adalah keseharian dan perasaanku di kehidupan nyata:

aku masih sama seperti biasanya,merenung sendiri dalam kamar dan yang masih memiliki masalah dalam hati yang tidak mampu untuk berbicara,

Mungkin hanya tulisan-tulisan kusam inilah yang membuat aku lega,aku bisa banyak berbicara dan meluapkan semua yang ada di hati yang sedang terluka..

Saat ini aku benar-benar sakit hingga ke lubuk hati yang terdalam,

Padahal yang aku lakukan hanya lebih bersemangat dalam doaku,yang ku lakukan hanya ingin kembali dalam ibadahku dengan serius,tetapi kenapa dunia tidak menyetujuiku,aku di lempar jauh-jauh hingga tidak memiliki arti lagi.

Orang terdekatku pun seolah bekerja sama lalu mencari di setiap kesalahanku,walau aku tidak memiliki kesalahan sedikitpun,kesalahan fatal yang dia perbuat sendiri dia lemparkan kepadaku hingga aku menjadi korban apa yang dia lakukan,mungkin hatiku sakit,tetapi aku tak berdaya,aku hanya berdiam di dalam kesunyian,karena hubungan darah mengikatku erat.

Seolah-olah setiap kata yang terucap darinya menginginkan kepergianku yang baru saja datang lalu seolah mengacaukan kebahagiaanya,hingga aku tidak nyaman di zona itu dan ingin pergi secepatnya dari sana.

Aku tidak pernah mempermasalahkan semua ini dalam doaku,aku hanya memohon kepada tuhanku untuk memberikan kesehatan,kebahagian,lepas lenyap dari pada orang-orang jahat dan selalu mengandalkan tuhan,

Saat ini aku benar-benar terganggu dengan masadepanku,

Mungkin masadepanku akan hancur begitu saja,saat permasalahan ini terus berlanjut.

Air mataku menetes hampir setiap waktu,bahkan kejantanan dan umur yang sudah menua tidak menghalangi derasnya air mata berlinang,

Tetapi biarlah itu semua menjadi pengalaman dalam hidupku sedari kecil sampai saat ini,aku hanya berdoa kepada tuhanku biarkan aku menjadi seseorang yang berarti di masa mendatang,mungkin keadaan ini membuat aku seolah-olah menjadi seseorang yang tidak pernah baik di mata banyak orang,bahkan banyak orang menganggap aku adalah orang yang tidak patuh,yaaaaa aku baik tentang hal itu.

Tetapi jauh dari pada itu,hatiku pernah menangis lebih kejam dari pada hari ini,hingga aku memutuskan untuk tidak pernah lagi dekat dengan luka,bermain dengan sahabat yang mengerti kesedihanku,yang mengerti arti sebuah persahabatan yang baik,yang mengerti diriku di saat aku dalam keadaan yang sulit.

Pikirku waktu itu,kediamannya adalah kekejian tiada akhir hanya menuntut untuk aku sama dengan apa yang dia pikirkan.

bukan aku membangkang atau ingin mencari kebebasan,karena walaupun aku patuh tidak akan menjamin duniaku akan indah,malah perlahan aku binasa dan tak berkembang,aku tidak pernah mengutuki kediamanku itu,atau orang di dalamnya,tetapi orang-orang di sana hanya mementingkan cara berfikirnya dan tidak menghiraukan perasaan seseorang,

Dia memerintah dengan paksa,dia hanya tau tentang kemarahan dan tanpa menggunakan otaknya untuk memimpin,dia hanya tau semua yang dia perintahkan harus dia kerjakan dan jika tidak,kemarahan yang membara-bara adalah cara dia untuk kita patuh pada perintahnya.

Aku tidak pernah mempermasalahkan tentang perintah yang di ajukan kepada kami,tetapi kemarahan yang selalu melukai hati bahkan fisik kami bukan lagi hal jarang terjadi di dalam rumah keji ini,inilah kenyataan kehidupanku dan mendasar di dalam hatiku.

Aku sudah berjuang di negara orang untuk menyelesaikan bidang studyku,support dari seseorang yang tercinta selalu membuat aku menjadi kuat dan tegar,walaupun dalam keadaan yang sangat kritis hingga pernah membuat aku menyerah,tetapi dia membuat aku bersemangat dalam juang, banyak rintangan yang aku lewati dari awal sampai akhir aku berjuang untuk menempuh studyku,Aku harus belajar bahasa asing yang benar-benar tidak aku mengerti sedikitpun,aku berjuang di negara bebas yang memiliki peraturan tegas,

aku tau aku adalah seseorang yang dungu dan tak mampu dalam segala bidang,tetapi tekat dan doa selalu aku panjatkan dalam setiap langkahku dan juga penyemangat yang selalu ada dalam perjuanganku,

Aku menulis ini mengalir dalam apa yang aku ingat dan tanpa ada sedikitpun yang lepas dari pada kejadianku sendiri dalam masalalu,mungkin aku terlalu menyudutkan seseorang dalam ceritaku,tetapi aku hanya ingin meluapkan kemarahan dalam hatiku yang tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berdoa dalam diam.

Aku telah berjuang banyak hingga di titik ini,tetapi kenapa rumah itu tidak pernah mengerti betapa beratnya bebanku saat itu....

Bahkan saat itu aku belum memiliki apapun untuk aku bisa hidup sendiri,jika memang rumah itu ingin mengusirku dari zona nyaman, tunggu hingga aku mampu menopang beban hidupku,

Aku memang datang tanpa membawa hasil apapun,hanya kertas yang aku bawa dan tidak membawa segudang uang yang mampu membuat rumah itu di penuhi dengan barang-barang mewah, tetapi asal kau tau!

Aku berantakan 4 bulan sebelum kepulanganku,ada banyak pilihan maksiat dalam otakku,bekerja ilegal di negara ini,bekerja ilegal di korea,bekerja ilegal di china atau pulang dengan hinaan tetangga atau hinaan orang dalam rumah.

Aku di sana tidak memiliki siapapun untuk berkata-kata dan meminta solusi terbaik untuk masalahku,bahkan orang terdekatkupun memilih untuk aku melakukan hal maksiat asal aku membawa segudang uang.

Aku hanya termenung setiap saat,memikirkan kekacauan hidupku,aku bersujud dalam doaku,memohon dalam doa solusi terbaik.

4 bulan telah berlalu pilihanku hanya 2,pulang atau tetap tinggal.

Aku di sana benar-benar di manja dengan uang,bahkan makanan yang serba mewah,segala apapun bisa aku dapatkan dengan sangat mudah di sana,hanya dengan bekerja, bermain dengan waktu dan tanpa keluar keringat sedikitpun,hingga menyakinkan aku untuk tetap tinggal walaupun dalam keadaan yang ilegal.

Tekatku sudah benar-benar bulat,aku sudah mulai termakan akan kebahagiaan di sana,aku larut dengan segala kecukupan di sana,

Tetapi aku yang telah terbiasa dalam doa,aku memohon solusi yang terbaik dalam setiap perenungan doa-doa,lalu sebulan sebelum itu aku banyak merenungkan tentang banyak hal akan resiko yang terjadi nantinya,hingga membuat aku menimbang-nimbang kebenaran dan resiko yang terjadi,

Tuhanku mengingatkan aku bahwa harta bukanlah segalanya,dia mengatakan jadilah pribadi yang sempurna,teguh dan tidak memperdulikan tentang apa yang telah nyaman.

Di kala itu aku benar-benar menembus semua ketidak mungkinanku,aku berjanji dengan diriku sendiri aku akan berjalan seperti yang tuhan kehendaki,

Aku berdoa dengan menggunakan hatiku yang paling dalam bersujud hingga aku terasa di atas kakinya lalu aku memohon, aku akan pertaruhkan segala masadepanku serta harta bendaku dan kenikmatan sementara ini,bahkan rasa malu yang akan di hina oleh semua orang,bahkan hinaan orang dalam rumah,aku pasrah dan menyerahkan masadepanku kepada tuhanku,meski aku harus menanggung semua resiko,

Akupun memutuskan untuk pulang,aku mempersiapkan semua kepulanganku,

tetapi kendala menghunus nadiku..

aku memiliki 2 pekerjaan tetapi tidak satupun dari mereka yang membutuhkan aku,aku hampir lengah karena aku tidak memiliki uang sedikitpun untuk membeli tiket pesawat untuk pulang,

pikiran burukku mulai menghatuiku lagi mengiming-imingiku untuk tetap tinggal,tetapi aku tetap berjuang.

Aku meminta belas kasihan kepada orang yang telah mensupport aku sampai detik ini,aku memohon dengan sangat dan keputusanku sudah bulat,lalu dia sangat mengerti batin dan perasaanku,dia memberiku uang yang lebih untuk aku membeli tiket pesawat.

Akupun pulang tanpa membawa uang sedikitpun,aku menerima banyak hinaan,aku menerima banyak wejangan yang mengatakan aku bermalas-malasan,aku tidak bertanggung jawab,aku tidak menghormati perjuangan yang telat di rintis sekian lama,aku tau tidak butuh uang sedikit untuk itu.

Ya biarlah itu terjadi padaku,aku sudah tau semua yang akan terjadi,aku mau menanggung semua resiko yang terjadi,

Kini aku hanya menunggu takdir tuhan,penantian yang panjang,selalu berdoa,dan tidak pernah berhenti berjuang dan berkarya hingga mampu menciptakan sebuah kualitas yang sempurna.