"tunggu sebentar,siputri" kataku mencegah dia pulang
"Ada apa lagi?"
"Kamu ke sini hanya untuk menanyakan itu?Kita pergi makan dulu yuk aku traktir,ini bukan soal cerita cinta kita di dunia fiksi, tetapi tentang sang penulis dan peran utama di dunia nyata"
"Aku kebetulan lewat aja jadi sekalian mampir,Boleh kalau gak ngerepoti"
Aku mengeluarkan motorku dari garasi motor
"Ayo naik motor bersamaku ke rumah makan"
Aku bersama siputri menyusuri perkampungan jalan yang berbatu hingga berada di tempat yang di penuhi keramaian
"Sudah sampai,maaf ya motorku buntut sekali"
"Sudah jangan pikirkan tentang motormu itu,mending kita urus perut kita yang sedang mengaung"
"Hahaha,benar juga kamu..
Ayo masuk"
Aku bersama siputri masuk rumah makan kecil dan terlihat penuh pengunjung,
"Mas,aku pesan ayam gepreknya dua porsi,sama esnya juga dua" kataku
"Iya mas tunggu sebentar ya?!" kata mamang rumah makan
Lalu aku duduk bersama siputri
"Udah lama sekali kita gak terikat cerita seperti ini ya?"
"Hahaha,iya....beban keterikatan di sana membuat aku jenuh dengan narasi yang di atur"
"Haha,maaf membuat kamu terbebani begini"
"Tak masalah,karena itu adalah sebagian tugas utamaku"
"Tapi menurutku takdir yang di letakkan oleh seorang penulis tidak selamanya tidak bisa di ubah loh"
"Maksudmu?"
"Iya....sekalipun takdirmu sebagai pacarku,tetapi jika kamu berjuang melepas ketidak mungkinan,kamu bisa melewati batasan itu"
"Hah,aku tidak mengerti tentang perkataanmu"
"Lihatlah aku dan dengarkanlah,aku sudah meletakkan takdirmu sama seperti orang pada umumnya,
saat kamu makan ayam gebrek nanti,
aku sudah menulisnya di lembaran kertas,bahwa kamu akan makan pakai sendok seperti orang pada umumnya"
"Apa maksudmu?"
"Lihat saja....
setelah itu,
aku sebagai seorang laki-laki pada umumnya akan membayari kamu makan"
Makanan kamipun datang dan siap untuk di lahap
"Ayo makan" tawarku sambil melihat bagaimana reaksi dia,apa dia akan menekan takdir tulisanku atau bertindak sesuka hatinya
"Omonganmu jadi ngelantur gitu sih?" Kata siputri
"Iya,aku makan" terlihat siputri ingin mengambil sendok tetapi dia terhenti lalu menatapku,
"Aku sudah terbiasa makan pakai tangan kok" kata siputri sambil mencuci tangan dan melihat padaku
Sedangkan aku makan dengan sendok
"Hahaha,maaf ya aku pakai sendok aja" lalu mengambil sendok dan garbu
"Iya" siputri makan lahap dengan tangannya dan tanpa terlihat malu sedikitpun
"Baiklah kalau begitu....nikmatilah,karena jarang-jarang aku mentraktirmu seperti ini" kataku
"Haha,hari ini kamu terlihat lucu...
tidak terlihat serius saat seperti memerankan karaktermu di cerita siputri"
"Begitu ya,aku harus lebih terlihat profesional dengan storyku,kalau tidak begitu percuma hasil kerja kerasku,maka dari itu aku tidak boleh setengah-setengah"
"Terus kalau sudah selesai cerita ini apa tujuan utamamu?" Lalu melahap makanannya
"Mewujudkan semua yang aku tulis"
"Haha,itu sangat sulit menurutku"
"Semua narasinya sudah aku rancang sesuai dengan realita,jadi jika aku sedikit berjuang pasti aku bisa mewujudkannya"
"Okay,keep spirit brother"
"Haha,thank"
"Jadi kamu serius tentang film,buku dan lagu siputri itu?"
"Pasti dong,aku akan berjuang hingga berdarah-darah dan aku hanya akan bermodalkan keyakinanku serta doa yang aku panjatkan"
"Terus semangat,jangan sampai kalah dengan orang-orang di sana yang sudah berjuang keras"
"Tentu,aku tidak akan mundur" sambil meminum es
"Kalau kamu terus menerus mengejar careermu dan bekerja terus,bagaimana caramu menikah?"
"Perempuan bukanlah hal yang utama bagiku,biarlah aku serahkan kepada takdir saja yang menentukan,dia yang menulis cerita hidupku pasti tidak akan pernah menulis cerita yang buruk untuk setiap karakter yang akan mengharumkan nama sang penulis"
"Haha,jadi itu juga sebagian tujuanmu menghayal tentang pacaran sama aku ya?"
"Hahaha,mungkin bisa di bilang begitu" aku tersenyum malu
"Sudah selesai kan makannya?" Kataku
"Sudah"
"Ya sudah,sebentar ya aku bayar dulu"
"Etttttttt,tunggu dulu!"
"Kenapa lagi?"
"Aku aja yang bayar"
"Kenapa jadi kamu yang bayar?kan aku janji traktir kamu?"
"Hari ini adalah hari bahagiaku,jadi izinkan aku sekali-kali mentraktirmu"
"Hahhhh,emang susah menebak pemikiran perempuan,ya sudah terserah kau sana"
Siputri ke depan untuk membayarnya
"Mas berapa?"
"Ohh iya,dua porsi sama es ya?"
"Iya,ini uangnya"
"Ini kembaliannya,makasih ya" kata mamang-mamang rumah makan
"Iya sama-sama"
"Ayo pulang" seru siputri ke arahku
"Baiklah,makasih ya" sambil naik motor
"Iya sama" lalu siputri juga naik
Aku mengantarnya langsung ke rumah siputri,
Lalu suara manis bergema mendebarkan jantung ku
"Selamat tinggal" (deg) suara jantungku seolah berhenti sejenak dan tidak ingin mendengar kata itu.