Ketika sedang melamun, suara ketukan pintu tidak membuatnya merasa teralihkan dari lamunannya. Laki-laki itu tetap saja memandang lurus ke depan seperti banyaknya beban pikiran.
Sharon baru saja memasuki kamarnya lagi setelah tadi laki-laki itu sudah mengobati luka di kedua telapak tangan saudaranya itu. Saat melihat San, ia langsung menghela nafas dan menutup pintunya kembali dengan punggungnya.
Laki-laki itu berjalan mendekati San dengan membawa sebuah nampan yang berisi makanan dan minumannya. Ia sangat senang karena saudaranya itu tidak lagi memberontak atau menghindarinya seperti yang selalu dilakukannya.
Setelah berada ditepi ranjang, Sharon kemuian menyimpan nampan tersebut tepat diatas meja dan memberikan sepiring makanan untuk adiknya itu.
"San, makan dulu," ujarnya kepada laki-laki itu. Sharon tahu jika adiknya pasti belum makan sama sekali, mengingat ia yang langsung pergi ke kamar tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.