Happy Reading
Imelda sudah berada di ruang operasi dengan beberapa staf medis yang sudah bersiap untuk melakukan pekerjaannya. Di hadapannya, Adi Prayoga sudah terbaring di tengah-tengah ruangan itu. "Segera panggilkan Dokter Kevin," ucapnya pada seorang perawat di sana.
"Baik, Dokter," jawab perawat itu.
Tak berapa lama, Kevin masuk ke ruangan dengan kondisi siap melakukan operasi itu. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sambil memandang wajah Imelda yang tertutup masker.
"Di mana dokter anestesinya? Keadaan pasien mulai tidak stabil." Imelda mulai sedikit panik melihat kondisi Adi Prayoga yang tiba-tiba saja menurun. Wanita itu berusaha membuat keadaan pasiennya menjadi lebih stabil.
Tidak lama setelah itu, seseorang dengan baju kebesaran untuk operasi masuk ke dalam ruangan itu. Dia adalah seorang dokter anestesi yang sejak tadi sudah ditunggu. Ada tatapan keterkejutan yang terlihat dari sorot matanya ketika melihat Imelda berada di sana juga. "Dokter Imelda! Bagaimana Anda juga bisa berada di sini?" tanyanya dengan tatapan tidak percaya. Dia tak menyangka seorang dokter bedah hebat seperti Imelda bisa terlibat sebuah operasi ilegal di sebuah klinik milik sahabatnya itu.
Imelda langsung memalingkan wajahnya dan melihat seseorang yang baru saja datang dan menyapanya itu. "Dokter Laura! Aku tidak menduga Anda juga berada di sini." Wanita itu cukup terkejut melihat kedatangan teman seprofesinya itu. Bahkan Laura terlihat seperti seorang dokter yang sangat baik dan profesional. Di balik wajahnya yang sangat ramah, ternyata Laura terlibat dalam tindakan ilegal seperti itu. "Cepat lakukan tugasmu, kondisi pasien bisa saja akan kembali memburuk. Kita bisa mengobrol setelah operasi selesai," ucapnya terdengar cukup dingin. "Dokter Kevin ... kamu yang bertugas untuk menjadi asistenku. Ku harap kita bisa bekerja sama," tegasnya sambil berjalan ke sisi di mana pasien itu terbaring.
Menjelang operasi dimulai, Laura melakukan pembiusan pada pasien, dan memastikan jika pembiusan bekerja dengan baik. Setelah semua siap, Imelda langsung melakukan tugasnya sebagai dokter bedah yang cukup handal. Dengan sangat hati-hati dan yakin, Imelda berusaha untuk mengeluarkan peluru di dalam dada Adi Prayoga tanpa melukai organ penting lainnya. Untung saja Kevin merupakan dokter yang cukup handal dan tidak mengecewakan.
Di luar ruang operasi, Brian dan juga Martin merasa sangat gelisah menunggu jalannya proses operasi itu. Tiba-tiba saja waktu seolah berjalan lebih lambat bagi mereka. Dalam kecemasan dan juga rasa lelah yang menyerang mereka, Martin bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di depan pintu ruang operasi. "Ini sudah hampir 3 jam. Kenapa mereka semua masih belum keluar?" Martin semakin cemas memikirkan kondisi bos-nya itu. Meskipun operasi ini sangat beresiko, Martin sangat percaya jika Imelda akan menyelesaikan operasi itu dengan sangat baik.
"Tenangkan dirimu! Jangan semakin membuatku panik," protes Brian sambil menatap tajam pria yang menjadi orang kepercayaan ayahnya itu.
Setelah 3 jam dalam suasana yang semakin mencekam dan cukup mendebarkan, tiba-tiba saja pintu ruang operasi terbuka. Imelda keluar dengan wajahnya yang terlihat sangat pucat dan tak bertenaga.
"Bagaimana keadaan Papa?" tanya Brian dengan tidak sabar.
Imelda menghentikan langkahnya dan menatap Brian dengan tatapan sayu. Belum juga dia menjawab, Imelda sudah jatuh pingsan. Untung saja Brian langsung menangkap wanita itu. "Imelda!" Brian berteriak untuk membangunkan wanita di dalam pelukannya. Pria itu terlihat semakin frustasi melihat wanita yang dicintainya terlihat begitu lemas. Alasan itu juga yang dipikirkan oleh Brian ketika Martin meminta wanita itu untuk mengoperasi ayahnya. Pria itu tahu jika kondisi Imelda masih sangat lemah. "Kevin! Keluar sekarang juga!" Brian kembali berteriak untuk memanggil sahabatnya.
"Apa yang sedang kamu .... " Belum sempat melanjutkan pertanyaannya, Kevin melihat Imelda pingsan di pulang Brian. Pria itu langsung membantu sahabatnya untuk membawa Imelda ke ruang perawatan lalu memeriksa keadaannya. "Ini yang aku khawatirkan ... kondisi Dokter Imelda belum sepenuhnya pulih. Namun dia tetap berusaha menyelamatkan papamu dengan seluruh kekuatan dan kemampuan terbaiknya. Operasi Om Adi memang sudah berhasil namun kamu lihat sendiri kondisi ibu dari anakmu ini," jelas Kevin sambil melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan kondisi Imelda. Kevin memang masih sangat kesal karena Brian sudah menghamili seorang dokter yang diidolakannya selama ini.
Martin yang melihat keadaan Imelda juga ikut panik. Pria itu tidak menyangka jika kondisi Imelda akan selemah itu. Dia pun ikut masuk ke dalam ruang perawatan di mana Imelda berada di sana. "Bagaimana kondisinya?" tanyanya pada dua lelaki di ruangan itu.
"Kalau bukan kamu yang memaksanya ... Imelda tak akan selemah ini," seru Brian pada Martin. "Kevin. Tolong kamu rawat istriku, aku akan berbicara berdua dengan Martin di luar," ucapnya pada sahabatnya yang sejak tadi masih memastikan kondisi dari Imelda.
"Sejak kapan Dokter Imelda jadi istrinya?" gumam Kevin sambil berdiri di samping Imelda sambil menyesuaikan kecepatan cairan infus yang terpasang di tangan wanita itu.
Di luar klinik milik Kevin .... Brian masih mencengkeram erat tangan Martin sambil menatapnya sangat tajam . Seperti sebuah pedang yang menghujam jantung mereka berdua, pria itu memercikkan api amarah di dalam matanya. "Apa kamu sengaja ingin membahayakan anak dan juga juga calon istriku?" tanyanya dengan wajah dingin.
Martin tersenyum sinis pada pria yang terlihat sangat emosi itu. Dia sangat memahami kemarahan Brian terhadap dirinya. "Bodoh! Hanya calon istrimu yang bisa menyelamatkan seorang Adi Prayoga. Tak ada dokter yang sehebat Imelda Mahendra, tidakkah kamu menyadari hal itu?" Martin kembali menatap tajam sosok lelaki yang terlihat cukup frustasi itu.
"Jika terjadi apa-apa dengan istriku dan juga anakku ... aku akan membunuhmu," ancam Brian pada Martin sambil berjalan kembali masuk ke dalam klinik.
"Bagaimana dia bisa seyakin itu akan menjadi suami Imelda? Bisa saja wanita itu langsung menolaknya tanpa perasaan," gumam Martin sambil senyum-senyum sendiri membayangkan Brian yang mendapatkan penolakan dari wanita yang dicintainya itu.
Martin sangat mengenal siapa anak dari Adi Prayoga itu. Bahkan pria itu juga sangat tahu wanita mana saja yang pernah ditiduri oleh Brian. Namun satu hal yang Martin yakini di dalam hatinya, Brian hanya mencintai Imelda Mahendra. Seorang wanita yang menjadi cinta pertama Brian sejak masih sekolah. Rumitnya hubungan dua keluarga itu membuat Brian tak mampu mengejar cinta pertamanya. Dan takdir berkata lain ... mereka berdua kembali dipertemukan dalam sebuah kondisi dan keadaan yang sangat berbeda. Dengan sedikit kesalahan yang sudah dilakukannya, membuat kisah mereka akan kembali di mulai. "Semoga kamu mendapatkan kebahagiaanmu, Brian. Imelda wanita yang terbaik untukmu dan kamu harus berjuang keras untuk menaklukkan hatinya," ucap Martin di dalam lubuk hatinya yang terdalam.