Happy Reading
Adi Prayoga masih terbaring di ranjang perawatan di klinik milik Kevin. Pria itu menjadi lebih kesal saat anaknya mengajukan sebuah pertanyaan yang tidak masuk akal. Dengan wajah yang sangat kesal, Adi Prayoga memandangi Brian dan Imelda yang berdiri dekatnya. "Aku akan mempercepat pernikahan kalian," ucap seorang pria yang baru saja melakukan operasi untuk mengambil peluru yang bersarang di dadanya.
"Apa!" Imelda dan Brian memberikan respon yang sama atas ucapan seorang Adi Prayoga.
"Bukankah lebih baik menunggu Papa sembuh dulu?" tanya Brian dengan tidak sabar. Pria itu sama sekali tidak mengerti dengan pemikiran sang ayah. Bahkan dia tak menyangka jika ayahnya akan mempercepat pernikahannya dengan Imelda.
Wanita itu langsung membulatkan matanya begitu mendengar pernikahannya akan dipercepat. "Bukankah yang dikatakan oleh Brian ada benarnya? Kami berdua bisa menunggu sampai Om Adi benar-benar sudah sembuh," sahut Imelda dengan perasaan yang semakin tidak karuan. Dia juga merasakan apa yang dipikirkan oleh Brian. Imelda juga sangat tidak mengerti dengan pemikiran calon mertuanya itu.
Adi Prayoga memandangi pasangan itu secara bergantian. Dia bisa melihat keraguan di mata Brian dan juga calon istrinya. Dengan suara yang cukup lirih namun terdengar sangat tegas, bos mafia itu mengungkapkan keinginannya. "Mungkin kalian berdua bisa menungguku untuk sembuh tetapi tidak denganku. Aku tak bisa lagi menunggu lebih lama. Musuh bisa saja datang dan menghabisi nyawaku. Aku akan segera menghubungi Mahendra untuk membicarakan masalah ini," tegas pria yang terlihat sangat yakin dengan keputusannya tanpa ada keraguan sedikit pun.
Brian dan Imelda langsung saling menatap satu sama lain. Mereka berdua sangat sadar, bukan hanya nyawa Adi Prayoga yang terancam. Nyawa mereka berdua juga seperti barang taruhan yang bisa hilang kapan saja. Menjadi seorang mafia ataupun agen rahasia sama-sama sangat berbahaya. Dua profesi itu seakan harus mempertaruhkan nyawanya di meja judi. Terlalu mengerikan dan juga menakutkan. Sedikit saja mereka lengah, nyawa menjadi sama sekali tidak berharga.
Seperti Imelda yang harus kehilangan ibunya karena profesi yang dilakukan oleh ayahnya sendiri. Bukan hanya ayahnya yang terancam, nyawa Imelda sendiri selalu diincar oleh beberapa musuh ayahnya. Oleh karena itu, Imelda selalu melakukan penyamaran setiap kali keluar dalam tempat keramaian. Dia tak ingin kehilangan nyawanya di tangan orang-orang yang memiliki dendam kepada Davin Mahendra.
Begitu pula Brian, nasibnya tak jauh berbeda dari Imelda. Setiap saat banyak musuh yang selalu mengintai. Mereka mencari celah untuk bisa menghabisi seorang mafia yang cukup berpengaruh dan berkuasa dalam dunia mafia. Tak jarang Brian mendapatkan serangan tiba-tiba yang melukai dirinya. Meskipun kemanapun selalu membawa beberapa bodyguard, musuh-musuhnya itu tak pernah kehilangan kesempatan untuk melukai sang mafia.
Setelah mendengar keinginan Adi Prayoga terhadap mereka berdua, pasangan itu lalu keluar untuk membiarkan sang pasien beristirahat. "Kamu lihat sendiri jika Papa baik-baik saja. Seharusnya kamu bisa beristirahat saja di rumah, biarkan Kevin yang menangani proses pemulihan Papa," ujar Brian sambil menatap Imelda yang masih berdiri di depannya. Pria itu terlalu mencemaskan kondisi Imelda dan juga bayinya.
"Dasar anak sinting! Aku saja yang bukan anaknya ingin melihat Om Adi walaupun cuma sebentar saja. Sedangkan kamu yang anak kandungnya, tak sedikit pun peduli dengannya," kesal Imelda pada calon suaminya. Wanita itu tak habis pikir jika Brian tak sedikit pun menunjukkan kepedulian di dalam dirinya untuk sang ayah.
Ucapan Imelda terhadapnya seperti sebuah tamparan mematikan bagi Brian. Pria itu merasa sedikit tergugah dengan setiap kata yang keluar dari mulut Imelda. "Bukan seperti itu, Imelda. Aku bukannya tak peduli pada Papa ... namun Papa terlalu sering mengalami hal yang sangat berbahaya dan menantang maut. Sehingga aku menjadi terbiasa dengan situasi seperti ini. Kekhawatiran ku juga tidak seperti saat pertama kali aku melihat Papa tertembak di lengannya dulu," jelas Brian pada sang calon istri.
"Tetap saja dia butuh perhatianmu," ucap Imelda lirih.
Tanpa mereka berdua sadari, sejak pasangan itu berdebat dengan ego masing-masing Kevin sudah memperhatikan mereka. Dia hanya tersenyum di dalam hati membayangkan bagaimana kedua orang itu akan hidup bersama dalam sebuah pernikahan. Sedangkan untuk hal kecil saja, mereka bisa saling membenarkan dirinya sendiri. Dengan pelan namun pasti, Kevin menghampiri mereka berdua. "Apa yang sedang kalian ributkan? Bukankah kondisi Om Adi sudah membaik?" Sebuah pertanyaan dari Kevin yang langsung membuat pasangan itu memandang tajam pemilik klinik itu.
"Dokter Kevin. Terima kasih sudah melakukan tugasmu dengan sangat baik," ucap Imelda dengan tatapan hangat dan suara yang terdengar cukup tegas.
"Saya yakin seharusnya berterima kasih pada Anda, Dokter Imelda," balas Kevin dengan senyuman dan juga suara yang terdengar cukup ramah. "Anda telah membantu saya untuk menyelamatkan Om Adi. Beliau sudah seperti keluarga saya sendiri," tambah Kevin dengan tatapan yang penuh arti.
Imelda langsung mengerti alasan Kevin begitu peduli pada keluarga Brian. Ternyata di balik hal itu dia sudah menganggap seorang Adi Prayoga seperti keluarganya sendiri. "Apa yang sudah dilakukan Om Adi untuk Kevin?" tanya Imelda di dalam hatinya. Dia menjadi sangat penasaran dengan alasan Kevin. Hingga dia rela melakukan tindakan medis ilegal pada keluarga Prayoga. "Dokter Kevin ... sebaiknya Anda bersikap biasa saja padaku. Jangan terlalu formal. Bukankah kita seumuran?" tanyanya dengan sebuah senyuman yang merekah jelas di wajahnya.
"Kita memang seumuran namun Dokter Imelda jauh lebih senior dariku," jawab seorang pria yang menjadi sahabat dari Brian itu.
Imelda justru terkekeh mendengar ucapan Kevin. "Kamu bisa saja, Dokter Kevin. Aku memang menyelesaikan pendidikan ku lebih cepat dari orang lain. Namun tak berarti aku lebih hebat darimu," ucapnya merendah. Imelda tak pernah memandang dirinya lebih tinggi. Apapun yang sudah dicapainya merupakan hasil kerja keras dan juga pelampiasan kesedihannya karena kehilangan sang ibunda tercinta. Bahkan sampai saat ini, Imelda tak pernah bisa menerima kematian ibunya yang terlalu mengerikan baginya.
Kevin sangat tahu siapa Imelda Mahendra. Selain menjadi dokter idolanya, Imelda juga seorang wanita yang menjadi cinta pertama bagi sahabatnya itu. Selama ini, Kevin diam-diam menggali informasi mengenai wanita itu. Dia begitu penasaran dengan rahasia kesuksesannya. Namun setelah menyelidiki semuanya, bukan kepuasan dari rasa penasarannya itu yang di dapat. Kevin justru mengetahui sebuah kebenaran menyakitkan tentang kematian dari seorang dokter hebat yang juga seorang wanita yang telah melahirkan perempuan cantik dan juga hebat seperti Imelda Mahendra. Ibu kandung Imelda harus meninggal secara mengenaskan karena sebuah dendam pribadi dari seorang musuh dari sang suami, Davin Mahendra. Kevin sendiri tak bisa membayangkan rasanya menjadi Imelda di usianya yang masih remaja harus kehilangan ibunya.