Happy Reading
Sebuah ruangan yang telah disulap menjadi wedding venue yang sangat cantik dengan mini altar di depannya. Ribuan mawar putih menghiasi setiap sudut ruangan yang cukup besar untuk menampung puluhan orang itu. Jika setiap pernikahan digelar secara terbuka dengan banyak tamu undangan .... Itu tidak berlaku bagi pernikahan sakral antara Imelda Mahendra dan Brian Prayoga. Di dalam ruangan tertutup yang begitu indah itu hanya ada beberapa orang saksi dan para petugas dari catatan sipil juga seseorang yang memimpin acara pemberkatan pernikahan pasangan pengantin baru itu.
Imelda memakai sebuah gaun yang tidak terlalu mewah dengan desain yang cukup elegan dengan beberapa aksesoris yang menampilkan keindahan gaun itu. Sedangkan sang pengantin pria memakai tuxedo warna hitam yang terlihat sangat serasi dipadukan dengan gaun yang sedang dipakai oleh mempelai wanita. Mereka berdua saling berhadapan setelah mengucapkan janji pernikahan dan juga memasangkan sebuah cincin pada jari manis pada pasangan mereka berdua.
Imelda menatap Brian tanpa ekspresi apapun. Sebuah pernikahan yang sedang dijalaninya sama sekali tak pernah dibayangkan sebelumnya. Rasanya semua yang terjadi di dalam hidupnya terasa bagaikan sebuah mimpi yang terlalu panjang. Wanita itu tak pernah membayangkan akan menikahi seorang pria playboy yang cukup dikenalnya selama ini.
Tiba saatnya bagi pengantin pria untuk memberikan sebuah ciuman sebagai tanda cintanya pada wanita yang telah resmi menjadi istrinya itu. Brian terlihat sangat ragu saat mendekatkan wajahnya pada bibir sang istri. Hatinya bergetar hebat saat harus melakukan momen mendebarkan di dalam hidupnya. Meskipun itu bukan ciuman pertama bagi Brian tetapi Imelda adalah cinta pertamanya. "Maaf. Aku harus mencium mu di hadapan mereka semua," sesal Brian dengan sebuah tatapan tajam yang dipenuhi perasaan cinta yang sangat mendebarkan.
"Anggap saja aku seperti wanita-wanita yang pernah berciuman denganmu di club malam itu," sahut Imelda dengan suara lirih diiringi sebuah senyuman palsu dari bibirnya. Dia tak ingin menarik perhatian beberapa orang yang menjadi saksi pernikahan mereka.
Tanpa menanggapi cibiran dari istrinya, Brian pun mendekatkan wajahnya dan memberikan kecupan lembut yang penuh perasaan dan cinta yang begitu tulus pada wanita yang telah resmi menjadi istrinya itu. Untuk sejenak Brian sempat tenggelam dalam sebuah ciuman hangat yang selalu membayangi dirinya itu. Karena selama ini, Brian hanya bisa membayangkan mengecup bibir Imelda dengan penuh cinta. Dia pun lalu tersadar saat Imelda mulai melepaskan ciuman itu. "Maaf. Aku terlalu menghayati momen ini." Pria itu kembali meminta maaf pada istrinya yang baru dinikahinya.
"Jangan harap kamu bisa merayuku dengan ciumanmu yang cukup menggoda itu," kesal Imelda sambil menyentuh bibirnya yang baru saja mendapatkan ciuman pertamanya dalam keadaan sadar. Sebelumnya Imelda memang pernah berciuman dengan Brian saat mereka melakukan hubungan terlarang itu. Namun saat itu kondisi Imelda sedang mabuk berat hingga dia melupakan rasanya sebuah ciuman yang cukup menggetarkan hati itu.
Brian tetap mengembangkan senyuman tulus di wajah tampannya. Dia sama sekali tak merasa kesal apalagi marah pada ucapan istrinya itu. "Aku tidak akan pernah merayu dirimu, Sayang." Pria itu sengaja memberikan sebuah tekanan pada setiap kata yang terucap dari bibirnya. "Namun aku akan berusaha dengan sangat keras untuk menaklukkan hatimu, tak peduli apapun resikonya," tambahnya lagi di dalam hatinya. Brian tak mungkin mengatakan hal itu di depan istrinya, bisa saja Imelda langsung mengambil pistol dan menghabisi nyawanya saat itu juga. Dia sangat tahu seberapa benci Imelda pada dirinya.
"Aku tidak menyangka jika kalian akan sangat serasi." Tiba-tiba saja Adi Prayoga berdiri tak jauh dari tempat pasangan pengantin itu berdiri.
Pasangan pengantin baru itu terpaksa mengembangkan sebuah senyuman pada Adi Prayoga. Mereka tak ingin jika pria tua itu menjadi sedih jika harus melihat hubungan rumit di antara keduanya. "Tentu saja kami sangat serasi, Om. Maaf, Papa. Brian merupakan pria tampan idaman banyak wanita," sahut Imelda dengan sebuah senyuman yang sengaja dipaksakan. "Sayangnya aku sama sekali tidak tertarik pada pria tampan yang berdiri di sampingku ini." Imelda berucap di dalam hatinya. Dia memang mengakui ketampanan yang dimiliki oleh suaminya itu. Namun itu tidak berarti apapun di matanya.
"Terima kasih atas pujiannya, Sayang." Brian sengaja memberikan sebuah respon yang sama sekali tidak diinginkan oleh istrinya. Namun sebuah pujian kecil dari Imelda sudah cukup membuat hatinya berbunga-bunga. Terlepas itu semua hanya sandiwara atau memang tulus terucap dari dalam hati istrinya.
Mendengar percakapan yang cukup menarik hatinya, membuat Davin Mahendra langsung menghampiri anak dan juga menantunya. "Papa tak menyangka jika kalian berdua terlihat saling mencintai satu sama lain. Apalagi Brian .... Dia terlihat sangat mencintaimu, Imelda," ucap pria itu sambil membelai lembut kepala anaknya.
Imelda tertawa kecil mendengar ucapan ayahnya sendiri. "Papa bisa melihat cinta yang besar di mata Brian?" tanyanya dengan sebuah senyuman penuh arti. "Sialan! Ternyata Brian sangat pandai berakting. Bahkan dia juga bisa mengelabui Papa," gerutunya di dalam hati. Wanita itu langsung memegang lengan Brian untuk menutupi kekesalan. Imelda tak ingin jika kedua pria di depannya itu mengetahui perasaannya pada sang suami.
"Tentu saja aku bisa melihatnya. Papa bukan orang bodoh," jawab Davin Mahendra pada anak perempuannya yang sudah menjadi menantu dari musuh terbesarnya. Pria itu langsung menatap tajam pada Adi Prayoga yang juga berdiri di sana. "Setelah hari ini, tidak ada kompensasi apapun bagimu. Aku akan menangkap anak buahmu jika mereka melakukan pekerjaan ilegal," ancamnya pada besannya.
Adi Prayoga tetap tenang seperti biasanya. Bahkan sebuah senyuman hangat terlukis jelas di wajahnya yang terlihat sedikit kelelahan itu. "Tangkap saja sesukamu, anak buah ku juga tak semudah itu untuk kamu tangkap," sahutnya sambil menatap wajah Davin Mahendra mulai kesal. "Sudahlah Mahendra, untuk hari ini saja ... cobalah tahan ego di dalam dirimu. Biarkan Brian dan Imelda menikmati momen bahagia ini tanpa tercemar permusuhan di antara kita," ujar Adi Prayoga pada sahabat lamanya yang sekarang menjadi musuhnya.
"Baiklah, Prayoga. Demi kebahagiaan anakku, aku akan menahan diriku untuk hari ini," ucap Davin Mahendra pada pria di sampingnya. Dia pun mendekati pasangan pengantin itu dan memeluk keduanya. "Papa harap kalian berdua selalu bahagia. Pastikan calon penerus keluarga Mahendra selalu sehat dan terlahir dengan selamat," tuturnya pada anak dan juga menantunya itu.
Rasanya Brian benar-benar merasakan kebahagiaannya. Dia tak menyangka jika mertuanya akan memberikan dukungan pada hubungannya dan juga Imelda. Padahal Davin Mahendra sempat akan meledakkan kepalanya. Namun yang dilihatnya saat itu sangatlah berbeda, seolah Davin Mahendra benar-benar menunjukkan sisi terbaik di dalam dirinya.