Bunyi musik DJ berdentum keras di ruangan lantai 18 hotel bintang lima, yang berdiri megah di tanah kota Jakarta.
Ruang lantai 18 itu dipenuhi oleh pemuda dan pemudi yang berpenampilan cantik dan tampan, bergaun mewah juga berjas slimfit, dan bahkan ada yang terlihat bagian sensitifnya. Dunia anak baru gede memang sangat membingungkan. Dan membuat kepala orang tua mereka menggeleng-geleng.
Tapi, ada satu perempuan yang berpenampilan sederhana. Tidak terlalu glamour, dan tetap menarik untuk jadi bahan perhatian orang-orang sekitar.
"Dia sangat cantik."
"Ih, aku pengen sekali punya wajah dan tubuh kayak dia."
"So sexy."
Itulah yang dilontarkan oleh mulut-mulut orang yang sedang menatap perempuan mengenakan gaun a-line berwarna hitam pekat dan topeng berwarna silver.
"Kamu tidak apa-apa, Sayang?" tanya seorang pria yang berada di sebelahnya.
"Enggak papa kok, Milo. Mereka memang sudah biasa mengatakan seperti itu padaku, dan selama di kampus juga seperti itu. So, what's the problem?" jawab perempuan itu dengan sedikit berteriak. Karena dentuman DJ yang heboh, mampu meleburkan suaranya lemah lembut.
Milo selaku pria yang ingin melindungi pacarnya dari gangguan orang-orang, pun menuntun perempuan itu ke sebuah bar yang dikelilingi tempat duduk. Dan pelatarannya juga tidak terlalu ramai dengan yang orang-orang berdansa. Akhirnya perempuan itu setuju.
"Nisa sayang. Kalau ada apa-apa, bilang ke aku. Tetap tenang, okay?" ucap Milo selepas lihat pacarnya Nisa—duduk tenang di atas salah satu kursi bar.
"Kamu jangan terlalu manis, nanti aku susah tidur malam ini." Entah kenapa hal itu bisa terlontar dari mulut Nisa. Apa karena perempuan itu juga bingung untuk menanggapi pacarnya yang tampannya enggak ketolongan.
Iris abu kehitaman, rahang tegas, rambut klimis berwarna dark brown. Itulah yang membuat Nisa menganggap Milo beda dengan pria lain. Itu unik, dan membuat Nisa jatuh cinta pada pria yang berada di sampingnya sekarang.
"Kamu jangan minum minuman beralkohol. Aku enggak mau berurusan dengan papa kamu. Nanti saja berurusannya, ketika membawa kedua orangtuaku—ke rumahmu."
Nisa hampir saja melepaskan tawa yang menggelegar. Karena hal itu sangat lucu didengarnya. "Tadinya aku mau mabuk berat" Nisa memeletkan lidahnya. "Tapi, enggak jadi," sambungnya.
Milo mencubit hidung Nisa gemas "nakalnya kumat."
"Awww ... Ih sakit tahu," ringis Nisa sambil mengelus pelan hidung mungilnya. Lalu dia mencebikkan wajahanya, melunturkan paras cantiknya.
Dan Milo hanya terkekeh tanpa suara.
"Aku juga bakal inget kok, pesan dari papa. Lagian, siapa juga yang mau datang ke tempat ini. Kalau saja bukan Clara yang mengadakan pesta ulang tahunnya, aku pasti tidak akan datang."
"Bohong," pungkas Milo. Lalu pria itu menerima minuman berwarna: kuning, merah, hijau dan ada potongan kiwi di bibir gelas, dari seorang bartender. Dan langsung saja ia meminumnya.
Nisa tidak menanggapi lagi ujaran pacarnya itu. Karena ia juga mengakui benar memang berbohong. Berbohong pada pada papanya untuk bisa keluar malam ini dengan pacarnya.
Sebab, Papa Nisa tidak pernah membiarkan anak perempuannya itu untuk keluar rumah di malam hari. Tapi, berhubung Clara adalah anak dari rekan bisnis papanya, dan Nisa sendiri mendapat undangan exclusive melalui papanya Clara, jadi pria itu membiarkan anak semata wayangnya keluar malam. Dengan catatan, bersama Milo. Karena papanya Nisa sudah memberikan kepercayaan kepada Milo, untuk menjaga putrinya dari mahabahaya.
Dan Nisa juga tahu alasan lain papanya melarang. Takut terjadi apa-apa dengan anak perempuannya yang baru saja lulus kuliah.
Ya! Nisa memang baru saja lulus kuliah S1 jurusan Manajemen Bisnis, tahun ini. Usianya juga masih 24 tahun. Dan perempuan itu sangat dikagumi juga oleh pria di kampusnya. Maka tidak heran juga, kalau ada perempuan yang mencibir dirinya. Hanya karena memiliki kecantikan natural dan tubuh yang seksi. Meskipun Nisa tidak pernah mengumbar keseksiannya itu, tapi tetap, dunia fantasi laki-laki mesum mampu menerawang jauh akan bentuk tubuh Nisa.
Sungguh ironis bukan?
"Be the way, kamu mau menghampiri Clara enggak?" tanya Milo. Namun, tatapannya berpaling ke arah perempuan yang berparas cantik. Sedang dikerumuni oleh banyak orang.
"Dia selebgram. Aku remahan kacang mah bisa apa atuh ... kita di sini aja, enggak terlalu rame." Nisa memegang pipi Milo, memutar wajah itu hingga menatapnya kembali "kita bisa lebih mesra. Iya enggak?"
Milo lagi-lagi terkekeh tampa suara. Lalu pria itu memegang ujung lengan Nisa. Dan meraba hingga punggung tangannya dengan gerakkan sensual. "When The Princess came to see me, I fell into a deep sleep. Because I thought that was a dream. But the fact is not, and now, I hold her hand tight."
Nisa membentangkan senyum pada bibirnya. Dan rona merah pada pipi kuning langsat itu—tampak mempesona di mata Milo.
Ingin sekali pria itu mengulum mesra bibir pacarnya ini. Namun ia urungkan, karena seperti katanya tadi. Dia enggan untuk berurusan dengan orang tua Nisa saat ini. Bisa saja 'kan ciuman itu berujung ranjang. Dan Milo berusaha membentengi dirinya untuk tidak masuk ke area cinta lebih dalam lagi.
Pada saat mereka menabur cinta. Tiba-tiba musik DJ berganti dengan lagu romantis. Dan langsung saja hal itu disoraki oleh pemuda-pumudi yang sedang asyik berjoget dinamis di pinggiran panggung.
"My beuatiful girlfriend. Come up dan dance with me!" kata seorang pria yang sudah stand by di atas panggung.
Clara yang tadinya dikerumuni oleh para fans-nya pun turut naik ke atas panggung.
Dan para JONES pun menyingkir, merapatkan badan dengan dinding ruangan itu. Lalu para pemuda yang sudah berpasangan pun mengekspresikan diri di tengah-tengah ruangan.
"Dansa yuk!" ajak Nisa pada Milo.
"Aku enggak bisa berdansa," aku Milo. Dia memang bukan tipikal orang yang suka berdansa seperti kebanyakan orang. Jangankan berdansa, berjoget waktu pentas seni sekolah saja dia enggan. Malah memilih untuk duduk santai, sambil melihat orang-orang menari riang.
"Ya, aku kalau dansa kayak gitu juga gak bisa. Tapi, apa salahnya untuk mencoba?" bujuk Nisa. Dan akhirnya Milo mengangguk. Menyetujui.
Mereka masuk ke dalam area dansa. Sudah banyak pasangan yang berdansa asyik, termasuk si empu acara.
"Tangan kamu di pinggang aku." Nisa mengarahkan kedua tangan Milo ke pinggulnya. "Dan kedua tangan aku di sini."
Milo tersenyum simpul, ketika kedua tangan Nisa memegang kanan-kiri bahunya.
Mereka pun bergerak mengikuti alunan musik yang syadu. Menyayat perasaan para pasangan, membaut mereka semua terbuai hingga tak sadarkan diri. Seolah, dunia milik berdua.
Sementara para JONES, hanya bisa memperhatikan pasangan-pasangan itu menari mesra.
"Bisa 'kan?" ucap Nisa.
Alih-alih menjawab, Milo hanya tersenyum samar-samar. Bahkan tidak terlihat sama sekali.
Tapi, Nisa bisa menebak kalau pacarnya sedang berbahagia dengannya. Karena Nisa hafal betul, ekspresi Milo ketika sedang bahagia, maupun sedih.
Meskipun mereka masih bisadibilang baru saja pacaran 5 bulan terakhir ini. Tapi, keduanya mampu membuat cinta itu awet dan membawa mereka ke titik kebahagiaan. Maka tidak heran juga, kalau papanya Nisa sangat mempercayai Milo.
Tak lama kemudian, mereka benar-benar hanyut dalam asmara dan benar-benar tidak bisa mengendalikan diri masing-masing. Membuat, Milo juga Nisa terpejam kedua bola mata mereka.
Tanpa mereka sadari. Wajah mereka semakin lama semakin mendekat. Menghapus jarak, menyingkirkan udara, dan napas mereka saling bersahutan satu sama lain.
"Hmmmp!"
Baik Milo maupun Nisa. Keduanya sama-sama menelan salivanya, kedua bola matanya pun terbelalak, dan dansa mereka terinterupsi. Ketika bibir mereka saling menempel, tapi tidak bereaksi sama sekali. Hanya menempel!
Tapi di sini, Nisa menggerak-gerakkan bibirnya perlahan. Dia terenyuh dengan pesona Milo sesaat. Dan perlahan pula, Nisa melumat pelan bibir Milo.
Dan Milo tahu akan hal itu, hampir saja terbuai dalam lilitan dan lumatan menggairahkan. Seketika dirinya sadar, dan secara perlahan menggigit pelan ranum bibir bawah Nisa. Sehingga, pugutan itu berakhir.
"I love you, Darling. Aku akan terus mencintaimu. Asal kamu tahu akan komitmen yang telah kita buat sebelumnya."
"Pasti. Aku akan terus mengingat komitmen yang telah kita buat. Menikah, setelah kita berhasil meraih mimpi kita masing-masing, dan membangun rumah tangga yang harmonis hingga akhir hayat nanti," ucap Milo. Lalu punggung tangan Nisa, ia kecup sembari tersenyum. Tampak, dahinya mengerut halus, karena tatapannya tidak pernah lari dari paras cantik wajahnya Nisa.
Nisa tersenyum, lalu kembali memegang bahu Milo. Tapi kali ini, telapak tangannya semakin menaik, hingga leher tegas itu mampu Nisa rasakan.
Mereka kembali melanjanjutkan dansa. Namun sekarang, Nisa menempelkan pipinya di bahu Milo. Ia sangat ingin bermanja dengan pacarnya.
Dan Milo, tidak keberatan akan hal itu. Karena apa pun yang Nisa lakukan, pasti dirinya akan mendukung. Asalkan perempuan itu bahagia.
Hingga pada pukul 23.00 WIB. Mereka berhamburan. Bubar. Pulang ke rumah masing-masing. Setelah menyalurkan kebahagiaan yang hakiki. Pada malam ini.
"Aku mau ke toilet dulu. Kamu ke mobil duluan aja, ya. Mobil aku enggak dikunci kok." kata Milo pada saat di pelataran parkir.
Dan Nisa mengangguk, menyetujui. Karena di dalam area parkir itu, memang ada sebuah toilet.
Nisa berjalan seorang diri. Ya meski masih ada orang-orang yang berlalu-lalang. Tapi, kondisi Nisa begitu lemah dan lesu. Setelah aktif berdansa dengan pacarnya dan menghabiskan banyak waktu dengan teman-temannya yang lain.
Sesampainya di dekat mobil silver dan hitam pekat, Nisa terhenti sejenak sambil mengingat-ingat mobil milik Milo. Berhubung tubuhnya sudah lemah dan lesu, akhirnya ia tak mampu berpikir lagi, dan langsung masuk ke salah satu mobil. Dan langsung melelapkan diri—dalam tidurnya.
Dan Nisa tidak menyadari, kalau mobil itu sudah bergerak. Dan mulai meninggalkan pelataran parkir.
BERSAMBUNG