Ia meletakkan gelas kopinya di atas meja sambil menggenggam tangannya dengan erat, "Aku...., Aku tahu siapa pelakunya. Kalau aku tidak tahu siapa pelakunya, untuk apa aku berniat balas dendam?" Noah sedikit terkejut mendengar jawaban Raina namun dia tetap tersenyum santai dan mengalihkan pembicaraan agar suasana mereka tidak canggung.
"Um...untuk beberapa hari ini bagaimana jika kamu tinggal di kamar hotelku, kamu pasti belum punya tempat tinggal bukan?"
Triiingg....
Tiba tiba ponsel Noah bergetar dan menyala, rupanya dia mendapat notifikasi berita terbaru. Dia membacanya sejenak lalu menatap Raina dengan bingung. Dia merasa aneh akan berita yang tiba tiba muncul di notifikasi ponselnya.
"Noah, ada apa? Kenapa raut wajahmu tiba tiba berubah orang linglung?" ia merebut ponsel itu dari tangan Noah dan sekilas membaca berita yang tadi sedang dibaca oleh Noah. Kini dia tahu alasan mengapa Noah terlihat seperti orang linglung.
BERITA TERBARU : DITEMUKANNYA MAYAT "RAINA MUREN" DI TKP, IA DITEMUKAN TEWAS DENGAN LUKA TUSUKAN DI DADA
Sudah 1 Minggu sejak kasus pembantaian Keluarga Muren mulai diselidiki polisi. Namun dalam 1 Minggu ini belum ditemukan mayat anak perempuan dari Keluarga Muren. Pada Senin pagi, akhirnya mayat yang dikonfirmasi sebagai Raina Muren ditemukan. Mayat tersebut ditemukan dengan kondisi luka tusukan di dada. Hingga saat ini polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk menemukan pelaku di balik pembantaian Keluarga Muren.
.....
Raina mengembalikan ponsel itu pada Noah lalu tertunduk lesu, sementara itu Noah masih tidak percaya akan berita itu dan bertanya pada Raina,"A....apa maksudnya ini? Mayat itu memang benar kamu... Lalu kamu yang sini siapa? Berita ini bohong kan?"
"Ini sudah malam, aku harus pergi. Kamu tidak perlu khawatir, aku sudah punya tempat tinggal, dan...berita itu, anggap saja kamu tidak pernah membacanya."
Sebelum Raina bisa berjalan pergi, tangan Noah lebih dulu menariknya. Suasana saat itu benar benar canggung, namun tiba tiba Noah memberikan sebuah kalung berinsial "RNR" padanya. Saat menerima kalung itu, ia sangat terkejut karena seingatnya dulu ia sudah membuang kalung itu. Ia bingung bagaimana cara Noah mendapatkan kalung itu kembali.
"Tentang berita itu, aku memang sangat terkejut tapi aku akan menahan diri untuk tidak bertanya apapun. Tapi tentang kalung ini, tolong jangan membuangnya lagi. Kejadian buruk memang menyakitkan tetapi terkadang kamu harus tetap menyimpannya dengan baik."
Ia tidak mempedulikan kata kata Noah lalu berjalan keluar dari cafe itu, di luar ia menunggu Noah keluar sambil melamun sendirian.
Dia menepuk pundak Raina dengan lembut dan segera berkata,"Maaf membuatmu menunggu lama. Tapi bolehkah aku mengajukan satu permintaan sebelum kita berpisah?"
"Permintaan?"
"Pikirkan baik baik tawaran pria itu, mungkin saat ini hanya dia yang bisa membantumu. Jika aku bisa aku ingin membantumu melewati ini semua tapi aku tidak bisa, aku tidak punya kuasa besar untuk membantumu bangkit. Jadi pikirkan baik baik dan jangan gegabah."
Noah mengatakan semua hal itu dengan lesu, dia merasa tidak berguna karena tidak bisa membantu dan menemani sahabatnya saat ia berada di masa masa sulit. Hatinya sakit, apalagi saat mengingat kebaikan Raina di masa lalu. Dia merasa seperti orang yang tidak tahu berterima kasih karena tidak bisa membalas kebaikannya.
Raina, jujur aku tidak ingin kamu berubah seperti mereka hanya untuk membalas dendam, tapi aku tidak punya pilihan. Mereka pasti akan terus mengincarmu, sekarang satu satunya cara untuk bertahan hanyalah menjadi lebih kejam.
"Baiklah, aku akan memikirkan untuk datang ke tempatnya atau tidak."
"Baik..."
"Aku harap kita bisa bertemu lagi dalam waktu dekat ini."
"Aku juga berharap begitu, Noah..."
Mereka mengakhiri perbincangan mereka dan berjalan pergi ke arah yang mereka tuju. Raina menggenggam kalung yang tadi diberikan Noah padanya dengan erat hingga kalung itu putus, ia menatap kalung itu sejenak lalu membuangnya ke dalam tempat sampah.
Maaf , Noah.... Bagiku kalung ini sudah tidak ada artinya lagi.
...
Pukkk...
Arian menepuk pundak Raina dengan keras, dari tadi dia sudah memanggil manggil nama Raina namun Raina masih tetap melamun.
Kali ini, Raina tersadar dan kembali ke kenyataan. Dia tahu perkataan Noah ada benarnya, belum tentu ada orang lain yang bisa membantunya di saat seperti ini.
"Eheem....."
"Baiklah, aku menerima kesepakatan kerja sama yang kamu tawarkan. Lagipula kerja sama ini akan saling menguntungkan jadi aku tidak punya alasan untuk menolaknya." katanya sambil menandatangani dokumen perjanjian itu.
Dari wajah Arian, ia menunjukkan ekspresi bahagianya dengan tulus. Namun entah kenapa hati Raina masih tetap gundah padahal dia sendiri telah menerima tawaran Arian.
"Jadi...mulai sekarang kita bisa menggunakan bahasa santai bukan?"
"Tentu saja, umm...dari tadi aku sudah penasaran dengan hal ini. Kenapa Markas Pembunuh ini terlihat sangat sepi pada siang hari?"
"Hahahaha...." Arian tertawa lepas dan menjawabnya dengan santai, "Di siang hari semua anggota markas ini akan tidur atau latihan di ruang bawah tanah sedangkan di malam hari mereka akan menjalankan misi mereka sebagai pembunuh."
"Ohh ..."
Raina, mulai sekarang bukan hanya hidupmu yang berubah tetapi juga hidupku. Aku pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk membantumu...
.....
Arian, keputusanku untuk menerima tawaranmu tidak salah bukan? Setelah ini aku pasti tidak akan bisa kembali lagi ke Raina yang dulu jadi aku pasti akan mempercayaimu.
.....
5 TAHUN KEMUDIAN
Group Zeto
Brraaakkk....
Suara pukulan meja itu menggema di seluruh ruangan. Di samping meja itu, dua karyawan sedang berdiri dan menundukkan kepalanya dengan takut, tangan mereka gemetaran, wajah mereka mulai mengeluarkan keringat dingin, mereka juga tidak berai menatap wajah wanita yang kini menatap mereka dengan tatapan marah.
Ya, wanita itu adalah Raina yang kini telah menjadi direktur Group Zeto. Kini wanita itu telah berubah menjadi orang yang pemarah dan mengerikan, ia akan marah pada hal hal yang tidak diselesaikan dengan benar.
Bahkan ia tidak segan segan memecat setiap karyawan yang melakukan kesalahan.
Raina sendiri dikenal dengan reputasi buruk di kalangan orang orang kantor, namun sebenarnya dia sangat hebat dalam mengurus pekerjaannya. Tapi orang orang dalam perusahaan itu tetap tidak menyukainya dan menjulukinya, "MONSTER WANITA".
"Ken, bersihkan barang barang mereka dan lempar mereka keluar dari perusahaan ini!" perintah Raina pada asisten sekaligus sekretaris pribadinya, Ken.
Ken yang sudah terbiasa dengan keadaan itu hanya mengangguk dan melaksanakan perintah Raina.
Di luar ruangan Raina, dia menasihati dua karyawan itu, "Kalian sudah tahu kan sifat Nona Raina? Tapi kenapa kalian tetap saja berani melakukan kesalahan?"
Dua orang karyawan itu hanya bisa tertunduk diam, mereka tahu sifat bos mereka tapi mereka juga tidak bisa menghindari melakukan kesalahan, itu adalah hal wajar. Namun mereka tahu jika hal wajar bagi mereka adalah hal tidak wajar bagi bos mereka.
"Kalau begitu, kami permisi dulu Tuan Ken. Terima kasih atas bantuannya selama ini..." Kedua karyawan itu memberi hormat lalu berjalan pergi.
Ken menghela nafas panjang lalu berjalan pergi,
BRRUK....
"Tuan Arian, maafkan saya... Saya tidak sengaja menabrak anda."
Arian hanya mengangguk dan segera membersihkan jasnya dengan sapu tangan"Apa hari ini dia memecat beberapa karyawan lagi?"
Padahal hanya tidak sengaja bertabrakan, tapi dia harus membersihkan jasnya? Kekanakan sekali, mereka berdua memang tidak ada bedanya...
"Iya, Nona Raina baru saja memecat dua orang karyawan."
"Begitu, huh benar benar membosankan. Kalau begitu kamu boleh pergi, lain kali jangan menabrak orang lagi. Mengerti?"
Dia tersenyum kecut lalu menjawab, "Saya mengeri Tuan...."
Setelah Ken pergi, Arian segera mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan Raina. Di dalam, dia bisa melihat Raina yang tengah sibuk mengerjakan pekerjaan kantor.
Arian mendengus kesal lalu duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya, dia menatap langit langit ruangan itu dan berkata, "Jangan terlalu sibuk bekerja, malam ini adalah penerimaan lencana pembunuhmu jadi beristirahatlah sebentar."
Mendengar itu, Raina hanya melirik Arian sebentar lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Hei, berani sekali kamu tidak menanggapiku!!"
"Hem...aku sedang sibuk. Pergilah!!"
Arian kembali mendengus kesal dan bangun dari tempatnya, dia menghampiri Raina dan merebut dokumen yang sedang dibaca oleh Raina.
"Hentikan!! Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu."
"Ada masalah apa?" tanyanya dengan singkat.
"Raina, musuh kita adalah orang yang sama jadi jangan membuang waktu dan cepat balaskan dendam kita."
"Tenang saja Arian, saat ini rencana kita juga sedang berjalan. Aku pasti mengecewakanmu."
Melihat reaksi santai Raina, Arian sedikit kesal tapi dia tetap menahannya. Dia yakin jika Raina sudah memiliki rencana tersendiri untuk membalas dendam.
Arian mengembalikan dokumen yang dia rebut dari Raina dan berkata,"Baiklah, jangan lupa bersiap siap untuk malam. Jangan mempermalukanku, mengerti?"
"Hemm...."
Arian tersenyum kecil dan kembali duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya.
Aku benar benar berharap kamu tidak mengecewakanku Raina, aku tidak ingin kerja keras kita selama 5 tahun terbuang sia sia....
Di sisi lain,
"Rangga, menurutmu bagaimana jika aku memakai gaun ini? Apakah aku akan terlihat memukau?"
Pertanyaan gadis itu tidak dipedulikan oleh Rangga. Dia tetap tidak peduli dan terus fokus panda ponselnya. Gadis itu merasa kesal dan duduk di sebelah Rangga.
Gadis itu adalah Emma Shu, dia adalah tunangan Rangga. Mereka dijodohkan oleh orang tua mereka dan minggu depan adalah hari pernikahan mereka. Meskipun Rangga tidak memiliki perasaan apapun pada Emma, dia tetap menerima perjodohan itu untuk memuaskan ayahnya.
"Kenapa kamu begitu fokus pada ponselmu?"
Karena Rangga tidak juga menjawabnya, Ia merebut ponsel itu dengan kesal dan melemparnya ke lantai hingga ponsel itu hancur berkeping keping.
Dia marah karena Rangga tidak merespon kata katanya, sebentar lagi mereka akan menjadi suami istri tapi dia bingung kenapa Rangga belum juga bisa menerimanya.
"Aku pergi, lain kali jangan pernah menyentuh barang barangku lagi. Ini hanyalah pernikahan palsu, jangan memaksaku untuk bertindak kasar pada wanita." katanya sambil pergi meninggalkan Emma.
Sejujurnya Rangga tidak suka wanita yang terlalu banyak bicara dan mudah marah, tapi dia harus tetap bertahan dalam meghadapi gadis itu supaya dia bebas dari paksaan ayahnya.
"Tuan, bagaimana pertemuan anda dengan Nona Emma? Apakah menyenangkan?" tanya asistennya sambil membukakan pintu mobil.
"Biasa saja..."
Asistennya hanya tersenyum kecil lalu masuk ke mobil. Rangga menyandarkan badannya dan menghela nafas panjang. Dia menatap ke luar mobil sambil bergumam, aku benar benar lelah dengan semua ini....
...
Malam Harinya
Markas Pusat Pembunuh
"Selamat Nona Raina, anda berhasil mendapatkan lencana AX dari Pusat Pembunuh. Saya harap kinerja anda akan semakin baik." Arian menyematkan lencana itu ke dada Raina yang disambut dengan tepukan tangan para tamu.
Hari itu adalah hari penerimaan lencana bagi para pembunuh, dan Raina..., dia mendapatkan lencana AX yang merupakan lencana tingkat tertinggi bagi seorang pembunuh.
"Terima kasih..."
"Baiklah, karena semua orang telah menerima lencana mereka maka kini giliran para penerima menerima ucapan selamat dari tamu istimewa kita, Tuan Muda Keluarga Sunjaya...."
Arian menatap ke arah pintu masuk dengan percaya diri, seketika tatapan orang orang tertuju pada pintu masuk, begitu juga Raina.
Beberapa saat kemudian seorang pria tampan masuk ke dalam ruangan itu, pria itu sangat tampan hingga membuat para wanita yang ada di sana terpesona akan ketampanannya, tapi sepertinya tidak dengan Raina.
Roy Sunjaya... Kenapa dia ada sini?
~ BERSAMBUNG ~