Chereads / Spark Of Interest / Chapter 6 - penyesalan

Chapter 6 - penyesalan

Sinar matahari masuk melalu celah jendela yang terbuka membuat seorang wanita terusik kenyamanan tidur nya.

April mengerjap ngerjap kan matanya menyesuaikan dengan cahaya yang masuk kedalam retinanya.

Hembusan nafas teratur terasa di permukaan wajah nya , seketika matanya membulat melihat seorang pria dengan bertelanjang dada tidur seranjang bersamanya

"Apa yang terjadi " april vermonolog di dalam hati berusaha mengingat apa yang sudah terjadi sampai dia merasakan ngilu dan perih di area sensitifnya,  akal sehat nya masih berusaha mebolak semoga apa yang kini ada dipikiran nya adalah tidak benar sampai dia melihat tubuhnya yabg tertutup selimut tanpa sehelai benang pun.

Mata nya mulai memanas,  pandangan nya berkabut,  rasa syok dan kalut apa yang sudah dia lakukan harta yang paling berharga yang seharusnya dia berikan untuk suami nya kini sudah di renggut oh tidak april menyadari dia yang menyerahkan diri kepada billy betapa bodoh nya dia tidak berhati - hati saar menjalan kan tugas

Bulir bening lolos dari sudut matanya isakan kecil pun keluar dari bibir tipisnya dan mengusik tidur laki- laki di samping nya

Billy mengerjapkan matanya memgambil posisi duduk,  melihat april yang kini terisak membuat sisi manusianya merasa bersalah karna sungguh hanya April satu - satunya wanita yang dia renggut kegadisan nya

Mungkin billy adalah petualang ranjang tapi dia memiliki prinsip tidak akan meniduri wanita yang masih perawan

Billy menghembuskan nafasnya,  merengkuh april dalam pelukan nya,  april tidak menolak entah mengapa ada sebuah kenyamanan yang sudah tiga tahun ini hilang semenjak meninggal nya wildan tunangan nya,  isakan april kini menjadi tangisan yang menyayat,  jutaan rasa bersalah kepada mendiang wildan tunangan nya karna dia tidak bisa menjaga apa yang selama ini sudah wildan jaga.

Billy mengeratkan dekapan nya,  dicium nya puncak kepala april

"Maafiin gw... " ucap billy lirih entah mengapa dia merasa seperti menjadi manusia saat ini karna biasanya dia hanyalah iblis yang berkedok malaikat tampan.

April mengatur nafasnya yang terengah akibat kelelahan menangis , mendongkakkan kepalanya menatap billy laki - laki yang sudah mengambil kesuciannya. 

Mata mereka bertemu sejenak april merasakan pandangan yang begitu teduh,  mata itu,  membuat nya merasa nyaman.

"Maafiin gw... " billy mengulang kata - katanya , reflek april melepas pelukan nya setelah kesadaran nya kembali bahwa dia tidak menggunakan pakaian dan kulitnya menempel ke kulit billy,  april menutupi tibuhnya dengan selimut sampai leher,  dia membelitkan selimut itu dan berniat untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri,  tapi gerakan ny terhenti ketika rasa ngilu menjalar di sekujur tubuhnya dan rasa perih pada pangkal pahanya,  billy menyadari hal itu , dia bergegas bangun dan memakai boxser nya

" lo mau kmn??  " tanya billy

" kamar mandi " jawab april dengan wajah meringis merasakan perih

Billy mwnggendong tubuh april ala bridal style menghirup aroma vanila yang mungkin skrng sudah menjadi arima kesukaan nya

Astaga billy benar - benar seakan menjelma menjadi manusia

Billy mendudukkan April di ujung battub,  menyiapkan air hangat dan sabun untuk april membersihkan diri  setelah selesai billy menggendong april dan meletakkan nya di dalam battub,  segera mungkin billy keluar dari dalam kamar mandi.

Setelah billy menutup pintu bulir bening itu kembali lolos dr audut mata april , isakan menjadi jeritan menyayat,  billy mendengar nya,  mendengar tangisan April tangisan penyesalan atas kenikmatan yang mereka reguk semalam,  billy membiarkan april untuk menenangkan diri

" anjing.... " billy mengumpat atas kebodohannya,  dia bukan tipe laki - laki yang tidak bertanggung jawab,  tapi jika sudah begini apa yang harus ia lakukan,  sedangkan cinta dan komitmen adalah pantangan dalam hidupnya,  selama ini wanita yang ad disekeliling nya hanyalah hiburan untuk membuang sisa tenaganya,  dan pelampiasan atas segala emosinya.

****

Seorang pria dengan pakaian formal nan rapih dengan kacamata yang bertengger di hidung mancung nya,  duduk disebuah sofa apartemen di tengah ramainya kota maxi.

Dia memberikan amplop coklat kepada wanita yang kini ada dihadapan nya.

April membuka amplop coklat itu berisikan berkas - berkas tentang penyelidikan kematian wildan , Bima memandangi April dengan tatapan yang sulit diartika,  Bima adalah seorang pengacara yang April mintai tolong untuk membantunya menyelidiki kematian wildan

" pril,  wildan itu terbunuh dalam tugas jadi seberapa keras pun kamu mencari pembunuhnya itu akan sia - sia " ujar Bima menasehati April karna sudah selama tiga tahun ini polwan cantik dihadapannya ini terus menyiksa diri menuelidiku kasus yang memang sudah jelas apa penyebabnya

" engga bim ak ga akan pernah berenti,  karna aku yakin wildan bukan terbunuh tapi di bunuh,  karna aku lihat ada beberapa luka lebam di bagian tubunnya saat jenajah nya di temukan "

April selalu meyakini kematian tunangan nya ada sangkut paut nya dengan gembong narkoba yang sampai saat ini masih menjadi PR besar untuk nya,  mwmbongkar siapa pentolan pengedar narkoba yang semakin liar saya di wilayah maxi.

Karna pada saat itu wildan lah penanggung jawab dari kasus tersebut,  dan seingat april wildan pun sudah memiliki cukup bukti untuk menyeret gembong narkoba itu ke jeruji besi,  dan saat kematian wildan pada saat itu jg bukti - bukti yang wildan kumpulkan selama ini hilang,  lenyap tanpa jejak.

*****

Harum bunga kamboja menyeruak pada indra penciuman April,  Wildan Prasetya adijaya nama itu tercetak di atas nisan sebuah pusaran di salah satu pemakaman umum di tengah kota maksi

Bulir bening itu lolos dadi sudut matanya,  sudah tiga tahun tapi entah kenapa rasanya seperti baru kemarin wildan meninggalkan nya.

" kak,  kenapa kaka pergi ninggalin aku sndiri?? Kaka tau kan aku jadi briptu karna kaka,  karna kaka ada di lingkungan ini lingkungan yang udah ngambil kaka dari aku "

Isakan dan tangisan menyayat terus keluar dari bibir tipisnya.

Sepasang mata memperhatikan april dari kejauhan,  batapa sesak dadanya melihat wanita yang ia cintai hidup dalam kesedihan,  sudah tiga tahun tapi tetap saya dia tidak mendapatkan tempat barang sesikit didalam hati wanita pujaan nya.

" mau sampe kapan lo nangisin si bajingan itu,  gw yang jelas ada di hadapan lo,  tapi seperti gw yang udah mati " laki - laki itu bermonolog didalam hati,  namun dia tetap bertekad April harus menjadi miliknya selamanya.

****

April duduk di kursi kantornya mengecek dokumen bukti - bukti yang sudah dia kumpulkan selama tiga tahun tapi dari sekian banyak nya bukti belum ada sedikit pun petunjuk,  sampai matanya mengarah pada kalender yang bertengger di atas mejanya,  dan menyadari bahwa dia belum mendapat tamu bulanan sejak kejadian antara dia dan billy malam itu.

Sudah hampir sebulan semenjak kejadian itu dan ia baru menyadari hal ini,  ia jadi teringat apa yang billy ucapkan saat billy mengantarkan nya pulang keapartemen nya

"Ini no hp gw,  kalo ad apa-apa sama lo,  atau mungkin lo.... Hamil hubungin gw secepat nya "

April bergeming tidak berkimentar karna pikiran nya belum sepenuhnya dapat berfikir jernih

" mungkin gw emang bajingan,  tapi gw laki - laki yang bertanggung jawab,  mungkin kalo untuk gw harus nikahin lo itu engga yang pasti gw akan tanggung jawab atas anak lo dengan cara gw kalo memang hamil "

Dadanya mendadak sesak jika mengingat apa yang billy katakan.

Tapi jika hal itu terjadi sepertinya april tidak akan pernah memberitahu billy,  bagaimanapun billy hidup dalam lingkungan preman,  lingkungan kriminal,  dunia hitam dimana keberadaan nya tidak pernah dilegalkan oleh masyarakat, rasanya april tidak ingin jika anaknya hidup dalam lingkungan seperti itu, toh dia masih sanggup untuk membiayai anak itu sendiri.

Mendadak bayangan masa lalu bersama wildan bermunculan, tentang semua rencananya dan wildan yang akan menikah dan memiliki anak - anak yang lucu hidup bahagia.

" Pril, kalo kita nanti nikah kamu mau punya anak berapa?" wildan bertanya kepada wanita yang kini duduk di sebelahnya memandangi langit malam yang indah dengab dihiasi banyak bintang

"Kayanya dua cukup ka " jawab april dengan tersenyum manis

" tapi kaka maunya sepuluh gimana donk " jawab wildan dengan senyum menggoda, dan sontak mendapat cubitan di perutnya

Tiba - tiba mata april memanas , dan penglihatan nya mengabur air mata itu jatuh tanpa dia sadari dan tanpa bisa di cegah tanpa ia sadari seseorang sedang berdiri dihadapan nya memperhatikan dia yang terisak di dalam diam.