Chereads / apakah cinta sejati / Chapter 60 - Keluarga

Chapter 60 - Keluarga

Andreas dan Sonia sangat bersemangat ingin menjenguk putrinya itu yang telah pingsan selama tiga hari.

"Sayang bagaimana keadaan mu?" kata Andreas yang melihat putri baru saja siuman.

Kania malah ketakutan berpegang erat pada Muzza yang saat itu kebetulan ada disampainya, mukanya yang tadi sudah bisa tersenyum kini menjadi pucat dan ketakutan.

"Muzza.... " kata Kania pelan dengan mata berkaca-kaca terlihat wajahnya seperti ketakutan saat melihat Andreas tadi.

"Kania tenanglah dia adalah tuan Andreas sander ayah kandungmu kamu tidak perlu takut padanya ayahmu sangat menyayangi mu bahkan dia tadi menanyakan keadaanmu". kata Muzza sambil merapikan rambut Kania yang sedikit berantakan.

"Maafkan ayah....putriku...., tolong jangan takut pada ayah, ayah sangat menyayangi mu." kata Andreas yang berusaha mendekat.

Kania yang ketakutan pun langsung memeluk tubuh Muzza sambil menengis histeris.

"Pergi..., pergi, pergi jangan mendekat.... Muzza tolong jangan biarkan dia mendekat padaku..." kata Kania disela-sela tangisnya.

"Maaf tuan Sander tolong mengertilah kondisi Kania blm stabil saat ini." kata Muzza Menoleh kearah Andreas.

"Siapa kau yang berani-beraninya melarang seorang ayah bertemu dengan putrinya?" kata Andreas yang merasa kesal karena merasa Muzza telah menjauhkannya dari putrinya Kania.

"Kania maafkan ayah nak ayah berjanji tidak akan mengabaikan mu lagi tolong jangn benci ayah." kata Andreas yang mulai mendekati Kania, tapi Kania malah menenggelamnya dan wajahnya dan memeluk erat tubuh Muzza .

"Kania nak tenanglah sayang ayahmu hanya merasa bersalah, tolong maafkan lah ayah mu nak, tolong jagalah putriku dengan baik." kata Sonia yang langsung masuk keruangan kawat putrinya itu saat mendengarkan teriakan histeris Kania." Sonia berbicara pada Kania sambil membelai lembut rambut Kania dan meminta Muzza untuk menjaga putrinya itu.

"Dengan senang hati nyonya sander." kata Muzza yang berkata pelan karna pelukan erat Kania yang seperti nya sangat ketakutan. setelah Sonia dan Andreas pergi meninggalkan ruangan itu Muzza kemudian mengusap pelan rambut Kania untuk menenangkannya.

"Kania sayang tenang disini hanya ada aku... , Aku akan menjagamu kamu memperyaiku kan sayang." kata Muzza dengan lembut dan merasa tenang setelah mendapat anggukan dari Kania yang dapat dirasakan nya karna Kapala Kania yang bersandar pada bahunya.

"Lihatlah wajahmu yang jelek ini bertabah jelek setelah kau banyak menengis." kata Muzza dengan nada jail agar Kania dapat menghilangkan perasaan takut nya.

"Bukannya kau pernah berkata sebelum bahwa aku sangat cantik." kata Kania dengan muka cemberut, dan mulai melupakan kesedihannya.

"iya kau nemeng sangat cantik dengan muka tersenyum, sekarang tersenyumlah aku hanya ingin memastikan kau masih cantik atau tidak." kata Muzza sambil menghapus dengan tangannya sisa-sisa air mata Kania.

Kania terdiam beberapa saat, karna perlakuan Muzza padanya itu berhasil membuat jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya dan Kania menjadi melamun.

"Sayang wajahmu akan kembali cantik seperti ini, ayo tersenyum lah dengan iklas karana hal itu akan membuat wajah cantikmu ini semangkin cantik berkali-kali lipat." kata Muzza sambil membentuk senyuman pada wajah kania dengan kedua tanganmu.

Kania yang pun akhirnya tertular senyum hangat Muzza yang berhasil memenangkan nya.

"Terimakasih." kata Kania dengan mata berkaca-kaca.

"Aku sudah bersusah payah membuat mu tersenyum dan kau malah ingin menangis lagi sayang, apakah kau tidak bisa menghargai perjuanganku itu dengan tersenyum iklas padaku"kata Muzza yang berputar-putar merajuk.

"Tentu saja aku tidak menangis bodoh, aku hanya terharu ternya mantan gay sepertimu juga bisa memiliki hati yang baik." kata Kania yang telah mulai berani menunjukkan kekesalan nya.

"Sayang sudah kukatakan berapa kali bahwa aku ini bukan gay, apakah kau siap jika aku membuktikannya sekarang?" kata Muzza yang menarik turunkan alisnya , Muzza hanya ingin mengerjai Kania.

"Membuktikan apa maksudmu, jangan mendekat!, kau....jangan gila menjauh lah." kata Kania yang terlihat panik sambil kembali bersandar pada bantalnya dan terus mundur menjauhi dan hampir saja terjatuh dari ranjang karna menghindari Muzza.

"Apa yang kau lakukan sayang, bagaimana tadi jika kau jatuh, kau sengaja ya ingin lebih lama berduaan dengan ku di rumahsakit?padahal kan aku tadi hanya bercanda. kata Muzza dengan raut wajah kawatir dan gemas.

"Harusnya aku yang bertanya apa yang kau lakukan, kau menakuti ku. Lagi pula siapa juga yang ingin bersamamu aku bisa disini sendiri sana pergilah." kata Kania dengan kesal dan merah karna Muzza menjailinya.

"Baiklah aku akan pergi nanti biar ayahmu sja yang menjaga mu...," kata Muzza yang belum sempat melanjutkan ucapannya tapi sudah dipotong oleh Kania.

"Tidak kau tetap disini, aku sangat membutuhkan mu". kata Kania yang langsung memotong ucapan Muzza dan melupakan bahwa dia sedang marah.

"Hemmm... bukan kah kau tadi mengatakan tidak ingin bersamaku?". kata Muzza memicingkan matanya.

"Tidak aku tadi hanya asal bicara, Kamu harus tetap menjaga ku bukankah aku sudah berjanji pada ku." kata Kania yang teringat ucapan Muzza yang akan menjaganya.

"Hemm... tentu, akan menjagamu dari jauh jika kau ingin bertemu dengan keluarga mu. Aku bisa mengawasi mu dan memastikan kau akan baik saja saat bersama keluarga mu." kata Muzza pada Kania.

"Aku.... perlu waktu, tolong mengertilah. ak...aku... aku.. Hanya syok tentang sikap ayah pada ku seperti tadi, dia pasti akan menyiksaku dan mengabaikan ku kembali." kata Kania yang hampir menangis.

"Maafkan aku.... sayang tolong jangan menangis, aku tidak akan memaksamu . Aku akan selalu menjaga mu semampu ku atas izin Allah bahkan aku akan menjaga mu dengan nyawaku." Kata Muzza yang menyesal telah membuat Zya kembali menangis. Kania kali ini menangis dalam diam sambil membalas pelukan Muzza yang hanagat.

"Assalamualaikum, emhemmmm... maaf. Hay Kania bagaimana keadaan mu?" kata Zya yang tiba-tiba muncul dari pintu masuk.

"Alhamdulilah sudah lebih baik." kata Kania merasa seperti kepergok maling, setelah melepaskan pelukannya pada Muzza dan menatap wanita yang berwajah mirip dengannya.

"Aku Kezya dan ini suamiku Azka , aku sangat menghawatirkan keadaanmu saudariku Lihat ini aku membuatkan ayam kecap kesukaan kita dulu dengan bubur untuk mu dan Muzza". kata Zya dengan senyum ramah pada Kania.

"Terimakasih Kezya dan Azka." hanya hal itu yang dapat diucapkan oleh Kania, Kania bingung ingin bersikap seperti apa pada kembarannya yang selalu bersikap baik dari dulu sampai detik ini.

Kania memang tidak ketakutan seperti pada saat dirinya melihat ayah atau ibunya tadi. Entah mungkin karna Kania yakin kezya dulu selalu menyanyinya dan hal itu membuatnya tidak punya alasan untuk takut pada Kezya. Sementara Azka hanya memadandang Muzza dengan pandangan tidak suka karna dimata Azka sekarang Muzza terlalu memperhatikan istri semenjak masuk ruangan tadi. Muzza puh mentap Zya karna hanya ingin memastikan ternyata wanita sebaik dan sebaik apapun Kezya hatinya tetap saja hanya merasa nyaman bersama Kania. Kania telah membuat hati Muzza penuh akan tingkah absurd dan ketangguhan dalam menghadapi masalah sehingga tidak ada tempat yang tersedia untuk orang lain bahkan untuk Zya seseorang yang sangat baik Dimata muzza.

"Muzza, aku sangat merasa lapar bisakah kau mengambilkan makananku yang di bawa oleh...." kata Kania sambil menatap Kezya, Kania sedikit lupa nama kembanya itu karna memang ingatannya akan masalalu masih samar-samar, padahal Zya telah memperkenalkan dirinya tadi.

"Tentu sayang, dia adalah Zya Kembaran mu." kata Muzza yang membantu Kania mengingat Zya.

Sementara Zya hanya tersenyum walau bagaimanapun kembarannya itu butuh waktu untuk mengingatnya. Zya dapat mahami itu karna Zya punsama sekarang masih berusaha mengingat kenangan manisnya bersama dengan Kania setelah lihat album foto lama yang telah diserahkan ibunda mereka beberapa hari yang lalu.