20.00
Deli pov
"Sekali lagi makasih ya bun udah mau nganterin" Aku memeluk bunda sekilas.
" Iya sama sama, lagian yang nyetirnya juga bukan bunda "
Aku tertawa canggung " Oh iya lupa, nanti tolong sampein makasih juga ke Dokter Ardi " aku mengecilkan suaraku di akhir kalimat.
" Iya nanti bunda sampein deh. Yaudah bunda pulang dulu ya, Arum juga udah cape banget kayanya " bunda melirik Arum yang sudah tertidur pulas di kursi depan bersama Ardi.
" Yah kirain bakal mampir dulu, yaudah deh gapapa lain kali aja. Hati hati ya bun " bunda mengangguk dan langsung masuk kembali ke dalam mobil.
Setelah mobil sudah cukup jauh akupun memasuki rumah yang keadaannya sangat sepi.
Biasanya di jam jam saat ini Bima sedang bermain ps bersama mang Ferdi hingga bertengkar.
" Teh baru dateng? " amih keluar dari kamar saat aku baru saja memegang knop pintu kamar.
" Iya, soalnya mang Ferdinya baru dateng "
" Yaudah gih masuk langsung istirahat aja " titah amih
Aku hanya bergumam sambil mengangguk.
Hahh....hari ini benar benar menjadi hari yang sangat panjang dan hari yang bersejarah mungkin. Aku menghempaskan badan ke kasur dan memejamkan mata.
Niatku hanya ingin menenangkan pikiran, namun aku malah teringat pada Bagus. Bagaimana nasib anak itu? Atau aku hubungi saja. Ya, hitung hitung tanda terimakasih karena dia sudah membawaku ke RS.
Tapi tunggu, dimana hp ku?
Terakhir kali aku menggunakannya untuk membalas pesan saat di.....
Ah di mobil, ya ampun bagaimana sekarang?
Yasudahlah paling aku akan mengambilnya besok sambil menjenguk Dias. Itupun jika bertemu dengan Dokter Adri.
Mandi air hangat mungkin bisa sedikit lebih menenangkan, akhirnya kuputuskan untuk mandi terlebih dulu.
Setelah mandi aku langsung membuka laptopku dan mengecek akun Instagram yang sedang ramai membicarakan kejadian di sekolah siang tadi.
Sangat banyak yang membuat Instastory dengan tulisan berhastag #keluarkan Bagus.
Entahlah apa yang mereka maksud, yang pasti itu tidak baik untuk Bagus.
Tok tok..
Ketupan pintu depan terdengar jelas hingga ke kamarku, mungkin karena kondisi rumah yang sepi.
Saat aku buka pintu " Iya kena- loh dokter? "
Ya, dokter Ardi yang datang, dia terlihat beda dengan setelah kaos dan jeans yang serba hitam. Tapi mau apa dia kemari?.
" Saya mau nganterin ini " seolah bisa membaca pikiranku.
" Oh ya ampun makasih Dok, jadi ngerepotin " aku sedikit meringis.
" Tadinya juga mau di titipin ke bunda besok, tapi ada yang nelfonin terus. Saya takut penting, jadi maaf kalo saya kurang sopan dan ngangkat telfonnya " jelasnya panjang lebar.
Akupun langsung mengecek riwayat panggilan. Ternyata yang menelfon itu kang Azka.
" Loh ada Ardi, kenapa ga di ajak masuk teh? " amih datang.
" Eh gapapa tante cuma sebentar ko " dokter Ardi menyalimi tangan amih.
" Panggil amih aja " amih tersenyum.
" Oh i- iya amih " terdengar kaku saat dokter Ardi yang mengucapkannya.
" Hmm, sekali lagi makasih ya dok dan maaf juga kalo ngerepotin " kata ku.
" Iya tidak apa apa, asal lain kali lebih hati hati saja. Yasudah kalo gitu saya pamit pulang " Lagi dan lagi dia tersenyum, senyum yang membuatku sedikit melamun.
" Del itu Ardinya mau pulang " amih menyenggol pundak ku.
" Ah- I iya mari dok " terasa sangat malu saat tertangkap basah sedang melamun.
□□□
Yang aku lakukan setelah kepergian dokter Ardi adalah merutuki diri sendiri. Merasa sangat bodoh melamun saat berbicara dengannya. Ada apa sebenarnya denganku?.
Ah sudahlah, lebih baik aku memeriksa hp siapa tahu kang Azka tadi mengirim sebuah pesan juga.
Kang Azka
▪︎Del knp g di angkat?
▪︎Del?
▪︎Akang cm mau tanya soal absen udh jadi atau
blm?
▪︎Akang denger kejadian yg nimpa km sm tmn² yg lain hari ini di kantin
▪︎Kl emang blm dikerjain gpp biar sm akang aja
▪︎Akang cm mau mastiin Deli udh bikin atau blm?
▪︎Delira?
Maaf bgt kang, tadi hp nya ketinggalan di mobil
tmn.
Deli udh bikin ko kang, cm bsk blm bisa msk
Kang Azka
Ywdh gpp nanti pagi² sebelum berangkat akang mampir ke rmh Deli dl
Oke kang
□□□
Sedangkan di RS
23.00
Ferdi POV
Trekk...trekkk..
Tidurku terusik saat terdengar suara suara aneh.
Karena satu alasan yaitu penasaran akhirnya aku membuka mata. Ternyata itu suara blankar Dias yang sedikit tergeser karena Dias yang ingin mengambil minum.
Sebenarnya ini pertemuan pertamaku bersama gadis bernama Dias ini. Amih bilang dia sudah seperti keluarga, dan tidak memiliki siapa siapa di kota ini.
" Dias mau minum? " aku mendekat dan memberikan segelas air yang sebelumnya ingin dia gapai.
" Hmm iya Ka- eh mang " mungkin dia canggung, tapi aku memakluminya.
" Gapapa kalo mau panggil kaka, eh tapi ntong weh. AA aja panggilnya "
Dia hanya mengangguk.
" Yaudah A Ferdi tidur lagi ya, udah wengi.tuh si Bima juga mimpinya udah nyampe Beijing " Candaku.
" Heem, makasih ya A. Maaf jadi kebangun "
" Gapapa kan AA disini juga buat nungguin kamu, makanya kalo butuh apa apa bangunin aja gapapa "
" Iya " Dias melihatkan senyum pertamanya pada ku.
Lumayan -batinku
Dias Pov
Sejak sepuluh menit lalu mataku terpejam, namun aku tak bisa tidur. Ntah karena aku sudah terlalu lama tidur, atau karena jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya.
Ya, sebenarnya aku hanya bercanda saat minta ditemain oleh mang Ferdi. Tapi Delira menganggapnya serius, jujur aku kira mang Ferdi itu tipe tipe cowo sunda humoris yang biasa saja.
Ternyata aku salah, dia begitu modis dan wajahnya terlihat sangat teduh. Beda dari cerita Deli dan Bima, yang selalu mengatakan bahwa mang Ferdi ini berisik dan cerewet.
Atau mungkin belum terlihat ya sifat aslinya? Ah ya ampun Dias apa pedulimu. Itu tidak baik Dias!
" Dias belum tidur? " suara itu. mati!! aku harus bagaimana sekarang?
Aku membalik badan secara perlahan " Hmm iya A gak bisa tidur lagi ".
" Kenapa? " dia merubah posisinya menjadi duduk.
" kayanya gara gara udah tidur dari tadi deh. " aku mencoba duduk, tapi punggunggu kembali terasa perih " Sshh aw ".
" Eh mau ngapain? " A Ferdi mendekat dan membantuku duduk
Bagaimana keadaan jantungku saat ini? Entahlah
" Kamu sekelas sama Delira? "
" Iya "
" Delira suka bohong berarti ya "
" Maksudnya gimana A? "
" Ya, Delikan suka cerita soal Dias ke AA. Tapi dari cerita Deli tuh katanya Dias itu cerewet, bercanda terus, ah pokoknya gak kaya Dias yang sekarang ada di depan AA pokoknya " Dia menatap mataku.
" Sebenernya-" aku menggantung kalimatku
" Sebenernya apa? Jangan bilang kalo misalnya kamu teh Dias palsu, trus nyamar jadi Dias biar bisa deket deket AA ya? " A Ferdi memicingkan matanya.
" Ih eng -enggak bukan gitu!. Maksud aku tuh sebenernya, emang bener apa kata Deli. Cuma ya, lagi males aja buat bercanda ". Bohong ku. Ya memang aku jadi diam bukan karena sakit.
" Oh efek sakit meren ya. Lagian AA cuma bercanda " dia mengakhiri kalimat dengan kekehan.
Sebenarnya candaannya itu hiasa saja, tapi itu sangat ajaib dan bisa membuatku tertawa lepas.
" Eh eh itu A si Bima mau kemana? " aku berhenti tertawa karena melihat Bima yang tiba tiba bangun saat tidur dan langsung berjalan ke arah pintu.
" Astagfirullah Bima heh!! " A Ferdi menghentikan Bima
" Mau kemana dia? " Tanyaku
" Gak tau da matanyamah merem. Wahh ngalindur yeuh budak. Ck ck ck " A Ferdi menuntun Kembali menuntun Bima untuk berbaring di sofa.
Saat Bima sudah diletakan di Sofa, tiba tiba "hmm Ya Allah Arum udah gede cantik banget "
Sontak aku dan A Ferdi saling pandang dan detik berikutnya kami tertawa bersama.
■■■
Besoknya
Delira pov
" Mih atuh ih sebentar doang beneran " ya, pagi ini aku sudah merengek pada amih agar di izinkan ikut ke rumah sakit. kalian pasti sudah tahu kenapa amih tidak mengizinkan.
" Amihmah kan semalem udah janji kalo malem aku mau pulang paginya ke rumah sakit lagi " aku tetap membuntuti pergerakan amih.
" Udahlah mih izinin aja " apih menuruni tangga
Aku langsung berhamburan memeluk apih.
" makasih apih ".
" Tapi teteh jangan dulu cape cape "
" A yay kapten "aku memberi hormat pada apih.
Apih dan amih hanya terkekeh melihat kelakuanku.
Tok..tokk
" teteh aja yang bukainnya mih " aku langsung mendahului amih, Dan amih kembali ke dapur.
Tok..tokk
" Iya sebentar. Eh kang Azka "
" Assalamualaikum " kang Azka tersenyum.
" Waalaikumsalam, masuk dulu kang. Deli ambil dulu flashdisknya di atas ".
" Gapapa Del tunggu di sini aja " kang Azka mendudukan dirinya di salah satu dari dua kursi yang ada di luar.
" Yaudah sebentar " akupun kembali kekamar.
" Siapa teh? " -apih.
" Temen pih ".
" Temen apa temen, lumayan tuh ganteng " nah jiwa usil apih bangkit.
Aku tidak menanggapinya dan tetap naik ke atas.
Bukannya tidak sopan, tapi apih itu rajanya usil dan bila dilayani malah makin menjadi jadi keusilannya itu.
Itu terbukti saat aku kembali dari kamar apih kembali membuka suara " Apihmah ngizinin da teh, kalo si AA nya seriusmah " sambil menyesap susu yang sudah amih buatkan.
" Iya nanti di kenalin ke calon Deli, tapi gak sekarang dan bukan yang ini ! ".
" Iya deh percaya ".
Saat tiba di depan rumah ternyata kang Azka tengah membaca koran pagi yang belum sempat apih baca.
" Nih kang ".
" Aduh makasih banget ya Deli, maaf juga nih jadi ngerepotin padahal Delinya belum sehat bener "terlihat sedikit gurat merasa bersalah pada wajah kang Azka.
" Santai aja atuh kang, lagian Deli gak sakit apa apa ko, cuma masih agak lemes aja " aku sedikit tersenyum.
" Eh tapi yang semalem itu bener pacar kamu yang ngangkat telfonnya Del? " kalimat yang membuat kedua mataku hampir melompat dari tempatnya.
" Ehh? Akang kata siapa dia pacar saya? "
" Dia sendiri yang bilang, ya tapi suaranya agak ga jelas gitu sih. Makannya akang nanya "
" Hmm enggak ko kang itumah cuma temen aja " ada apa dengan pipiku ini? Mengapa tiba tiba terasa panas.
" Oh temen. eh astagfirullah jadi ngobrol " kang Azka melirik jam tangan hitam yang ia kenakan.
" Yaudah akang berangkat ya Del, sekali lagi makasih " kang Azka menaiki sepedahnya.
" Iyaaaaaaa sekali lagi sama sama " aku memutar bola mata. Masalahnya ini sudah keberapa kali dia selalu bilang terimakasih.
" Apa maksud dokter Ardi? " Ya hanya pertanyaan itu yang sejak tadi berputar di kepalaku.
Wahai hati
janganlah dulu terbuka....
terbuka untuk yang belum pasti.
sebab apa?
itu hanya akan melukai nurani
-Teh Deli