Chereads / SuperMarket / Chapter 2 - Confuse

Chapter 2 - Confuse

Bagaimana bisa rambut memendek dalam semalam? Terlebih ini sangat acak-acakkan.

Panjang yang tidak beraturan, seperti seseornag memotongnya dengan asal.

Saat ini Celine tengah duduk di mobil Gilang, ia yang biasanya memberontak menjadi pendiam, karena merasa bingung. Ia masih tercengang akan kejadian yang tidak masuk akal ini.

"Apa semalam Kamu memotong rambut dengan memejamkan mata?" Kata Gilang.

Kalau hal itu yang terjadi Celine akan lebih bersyukur, masalahnya ini terjadi secara tiba-tiba. Ia sendiri tidak tahu sejak kapan rambutnya berbentuk seperti ini.

Yang ia lakukan tadi pagi hanya menyambar hoodie kuningnya dan menutup kepalanya.

Mobil Gilang berhenti di sebuah salon berwarna putih bersih. Mereka berdua pun keluar dan segera melangkah memasuki salon.

Namun, penampakan seorang laki-laki lebih menyita perhatian Celine.

"Cowok itu?" Celine menggerakkan kakinya cepat, menyusul langkah panjang dari laki-laki yang ia temui kemarin. Si laki-laki swalayan.

Fokus Celine hanya pada orang berbaju hutam itu, ia mengabaikan setiap orang yang meneriakinya. Laki-laki terlalu mencurigakan bagi Celine, bisa jadi dia adalah dalang dari misteri pendeknya rambut Celine.

Tapi kerumunan ini sangat menyiksa raga mungilnya. Hanya sedikut saja laki-laki itu akan hilang dari pandangannya.

Dan benar saja, laki-laki itu telah menghilang ditelan kerumunan lainnya. Celine mengumpat, kesal dengan tubuhnya yang kurang cekatan.

"Celine! Kenapa Kamu lari sekencang tadi? Lihat orang-orang di sana terlibat marah melihatmu." Kata Gilang dengan napasnya yang masih ngos-ngosan.

"Gilang makasih ya sudah mengantarku ke salon, tapi maaf aku harua pergi sekarang, aku bisa mengurus rambutku sendiri." Kata Celine yang berlalu pergi setelah menepuk pelan pundak Gilang. Gilang hanya setengah terbata-bata melihat sang pujaan hati yang hilang begitu saja. Lagi-lagi gagal untuk dekat dengan Celine.

~~~

Sesampainya Celine di tempat kos, ia memperhatikan ada dua orang tengah memperbaiki jendela kamarnya dan ibu kos berdiri mengawal dua orang itu.

"Ah Celine, sudah pulang?" Sambut Ibu kos yang melihat kedatangan Celine.

Celine hanya tersenyum, ia mengalihkan atensinya pada sebuah jendela yang telah rusak. Pandangan Celine berpacu pada sebuah noda coklat di bagian bawah. Seperti noda tanah, berarti semalam memang benar ada orang yang masuk ke dalam kamarnya.

Celine buru-buru masuk ke dalam kamarnya dan memeriksa semua barang miliknya, muali dari tabungan, pakaian, hingga barang-barang yang menurutnya berharga. Tidak ada satu barang yang hilang, apa orang itu maauj hanya ingin menggunting rambutnya?

Celine menatap pancaran wajahnya di cermin, melihat rambutnya yang benar-benar acak-acakan. Dan bayangan orang lain merasuk dalam penglihatan Celine, laki-laki jakung itu sungguh mencurigakan.

Malam ini Celine menyuruh Reyna untuk menginap di rumahnya. Ia berencana untuk melakukan sebuah eksperimen kali ini.

"Celine, kumohon jangan lakukan ini. Kenapa kebiasaan burukmu ini tidak menghilang? Aku benar-benar tidak ingin terlibat dengan masalah semacam ini." Resah Reyna ketika Celine berhenti berbisik padanya.

"Apa kau ingin sahabatmy mati? Orang itu memang awalnya hanya menggunting rambutku tapi bisa saja 'kan dia malam ini jadi membunuhku?" Celine mendorong Reyna untuk tidur di ranjangnya. Reyna hanya bisa merengek dan menurut. Ia membaringkan tubuhnya di kasur Celine dan menangkupkan dirinya dalam selimut.

Celine pun mengembangkan senyumnya dan melangkah pergi bersembunyi di dalam lemari. Ia sedikit membuka pintu lemarinya, mengamati sepanjang malam apa yang akan terjadi hari ini.

Saat ini sudah tengah malam, tapi tidak ada gerak-gerik seseorang memasuki kamarnya.

Padahal kemarin di jam ini Celine mendengar suara pecahan kaca.

Sepertinya malam ini ia akan dapatkan hasil yang nihil.

Hingga mata kecilnya mulai terpejam karena jenuh. Perlahan menggelap dan semakin gelap, sepertinya hari ini ia telah kalah oleh kantuk yang biasanya tidak pernah menghampiri.

~~~

"Sudah kukatakan tidak ada apa-apa, mungkin kau saja yang mengigau. Kau 'kan kerao berjalan sambil tertidur." Protes Reyna ketika pagi telah membuktikan bahwa semalam tidak ada hal buruk yang terjadi.

Ini aneh, apa orang itu hanya menginginkan rambutnya? Tapi untuk apa? Itu tidak mungkin. Pikiran Celine berkecamuk, semuanya berkumpul mengumpulkan sebuah kemungkinan.

Celine mengacak rambutnya kasar. Hal itu mengingatnya akan benda kecil hitam yang kerap ia gunakan, japit.

Japit itu tidak ada, Celine telah membuangnya. Apa jangan-jangan ...

Celine melototkan matanya, sepertinya dugaannya memang benar jika laki-laki jakung adalah dalang dari semua ini.

Japitnya pasti ada pada orang itu karena ia membuangnya tepat di hadapan laki-laki itu dan sebuah gumaman tidak jelas dilontarkan oleh laki-laki itu.

"Rey, ayo keluar sebentar." Celine menarik paksa tangan Reyna.

"Aku belum selesai makan rotiku Celine!" Reyna berteriak, ia tidak terima jika sarapan enaknya diganggu, namun si kecil ini punya kekuatan seribu kali lipat dari yang Reyna punya, benar-benar bocil super.

Celine berjalan cepat mengajak Reyna ke sebuah swalayan dekat kos-nya.

Mata Reyna mengadar, ini benar-benar surga makanan. Swalayan yang cukup besar dan komplit.

"Kau boleh pilih apapun di sini, tapi aku ada permintaan." Celine kembali berbisik pada Reyna. Reyna mengangguk paham, ia cukup ahli dalam hal mendekati orang.

Reyna berjalan menjalankan misinya sedangkan Celine bersembunhi di balik rak berisikan makanan ringan.

"Halo, apa Anda karyawan di toko ini?" Sapa Reyna pada seorang laki-laki bercelemek.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" Sahut laki-laki itu ramah.

"Apa Anda tahu tempat buah-buahan?" Tanya Reyna yang langsung mendapat reakai dari orang itu. Reyna dan laki-laki itu berjalan menuju rak buah-buahan dan dari situ Reyna melayangkan sandiwaranya.

Reyna pura-pura terpeleset dan terjatuh. Seperti dalam drama laki-laki itu menangkap tubuh Reyna dengan sempurna.

Celine yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa berdesis "Huh, dasar ular. Kalau urusan modus langsung gercep."

Mata Reyna dan laki-laki itu bertemu, seperti rencana Celine ia coba melihat setiap detail dari wajah orang ini. Reyna punya analisis karakter yang baik dari sorotan wajah.

"Anda baik-baik saja."

"Iya sa ... ya ... " Tubuh Reyna tiba-tiba kaku. Orang ini begitu dingin, Reyna merasakan aura yang tidak baik dari orang ini.

"Dimana temanmu Celine?" Bisik laki-laki itu yang membuat Reyna mendorongnya jauh, Reyna bahkan pingsan begitu saja. Celine yang melihat itu begitu terkejut, apa yang terjadi dengan Reyna? Kenala ia bisa pingsan? Apa orang itu melukai Reyna.

Celine yang melangkahkan sedikit kakinya berjalan mundur kembali ketika melihat orang itu menyeret Reyna ke dalam sebuah ruangan.

Celine mengerutkan dahinya, tubuhnya bergetar hebat. Apa yang orang itu lakukan? Kenapa ia membawa Reyna. Celine yang biasanya penuh dengan keberanian itu menciut.

Nyalinya seketika hilang. Ia telah memberikan sahabatnya pada seorang monster. Dadanya merasa sakit akan rasa bersalah, Reyna harus menjadi umpan atas percobaannya.