Chereads / Laga / Chapter 10 - Syimbiosi Mutualisme

Chapter 10 - Syimbiosi Mutualisme

"Kau tau kan Syimbiosi mutualisme?

Jika kau tau kita akan menggunakan itu dalam hubungan kita."

-Latif yang selalu ganteng

HAPPY READING!

INGAT TYPO BERTEBARAN, MOHON DIMAKLUMI

。◕‿◕。(SOAL NYA HOBI SIH)

Setelah makan malam mereka semua berkumpul di ruang tamu untuk mendengarkan jawaban dari Latif.

Sedangkan Latif masih berpikir dengan otaknya.

"Khem, nah Latif sekarang jawabannya apa?" tanya Gibran to the point.

"Yes or yes?" tanya Raga dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Latif yang mendengar pertanyaan dari Raga langsung menjawab nya, "Kak, kasih pertanyaan yang bener dikit napa sih? Bingung gue punya kakak kok bego banget:v."

"Udah lah Latif.... gak usah kamu hirau in kakak kamu, yang penting jawab aja pertanyaan papah," ujar Gibran.

Latif hanya bisa menghela nafas berat. Disaat masih muda harusnya bisa seneng-seneng, nongkrong sama temen, eh malah nikah muda.

Setelah bergelut dengan otaknya, sekarang saatnya Latif memutuskan apakah dia akan menerima atau pun tidak perjodohan ini. Tapi dalam pikiran Latif dia bertanya-tanya, kenapa papah sama bunda jodohin gue dan lagi pula gue kan masih sekolah. Alasannya apa coba?

"Latif.... Terima aja deh bund."

"Nah gitu dong dari tadi, kasian otak Lo mikir berat-berat!" sindir Raga.

"Apaan sih kak, sewot aja!"

"Lah bocah setan!"

"Udah deh kalian ribut mulu kerjanya. Pusing nih papa dengar kalian ribut!" protes Gibran yang memijat kepalanya yang pusing.

"Terus kalo Latif udah setuju mau langsung nikah gitu bund?"

"Masa langsung nikah! Agatha kan masih kecil belum tau apa-apa tentang menjadi istri yang baik."

"Nah betoll bangat ..... 3 jempol buat lo," puji Latif yang sudah menaikkan 2 jempol tangannya dan 1 lagi jempol kaki.

"Itu sih masalah gampang kalian gak usah mikir, kalian cukup duduk manis dan belajar," terang Lena.

"Kalo Agatha mau jadi istri yang baik, tenang ada Mader yang akan bantuin kamu."

"Jadi nanti nikah kalian itu masih lama, lagian kalian masih kecil belum dewasa ya kan," ujar Gibran sambil menunjuk mereka berdua.

"Ahh syukur lah, kirain nikahnya dalam waktu deket kan kaget Hyung," ujar Agatha.

"Tapi gak usah pake Hyung juga dong, sok Korea banget!"

"Lah biarin ..... situ emang siapa? Aa Sehun? Bukan kan. Jadi kak Latif jangan sewot!"

"Lah gue kan calon suami Lo kenapa?"

"Hilih kan masih calon."

Latif hanya menghela nafas panjang dengan calon istrinya ini yang tingkahnya kek bocil. Bisa-bisanya bundanya milih orang yang perilakunya gak ada Astetic nya.

****

Latif mengajak Agatha keluar dari ruang tamu menuju halaman belakang rumah nya. Lagi-lagi Agatha dibuat tercengang dengan halaman rumah milik Marcel itu. Gimana enggak kalo halamannya membentang luas yang dihiasi rumput nan hijau, ada beberapa lampu, ada juga ayunan, dan lainnya.

"Anjirr lah .... ini halaman Lo kak, gede pisan uy kayak lapangan," ujar Agatha takjub mendadak.

"Ya iya lah, masa halamannya Pak Supri!"

Pak Supri adalah guru BK yang terkenal killer dan kejam, ketika menghukum siswa-siswi.

"Bisa jadi gitu Pak Supri minjemin halaman rumahnya ke rumah lo kak," balas Agatha asal.

"Duhai bubu kalo bego itu jangan disimpen mulu bagi-bagi sono sama temen Lo. Lagian rumput kek gini tu mahal tau!"

"Pengennya sih gitu tapi gak tau caranya, ah masa mahal cuman rumput?"

"Mahal lah, bokap gue beli rumput mahal karena rumputnya berkualitas," jelas Latif.

"Btw kak Lo kenapa bawa gue ke sini?" tanya Agatha yang masih melihat sekelilingnya.

"Gue pengen ngomong penting sama Lo."

"Kenapa gak didalam aja?"

"Gak .... ini penting hanya yang tau cuman bertiga aja. Selain itu gak ada," jelas Latif pada Agatha yang masih melihat sekelilingnya. Sungguh cewek norak.

"Hmm bertiga itu siapa aja? Kan disini cuman kita berdua aja atau jangan-jangan hantu, setan, satan, iblis ....."

"Gak usah lebay! Yang ketiga itu Allah."

"Oh gitu Yahya," balas Agatha. "Terus Lo kak mau ngomong apa?" Sambung Agatha.

Latif pun berjalan dekat lampu untuk duduk sambil  menaruh map kertas dan bolpoin. Agatha heran saat Latif mengeluarkan map kertas dan bolpoin, karena tingkat kepo Agatha meningkat akhirnya menyusul Latif duduk disana.

"Lo mau ngapain kak?"

"Mau bungkus Lo terus gue buang Lo ke got depan rumah gue!" ujar Latif sadis.

"Ihh mana bisa kertasnya kan kecil mana muat," jelas Agatha.

"Terserah dah!"

Latif menulis di kertas itu dengan judul 'PERATURAN SYIMBIOSI MUTUALISME'

"Peraturan Syimbiosi Mutualisme? Maksudnya gimana nih?" tanya Agatha bingung.

"Sebelum gue jelasin Lo tau gak Syimbiosi Mutualisme?" tanya Latif memastikan bahwa dia gak pikun.

"Ya tau lah ini kan pelajaran gue dari SD sampai SMP," jelas Agatha.

"Kalo tau artinya apa coba?"

"Artinya ketergantungan antara makhluk hidup yang saling menguntungkan satu sama lain," jelas Agatha.

"Nah pinter ternyata Lo gak bego-bego amat," kekeh Latif.

"Agatha gitu Lo," jawab Agatha sambil menunjuk dirinya.

"Jika kau tau kita akan menggunakan itu dalam hubungan kita, nah itu adalah poin utama dari adanya peraturan ini!"

"Gila Lo kak masa hubungan kita disamain kayak Bakteri Rhizobium leguminosarum dan tanaman polong-polongan. Seriously?" tanya Agatha kaget.

"Ya begitulah," jawab Latif enteng.

Sedangkan Agatha bingung dengan seniornya atau calon suaminya kelak itu. "Mana ada hubungan sakral kayak gini disamain sama bakteri gitu! Sungguh otak kak Latif aneh."

"Udah komat kamitnya?"

"Ha?"

"Udah lupain. Kita lanjut aja tentang peraturan selanjutnya," jelas Latif yang sudah menulis kata diatas kertas tersebut.

"Dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing," ujar Agatha setelah membaca kata yang ditulis oleh Latif.

"Mau tanya gak Lo mumpung gue buka pertanyaan?"

"Hmm pas aja deh."

Latif hanya membentuk jari jempol dan telunjuk membetuk O yang artinya Oke. Dan peraturan selanjutnya ditulis Latif. Menunggu Latif menulis Agatha mulai rebahan diatas rumput mahal itu.

"Rumput mahal emang beda ya kualitasnya, beda sama yang receh."  batin Agatha.

Latif yang melihat itu langsung menyuruh Agatha untuk bangun namun Agatha menolaknya , karena rumput yang ditidurinya sangat adem dan cukup empuk buat alas tidur.

Latif selesai menulis peraturan selanjutnya dan menyodorkan pada Agatha.

"Nih baca!"

"Lo aja gue lagi mager ni, capek gara-gara MOS tadi."

Latif menghela nafas berat. "Makanya jangan kebanyakan buat salah biar gak dihukum!"

Agatha yang mendengar itu hanya menunjukkan ekspresi seperti ingin mengatakan 'apakah gue peduli' Dan Latif mengalah lagi untuk seorang Agatha itu, kemudian membaca peraturan nya.

"Dilarang keras menyukai satu sama lain!"

"Mau tanya gak?"

Agatha menganggukkan kepala. "Kenapa Agatha gak boleh keras menyukai kak Latif tapi diluar sana boleh?"

"Beda lagi konsepnya Maimunah, masih ada lagi gak?"

"Masih."

Latif mengangkat alisnya.

"Kenapa Agatha gak boleh keras menyukai kak Latif kalo lembut boleh?"

"Yaya boleh," jawab Latif sambil mengibaskan tangannya.

"Asekk."

"Emang Lo ada rencana mau suka sama gue?" tanya Latif.

"Ya iyalah masa enggak seiring berjalannya waktu tar gue juga suka kak Latif," jelas Agatha sumringah.

Sedangkan Latif tersenyum dengan perkataan dari Agatha. Lucu ternyata.

"Tapi sebelum itu masih ada 1 lagi peraturannya."

"Hah lagi?"

Kemudian Latif menulis lagi peraturan yang terakhir itu.

"Jika diantara kita saling suka dan mau mengungkapkannya, sebaiknya ditahan karena kita belum cukup dewasa."

"Ada pertanyaan?"

"Huum, batas umur ngungkapin nya berapa kak?"

"Kalo gue pas diumur 20 tahun dimana gue udah dewasa, kalo Lo cukup 18 tahun aja lah."

"Iya in aja lah gue ngantuk."

"Ya ilah lagi jam 9 udah ngantuk aja Lo!"

"Capek tau, kak Latif mah gak ngerasain gimana dihukum di teriknya matahari!"

"Emang gak ngerasain sih," balas Latif.

"Nah itu tau."

"Tapi kerjaan gue banyak tau sebagai ketua OSIS masih mending elo cuman dihukum!"

"Kok mendingan sih? Yang mendingan itu kak Latif yang cuman duduk santai-santai di tempat teduh!"

"Terserah deh!" Kemudian Latif beranjak dari duduknya.

"Kak Latif mau kemana?" tanya Agatha.

"Mau masuk ambil laptop."

"Sekalian bawa cemilan sama minum ya!" pinta Agatha dengan suara cukup keras.

"Ck, anak kecil nyuruh-nyuruh!"

Sedangkan Agatha hanya tersenyum seperti tidak ada apa-apa.

****

Latif melewati ruang tamu, tanpa disengaja dia mendengar perkataan dari bundanya. "Gimana kalo mereka nikahnya pas Latif lulus kuliah?" tanya Lena pada mereka yang berkumpul di ruang tamu.

"Mana sempet bund keburu dapat yang lebih Astetic dari si polos bin pikun," ucap Latif pelan.

"Kelamaan Len, tar kalo Latif atau Agatha kepincut sama yang lain gimana?" tanya Dera. Aku pada mu Tante.

"Hmm iya juga."

"Eh tapi kok gue dukung sih kan harusnya gue seneng dong bisa bebas dari perjodohan ini," ujar Latif

Latif hanya geleng-geleng kepala dengan apa yang dia omongkannya tadi.

"Kalo gitu pas Agatha kelas 11 atau kelas 12, gimana?" tanya Gibran pada mereka.

Saat sedang asiknya menguping tiba-tiba Raga datang dan menonyor kepala adiknya itu. Yang menjadi korban hanya meringis.

"Apaan sih kak?"

"Lo yang ngapain disini?

"O .... Ooh itu ...."

"Iya itu apa?" tanya Raga penuh selidik.

"Itu .... Mau ngambil laptop di kamar," jawab Latif agak kikuk.

"Ya udah sana ngapain masih disini? Atau jangan-jangan Lo nguping ya?" tanya Raga tepat sasaran.

"Ee .... Eh enggak kok."

Raga yang melihat itu menyuruh nya pergi, "yaudah sono-sono."

"Dasar Kaka laknat!"

"Dasar Lo adik setan!"

"Dasar Bagong!"

"Dasar tai kucing!"

Ejek mereka gak ada habisnya. Sampai-sampai Gibran papa mereka yang lagi memperhatikan para ibu-ibu itu terhenti karena suara ribut ke dua anak mereka.

"Heh kalian kalo ribut jangan dirumah mending di lapang!" perintah Gibran.

Latif dan Raga yang sedang adu mulut tuba-tiba berhenti karena ulah sang papa.

"Kita gak ribut kok pah, cuman adu mulut aja ya kan dek," jelas Raga sambil merangkul bahu adiknya itu.

"Maaf siapa ya? Main rangkul aja?" tanya Latif iseng.

"Lo ya!" Raga pun menjitak kepala adik setannya itu. Sedangkan Latif meringis kesakitan. Namun setelah jitakan dari kakaknya itu Latif langsung menginjak kaki kaki Raga. Raga reflek mengangkat kakinya yang sakit itu.

Latif langsung lari ke tangga sambil tertawa kemenangan. "Rasain wkwkwk," ejek latif pada Raga.

Dasar Latif setan.

Gibran dan Lena hanya pasrah melihat kedua putranya yang setiap hari ribut mulu, seperti Tom and Jerry yang ada di TV-TV itu

****

Latif berjalan ke arah halaman belakang dengan membawa laptop, sedangkan cemilan dan minuman dibawa oleh Glen adik Agatha.

"Bisa-bisanya Lo tadi masih di meja makan, mana makan cemilan gue lagi," terang Latif pada Glen.

Glen yang merasa jadi tersangka hanya tersenyum. "Gak papa lah kak, lagian cemilan kakak enak kok jadi pengen nambah Mulu," balas Glen yang masih makan cemilan Latif.

"Udah woi jangan dimakan Mulu tar gue gak ada bagian nya!"

"Iya iya."

Mereka pun sampai di halaman belakang rumah Latif. Pandangan pertama Latif langsung tertuju pada Agatha yang sudah tertidur pulas dengan badan tengkurap.

"Kakak Lo kalo tidur kek gitu?" tanya Latif yang masih memperhatikan Agatha tertidur.

"Kurang lebih begitu."

Latif duduk disebelah Agatha sambil menaruh laptopnya sedangkan Glen berada diatas kepala Agatha Latif sambil melihat ke arah laptop.

"Kak Latif mau ngapain?"

"Mau masukin Lo ke laptop ini!"

"Mana bisa, ngarang Lo kak."

"Emang."

"Ngomong- ngomong kakak Lo kalo tidur ngorok juga?" tanya Latif yang mendengar suara dari mulut Agatha.

"Tergantung kak, kalo kak Agatha ngorok tandanya dia lagi kecapean," jelasnya pada Latif. Latif yang sedang sibuk ngetik hanya mengangguk.

"Tapi kalo pas gak kecapean malah lebih parah!"

"Hah?"

"Iya kak Agatha itu kalo tidur itu gak kenal arah kadang tidur dibawah, samping kanan atau kiri terus juga pernah tidur kepala sama tangan menjuntai dibatas kasur," jelas Glen yang sudah menjelekkan perilaku kakaknya.

"Kakak Lo tingkahnya gak ada manis-manisnya," terang Latif dengan tawanya.

"Emang sampai heran gue sama dia."

Mereka pun melanjutkan bercerita nya sampai akhirnya nya Dera mencari Agatha dan Glen untuk pulang

__________Batas Suci________

👉 silahkan mampir di WattPad aku @gebyyrika