Happy reading (。•̀ᴗ-)✧
Typo bertebaran harap maklum 💋
Tok Tok Tok
"Agatha bangun. Katanya mau bangun jam lima?"
Tak mendengar balasan oleh sang anak, kemudian Mader membuka pintu munculah anak sulungnya yang masih tertidur pulas dengan kepala dan kedua tangannya menggantung diluar batas kasur. Sedangkan bantal dan selimut sudah berada diatas lantai.
Mader hanya menggelengkan kepalanya dengan tingkah tidur anak gadisnya. "Agatha kalo tidur itu yang bener!" perintah Mader sambil memungut bantal dan selimut, lalu menaruhnya di kasur.
Setelah itu Mader membangunkan anak sulungnya sekali lagi, "Agatha ayo bangun!"
"Bentar Mader 5 menittt aja," pinta Agatha sambil mengangkat kelima jari kirinya.
"Gak ada 5 menit .... 5 menit, buruan bangun!" geram Mader yang masih sabar pada anak sulungnya.
Agatha masih setia tidur tanpa memperdulikan perintah dari sang Mader.
Mader yang sudah tak bisa menahan kesabaran mulai berjalan menuju kamar mandi yang berada dikamar Agatha. Mader kembali dengan membawa gayung yang berisi air dingin.
"AGATHA KAMU PILIH MADER SIRAM KAMU PAKE AIR DINGIN BIAR KAMU BANGUN ATAU KAMU BANGUN SENDIRI?" teriak Mader sambil mengarahkan ke wajah Agatha.
Agatha yang mendengar teriakkan dari sang Mader langsung membuka matanya lebar-lebar dan langsung bangun.
"Mader Agatha udah bangun nih, jadi jangan disiram ya hehehe," ujar Agatha.
"Nah dari tadi gitu langsung bangun, jadi Mader gak usah repot-repot teriak-teriak sama bawa gayung!" sindir Mader.
Yang bisa Agatha lakukan adalah nyengir kuda.
"Buruan sholat shubuh, terus ke dapur!" perintah Mader.
"Ngapain ke dapur Mader?"
"Gak usah tanya-tanya, buruan sholat!"
"Iya Bu Negara," jawab Agatha sambil berjalan menuju ke kamar mandi.
Namun Mader menarik kerah baju belakang Agatha. "Ets tunggu dulu, gayungnya dibawa sekalian nih."
"Huh, Mader kalo gak mau balikin sendiri ya jangan diambil dong!"
"Ya itu kan salah kamu, salah siapa tidur kok kayak kebo sulit banget dibangunin. Ya udah Mader pake gayung aja," jelas Mader.
"Iya deh iya, Agatha salah."
****
"Mader!" panggil Agatha yang sudah berada di dapur.
"Kenapa?" tanya Mader sambil mengambil sayur di kulkas.
"Tadi Agatha buka gorden kok masih gelap ya? Kan harusnya udah Adak terang, emang ini jam berapa Mader?"
"Setengah lima lebih dikit," balas Mader.
"Whatt thee?" teriak Agatha kencang. "Kenapa Mader banguninnya pagi banget sih," sambung Agatha.
"Biar kamu terbiasa."
"Tapi kan Mader Agatha masih ngantuk, terus kenapa Agatha disurung ke dapur?"
"Bantuin Mader masak dong, masa cuman diliatin doang."
"Tapi Mader Agatha gak bisa masak," ungkap Agatha .
"Makanya itu Mader ngajarin kamu buat masak supaya suami kamu betah dirumah gak makan diluar. Ini salah satu bentuk menjadi istri yang baik," jelas Mader sambil mengupas bawang putih.
"Iya Mader."
"Nih kupas bawang merahnya."
"Mader mau masak apa?"
"Mau masak sup sama telur dadar."
Agatha mengangguk paham.
"Kalo udah selesai kupas bawang merah nya langsung diiris ya," perintah Mader.
"Iyahh Mader," jawab Agatha sambil mengelap matanya dengan lengan baju.
Srott
Agatha menyedot ingusnya yang mau keluar.
"Payah kamu, masa cuman kupas sama iris bawang merah sampe nangis."
"Aku kan gak terlalu terbiasa Mader," sanggah Agatha.
****
Akhirnya acar masak pun selesai jam setengah enam kurang. Agatha dan Mader membawa hasil masakan mereka di meja makan untuk sarapan nanti.
"Mader Agatha naik ya mau mandi."
"Ya udah sana, mandinya jangan lama-lama tar keburu dingin makanan nya," ujar Mader. "Oh ya jangan lupa bangunin Glen juga."
"Siap bos!" Agatha langsung naik ke atas tangga menuju kamar Glen.
Tok Tok Tok
"Galon bangun!"
Karena tak ada sautan dari adiknya, Agatha langsung membuka pintu itu dan ternyata gak dikunci.
"Astaghfirullah masih tidur rupanya," kata Agatha sambil berjalan menuju ranjang Glen.
"Galon bangun Woi udah pagi nih tar lo telat!" seru Agatha.
Yang dilakukan Glen adalah mengambil selimut dan menutupi seluruh badannya.
"DASAR KEBOO!" bentak Agatha.
Agatha mulai berpikir untuk membangun kan adiknya itu, tiba-tiba satu ide nyangkut di otaknya.
"Siap-siap Lo gue kerjain," ujarnya lirih.
Agatha langsung naik perlahan menuju ranjang Glen dan dia melakukan lompat-lompat seperti bermain trampolin.
"GLEN BANGUN ADA KEBAKARAN!" teriak Agatha tepat di samping Glen.
Kemudian di mulai menyiram Glen dengan air yang terletak di atas nakas. "KEBAKARAN GLEN BANGUN!!"
Glen langsung bangun dan hendak lari namun suara tawa Agatha menghentikannya.
"KAK AGATHA LO NGERJAIN GUE LAGI YA, AWAS YA LO GUE BALES!" teriak Glen sambil berjalan menuju Agatha yang masih di atas ranjang Glen dengan tawanya.
"Habisnya Lo kalo dikerjain lucu sih, jadi pengen Mulu."
"Ringan sama dengan dipikul nih kakak kek Anji*g minta dipukul!"
Agatha hanya bisa tertawa dengan pantun yang dilontarkan oleh sang adik itu.
"Minggat Lo dari kamar gue!"
(Keluar)
"Iya iya."
Agatha keluar dari kamar sang adik dan berjalan ke ka kamarnya yang tak terlalu jauh.
****
Saat sedang sarapan ketiga keluarga itu dikagetkan oleh seorang yang membunyikan klakson motornya dari luar rumah kediaman Dera.
"Siapa sih ganggu orang sarapan aja?" ujar Agatha kesal.
"Mungkin tukang pos atau pengantar paket."
"Tapi Agatha gak pesen paket apa-apa," jelas Agatha pada Mader.
"Mader juga gak pesen."
Mata mereka tertuju pada Glen yang masih menyantap sarapan pagi.
"Lo ....."
"Gue gak pesen," potong Glen.
Dasar galon mujair.
"Kalo gitu biar Mader liat."
"Iya Mader," jawab mereka berdua bersama.
****
Mader membuka pintu rumah dan berjalan menuju gerbang rumahnya. Betapa terkejutnya Mader melihat calon suami anaknya datang pagi-pagi sekali kerumahnya.
"Loh kok nak Latif di sini?" tanya Mader sambil membuka pintu gerbang.
"Iya tante tadi disuruh bunda buat ngasih titipan ini." sambil menyodorkan sebuah totobag kecil. "Lagian Latif disini juga mau ngajak in Agatha berangkat bareng," sambung Latif.
"Oh iya iya, sini masuk dulu Agatha masih sarapan. Kamu udah sarapan belum?"
"Alhamdulillah udah Tante."
"Yah padahal Tante mau kamu rasain masakan dari Agatha."
"Kapan-kapan aja Tante."
"Iya tar kapan-kapan Agatha bawa makanan buat kmu disekolah," usul Mader.
Mereka sampai di meja makan dimana Agatha masih sibuk dengan sarapannya dan juga sepatunya.
"Agatha nih dicariin."
"Siapa?" Agatha yang tak memperhatikan orang yang datang tadi, langsung kaget dengan orang yang ada dihadapannya sedang senyum mautnya. Anjirr pagi-pagi udah dapet vitamin aja nih.
"Agatha buruan sarapan nya dihabisin!" perintah Mader sambil menyantap kembali sarapannya.
"Eeh ..... Iya Mader."
Agatha pun selesai sarapan namun dia belum memakai sepatunya.
Latif yang pun berinisiatif membantu Agatha memakaikan sepatunya.
"Eh kak Latif gak usah biar Agatha aja," ujar Agatha.
"Betul kak jangan buat kak Agatha jadi manja gak baik buat jantung dan hatinya."
"Apaan sih galon!" ucapnya penuh dengan tekanan.
Latif masih setia memakaikan sepatu pada Agatha dan akhirnya selesai.
"Udah nih."
"Makasih kak udah repot-repot mau pakein sepatu."
"Iya sama-sama."
"Yuk berangkat," ajak Agatha.
"Yuk."
Sebelum berangkat Agatha dan Latif menyalim tangan Mader. "Hati-hati dijalan ya, jangan ngebut-ngebut ya nak Latif."
"Siap Tante!"
Mereka berjalan menuju depan rumah untuk berangkat.
"Nih pake helmnya!" perintah Latif sambil memberikan helm kepada Agatha.
Agatha mengambil helm yang diberikan oleh Latif dan memakai nya. Namun Agatha kesusahan saat ingin mengunci helmnya. Melihat Agatha yang kesusahan Latif pun membantunya.
"Kalo gak bisa itu minta tolong, jangan sok bisa deh!"
"Iya deh iya."
"Sini Lo agak deketan," pinta Latif. Agatha pun mendekat, jarak antara Latif dan Agatha hanya sisa beberapa cm.
Agatha bisa merasakan deruan nafas dan bau parfum Latif yang harum. Hmm harum banget,
Clikk
"Nah udah," kata Latif sambil menepuk-nepuk helm Agatha.
"Aduh sakit tau," rintih Agatha.
"Buruan naik!" Agatha kesusahan saat naik ke atas jok motor Latif yang tinggi itu. "Kak Latif tuh kalo pake motor jangan nyusahin orang!"
"Gak tuh, gak nyusahin orang buktinya banyak kok yang pernah gue boncengin motor gue. Lo nya aja yang belum pernah naik motor kek gini," sindir Latif pada Agatha.
"Udah pegangan pinggang atau pundak gue kan bisa, gitu aja bikin susah!"
"Ye biarin!" decak Agatha sambil memegang pundak Latif sebagai tumpuan untuk naik ke atas jok motor.
"Udah, yuk berangkat," ujar Agatha sambil menepuk punggung Latif.
"Pegangan!"
"Udah."
"Mana?"
"Ini di jok belakang."
"Bukan pegangan disitu, pegang disini!" kata Latif sambil mengambil tangan Agatha ke pinggangnya.
"Eh?" ujar Agatha kaget dan ingin melepaskan tangannya.
"Jangan coba-coba di lepasin!" perintah Latif.
Agatha bingung dengan ekspresi nya, apakah harus senang atau malah cemberut dengan tingkah Latif.
****
Sesak, pengap, dan panas.
Itulah yang dirasakan oleh Agatha.
"Kalo telat ini semua gara-gara Lo kak!" seru Agatha.
"Kok gue?" tanya Latif yang tak terima dengan tuduhan dari Agatha.
"Kan gara-gara motor Lo mogok kita jadi harus naik angkot, mana sempit lagi!" sesal Agatha.
"Bukan gara-gara motor gue tapi gara-gara ngangkut Lo motor gue jadi turun berok nih, padahal biasanya kalo ngangkut cewek gak bikin motor gue mogok tuh!" sindir Latif sambil melihat Agatha yang berada disampingnya. Tanpa sadar mata mereka bertemu, buru-buru mereka membuang pandang mereka.
Agatha menghela nafas kasar. "Harusnya tadi gue gak bareng sama Lo, mungkin gue udah sampe ke sekolah," gumam Agatha.
"Heh payah, bukannya terima kasih malah ngedumel!"
Kemudian angkot berhenti. "AYO BU NAIK, MASIH ADA 1 SLOT LAGI!" seru Abang supir.
"Mana bisa bang ini udah penuh elah!" teriak Agatha tak trima.
"MAS YANG GANTENG TOLONG AGAK GESER, SAMA ADIKNYA TOLONG DI KONDISIKAN!"
Karena Abang supir mengatakan Latif ganteng jadinya level percaya dirinya meningkat. "SIAP BANG!"
Latif pun agak bergeser sampai mentok ke arah Agatha. "Hei setan lo kok malah mau aja disuruh geser!"
"Gak tau badan gue aja pen geser."
"Mas ganteng mending adiknya di pangku aja biar gak kejepit, kasian soalnya badannya udah kurus tar tambah kurus," jelas ibu-ibu hamil yang ada di depan Latif.
"ASTAGFIRULLAH!" grutu Agatha.
"IYA BETUL KATA IBU NYA NENG DI PANGKU AJA SAMA ABANGNYA!" perintah Abang supir.
"INI JUGA ABANGNYA, TAK BERPERILAKU KE AGATHAAN!"
"Buruan, tar telat kalo Lo ngoceh mulu!" ujar Latif sambil merapatkan kakinya. Agatha pun mengiyakan perkataan Latif dan duduk diatas pangkuannya.
"Ayo naik!"
Ibu itu pun naik ke angkot dan duduk berada disisi Latif.
"Maaf ya mas ganteng," ujar ibu itu.
"Oh gak papa kok Bu gak masalah," balas Agatha dengan senyum.
"Lo yang enak gue kagak!" bisik Latif tepat ditelinga Agatha.
"Salah siapa tadi gak mau koar-koar."
Latif menghela nafas. "Pegangan kalo gak mau jatuh!"
"Ogah!"
"Dasar celeng, dikasih tau malah ngeyel!"
(Celeng: babi hutan)
"Biaar .... innn," ujar Agatha yang hampir jatuh ke belakang namun tangan Latif sigap memegang pinggang Agatha.
"Nah kan kena karma, buruan pegangan!"
Agatha menurut apa yang diperintahkan oleh Latif, tangan Agatha pun berpegang dipundak Latif.
"Badan Lo berat banget, makan apa aja sih?" bisik Latif pelan.
"Ya makan nasi lah, ya kali gue makan batu sama pasir!" protes Agatha sambil menoleh ke arah Latif, dengan bersamaan itu tiba-tiba Abang sopir mengerem mendadak alhasil hidung dan bibir Agatha nemplok ke pipi kiri Latif.
Latif yang sejak tadi tak menghiraukan Agatha tiba-tiba tubuhnya langsung menegang dengan ada yang sesuatu yang nemplok di pipinya yang mulus.
"Gila Lo ta! Main sosor aja kalo mau tar dirumah aja," usul Latif sambil senyum-senyum.
Plak
Muka ganteng Latif menjadi sasaran Agatha untuk menamparnya.
"Jangan tampar muka ganteng gue, ini adalah aset ke dua yang harus di lindungi." Sambil menunjuk mukanya yang ganteng abis.
"Terus gue harus nampar Lo dimana?"
" Nih sini di bibir gue tapi pake bibir Lo biar enak."
"Ngimpi aja sono!" jawab Agatha dengan pipi bersemu merah.
"Cie baper," goda Latif sambil menoel pipi Agatha.
"Eee .... nggak, siapa juga yang baper."
"Ah masa?"
"Iyaaa!" bentak Agatha.
"Bang kiri!" teriak Agatha dari pangkuan Latif.
Angkot berhenti dekat disekolah mereka. Agatha pun turun dari angkot dan disusul oleh Latif.
"Berapa bang?"
"Goceng neng, kalo berdua jadi ceban."
"Duit?"
Latif mengeluarkan uang 10 ribu dari sakunya kepada Agatha, namun Agatha menggantinya dengan uang 5 ribu dan memberikan pada Abang supir.
"Kok cuman goceng neng?"
"Ya iyalah bang lagian tadi saya duduk di pangkuan dia," balas Agatha sambil menunjuk Latif.
"Iya udah neng."
"Nah gitu dong bang."
Latif dan Agatha berjalan menuju gerbang yang sudah tertutup.
"Nah kan ditutup," jelas Agatha.
"Ya terus gimana, mau manjat kayak Kukang? Gue mah ayok aja kalo Lo mau," balas Latif sambil menaik turunkan alisnya.
"Ihh jijay gue liat Lo kek gitu kak," kata Agatha sambil mendorong muka Latif dengan telapak tangannya.
" Jangan pegang muka gue tangan Lo kotor!"
"Iya iya."
"Ikut gue."
"Kemana?"
"Ke KUA, tapi becanda kalo beneran yaudah gak papa," racau Latif.
Agatha pun menendang pantat Latif dengan kaki kanannya. "Jangan becanda Mulu ih!"
"Aduh, KDRT saat PDKT!" ringis Latif sambil memegang pantatnya yang cenut-cenut.
"Makanya jangan becanda mulu!"
"Iya sayang."
Agatha merasa perutnya seperti ada kupu-kupu terbang.
"Hallo dobel b?"
"....."
"Iya ini mau kebelakang."
"....."
"Oke gue tunggu." Latif mematikan telponnya dan memasukkan kedalam saku celananya.
"Kak kita mau kemana sih?"
"Ke belakang."
"Ngapain?"
"Masuk sekolah."
"Ooh."
****
Mereka sampai di gerbang belakang sekolah yang udah jarang dilewati siswa maupun siswi.
"Mana dobel b? Malah belum keliatan?" tanya Latif sambil melihat kanan kiri.
"Dobel b itu siapa sih kak?"
"Tar lo juga tau," kata Latif.
"Nah itu mereka!" seru Latif sambil menunjuk dobel b. Lah ternyata kak bh sama bra.
"Lama banget sih Lo berdua?" dumel Latif pada temannya.
"Ya sori gara-gara si Bh tuh mampir dulu beli cireng."
"Dasar kang jajan."
"Iya hatur nuhun kang Latif , aing teh emang kasep pisan," jawab Bh dengan logat sundanya.
"Jijik gue bh!" protes Bra yang sudah membuka gerbang.
"2 in," kata Latif.
"DASAR LO YA! EMANG TITISAN IBLIS MAH GINI NOT HAVE AKHLAK!" teriak Bh kencang.
"Duluan sana ke kelas," usul Latif pada Agatha.
"Ngusir?"
"Enggak lagian kelas kita beda, gue diatas lo dibawah," jelas Latif.
"Haduh bang otak aing traveling kemana-mana," kata Bh.
"Gak usah dipikirin udah sono!" perintah Latif.
Agatha pun langsung berjalan menuju kelasnya.
"Gaes gaes perasaan gue kok gak enak ya?" tanya Bra.
"Mungkin Lo tadi ambil mendoan di Bu Siti belom bayar jadi kepikiran," ujar Bh.
"Atau kebanyakan dosa lo jadi membludak."
"Emang Lo semua gak ada yang bener!"
Prok prok prok
Ada suara tangan yang bertepuk tangan. Mereka kaget dengan suara tepukan itu. Bra langsung menghadap ke belakang dan whola ada pak botak alias pak Supri yang sudah berdiri dengan tangan membawa rotan.
"Hebat ya kalian ketinggalan 1 jam pelajaran dan lewat belakang!" kata Pak botak
"Iya dong pak," jawab Latif tanpa dosa. Sedangkan Bh dan Bra hanya melihat tak mau ikut-ikutan.
"Kamu ya Latif dikasih tau malah jawab!" bentak Pak botak.
"Iya dong pak kata papah saya kalo orang tau ngomong itu harus dijawab jangan cuman didiemin," jelas Latif.
"Udah udah sekarang kalian bertiga ikut saya!"
"Iya pak," jawab mereka kompak.
Pak botak membawa mereka di lapangan untuk dihukum. "Karena kalian melakukan 2 kesalahan maka kalian harus dihukum berat!"
"Yah jangan dong pak, saya gak kuat biar Dilan aja," kata Bra.
"Gak ada negosiasi, kalian saya hukum berdiri disini sambil hormat ke bendera sampai bel istirahat pertama bunyi!, Saya bakal awasi kalian!"
_____________________Batas Suci______________________