Para penjaga terlihat kaget saat Sadewa melewati mereka dengan wujud sejatinya. Sadewa begitu lincah melompati pagar demi pagar pembatas mansion dengan hutan. Liffi memejamkan matanya karena ngeri dengan perbuatan Sadewa.
"Kau takut?" tanya Sadewa.
"Iya, tapi sensasi pacuan adrenalinnya jauh lebih menyenangkan." Liffi terkikih bahagia.
"Syukurlah kalau kau suka. Aku bahagia saat kau kembali tersenyum, Liffi." Sadewa mempercepat laju langkah kakinya, menerobos hutan, memotong jalan untuk bisa segera sampai ke pondok miliknya.
Aroma white musk tercium jelas dari tiap helai bulu Sadewa. Liffi mempererat pelukkannya supaya tidak jatuh saat Sadewa melaju dengan kencang.
"Ini mengasyikan!!" jerit Liffi girang.
"Yeah," jawab Sadewa.
Bunyi gemericik air terjun mulai terdengar samar, Liffi tersenyum senang, matanya terus berbinar saat melihat ke sekitar mereka. Pohon-pohon pinus menjulang tinggi, siluetnya terlihat elok saat menantang cakrawala berwarna nila. Matahari akan terbit satu setengah jam lagi.
Beberapa hewan noktunal berlari ketakutan saat mendengar derap langkah Sadewa. Dengan cepat dan lincah Sadewa melewati jalanan setapak, menginjak tumbuhan perdu dan paku-pakuan yang banyak timbul di dalam hutan. Beberapa pohon juga terlihat telah berubah warna, menjadikan hutan itu punya warna berbeda.
"Kau kedinginan?" tanya Sadewa.
"Tidak!! Aku justru merasa hangat." Liffi berseru agar Sadewa bisa mendengarnya, Liffi memang merasa hangat karena bulu-bulu tebal sadewa melindunginya dari terpaan angin.
"Sebentar lagi kita akan sampai di ujung air terjun, Liffi. Pegangan, aku akan meloncat menaiki tepian tebing yang curam." Sadewa memberi peringatan pada kekasihnya, Liffi mengangguk dan langsung memegang erat bulu-bulu Sadewa.
Mata Liffi terkesima saat melihat air terjun. Sangat indah dan menawan. Luar biasa memukau, sungguh lukisan alam yang sangat memanjakan mata. Suara desiran angin dan gemericik air membuat perasaan Liffi membaik.
"Air terjun!!" seru Liffi.
Sadewa meloncat beberapa kali saat menaiki bukit pada tepian tebing. Dalam beberapa langkah besar, Sadewa mencapai puncak. Sungai besar membentang, mengair turun menjadi air terjun. Di bawah sana sedikit gelap, namun justru semakin indah karena cahaya kuning dari ekor kunang-kunang terlihat sangat cantik.
"Ini menakjubkan, Sadewa." Liffi mengelus leher Sadewa, serigala itu menikmatinya. Memejamkan mata sambil mengusapkan kepalanya ke kepala Liffi.
Sadewa menekuk kaki depannya dan merendahkan diri supaya dengan mudah Liffi bisa menuruni tubuhnya. Liffi bergegas turun, gadis itu benar-benar terkesima dengan pemandangan ini. Matahari fajar yang menyembul dari sisi lain cakrawala, memberikan seberkas sinar pada hamparan hutan yang menguning. Danau terlihat bergelombang pelan karena air terjun mengalir deras.
Gadis itu menatap indahnya matahari terbit dengan seekor serigala putih besar berdiri gagah di belakangnya.
"Kau melihatnya Sadewa? Ini indah sekali." Liffi tersenyum pada Sadewa, Sadewa mengangguk setuju.
"Kau mau terjun?" tanya Sadewa.
"Apa kau bilang?" Wajah Liffi memucat, terjun pada ketinggian 40 meter? Apa Sadewa sudah gila?
"Kau mau terjun ke danau? Aku akan menemanimu." Sadewa berubah menjadi wujud manusia.
"Kau serius?" tanya Liffi.
"Kenapa tidak? Ayo!!" Sadewa menggenggam tangan Liffi, membawa gadis itu masuk ke dalam dekapannya. Liffi memejamkan matanya erat-erat, baru kali ini gadis itu menentang bahaya dengan kemaunannya sendiri.
"Pada hitungan ke tiga, satu, dua, tiga ...!" Sadewa menjatuhkan tubuhnya dan Liffi ke bawah, hanya butuh beberapa detik bagi Liffi untuk merasakan dinginnya air menyentuh tubuhnya. Sempurna membasahi pakaiannya.
"AAAAAA!!!!!" Liffi berteriak takut, ia memeluk Sadewa erat-erat, dan ...
BYYUUUR!!!! Tubuh ke duanya terjatuh di dalam air.
"Hahahaha!!! Bagaimana Liffi? Kau menyukainya?!" Sadewa tertawa lantang begitu keduanya menyembul dari dalam air.
"Hahaha ... ini gila Sadewa. Sangat-sangat gila!!" Liffi terkikih, ia melepaskan pelukkan Sadewa dan beralih untuk melingkarkan lengan ke leher matenya itu.
"Aku merindukanmu, Liffi." Sadewa mengecup bibir Liffi, kecupan-kecupan ringan itu semakin bertambah mesra. Sadewa mulai menghujani Liffi dengan kecupan hangat disekujur tubuhnya. Membuat Liffi menggeliat pelan.
"Aku juga merindukanmu, Sadewa. Maafkan aku. Aku pasti membuatmu kecewa belakangan ini." Liffi mempererat lingkar lengannya. Mengelus rambut Sadewa dan membiarkan pria itu mulai mencumbu tubuhnya.
Sadewa menjilat pelan leher Liffi sementara tangannya mulai melucuti satu persatu pakaian yang menempel pada tubuh kekasihnya itu. Liffi melanjutkan ciuman mesra mereka, bermain dengan lidah Sadewa. Liffi masih aktif melancarkan ciumannya sementara tangan Sadewa melepaskan pakaian yang ia kenakan sampai tak tersisa sehelai benang pun.
Kain-kain itu mengambang pada permukaan danau. Air dingin tak terasa dingin karena suhu tubuh Sadewa yang terus mengahangat. Liffi merasakan hembusan angin dan cipratan air dari jantung air terjun. Gadis itu menengadah, melihat langit yang mulai berwarna biru, sementara Sadewa masih asyik menciumi leher dan pusat dadanya yang sintal.
Tangan Sadewa merengkuh pinggul Liffi, mengelus naik sampai ke pinggang. Dalam satu hentakan Sadewa mendorong tubuh langsing itu mendekati tepian danau. Menambatkannya di antara bebatuan besar.
"Argh, Sadewa," rancau Liffi saat Sadewa mulai menyatukan milik keduanya. Berbagi jiwa juga hangatnya suhu tubuh.
Air mulai beriak saat Sadewa memaju mundurkan tubuhnya di dalam tubuh Liffi. Gelombang air menyiprat dan mengusir beberapa kunang-kunang yang juga asyik saling menggoda. Hewan-hewan bersinar itu pergi, kalau manusia mungkin mereka akan menggerutu, mungkin juga merasa malu.
Wajah Liffi menghangat saat melihat wajah tampan Sadewa sedang menatapnya dengan penuh cinta. Liffi tak pernah menyangka akan menjadi matenya, tak pernah menyangka akan menjadi kekasihnya. Kekasih seorang manusia serigala. Mata biru emerald Sadewa membuat Liffi terenyuh, tenggelam semakin dalam pada nafsu dan gairah Sadewa.
"Sadewa!!" teriak Liffi saat permainan Sadewa semakin cepat, gerakkannya semakin menggebu. Melilitkan hasrat dan juga gairah. Persatuan itu memetikkan kekuatan pada jiwanya, membuat Sadewa merasa penuh, meluap-luap dengan kekuatan.
"Menghadaplah ke belakang, Liffi." Sadewa memutar tubuh Liffi dan memeluknya dari belakang.
Sadewa kembali menyatukan kedua tubuh mereka, memberikan kecupan dan sesapan hangat pada cerukan leher sampai ke pundak Liffi. Tangannya terselip di antara lengan Liffi, meremas pelan tonjolan milik kekasihnya itu dengan lembut. Memainkan pusatnya. Liffi belingsataan karena sensasi yang diberikan Sadewa kepadanya. Kecupan yang menggelitik, deruan napas yang hangat, dan persatuan yang panas, perih, namun nikmat.
"Aku mencintaimu, Liffi."
"Aku juga mencintaimu, Sadewa."
Bunyi hewan-hewan noktunal saling bersahutan. Bentangan alam terlihat begitu indah. Air danau terus bergelombang, sesekali bergemericik pelan. Liffi menyerah dalam dekapan Sadewa. Sadewa menyerah dalam pesona dan kenikmatan yang diberikan Liffi padanya. Mereka berdua mengisi indahnya fajar dengan luapan gairah dan teriakan penuh cinta.
oooooOoooo
Jangan lupa vote ya 💋💋
Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️
Terima kasih juga kepada semua yang sudah kasih power stone ya. Dukungan kalian sangat berarti buat saya yang baru belajar ini.
Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana