My silence and smile is just another word for my pain.
__________
Pagi hari yang cerah memperlihatkan gadis cantik yang masih terlelap dalam tidurnya. Sinar matahari mulai menembus jendela kamarnya danย melewati kelopak matanya.
"Argghh!" Tubuhnya menggeliat dan menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya. Kepalanya juga terasa pening, karena semalaman ia tidak bisa tidur dan memilih bermain games konsolnya sampai pukul 02.00 dini hari. Beruntung hari ini ia kuliah malam, jadi anita bisa menghabiskan pagi harinya dengan Kasur tercinta.
Alasan dia bermain games hanya untuk berusaha melupakan kejadian tadi malam. Kejadian dimana bibirnya sudah tidak perawan lagi, kejadian dimana arka berhasil mengambil ciuman pertamanya.
Tapi percuma kejadian itu sangat menempel di otaknya. Dalam hati ia sering bergumam 'jadi seperti ini rasanya'. Walau ini menjadi pengalaman pertamanya, secara naluriah anita juga ikut terhanyut dan membalas pangutannya. Efek setelahnya juga membuat hormon bahagianya meluap-luap. Dan sepertinya ia tidak akan sanggup untuk bertemu dengan arka.
Anita mengerjapkan matanya saat ada telpon masuk di ponselnya, tangannya meraba-raba mencari sumber suara tersebut. Ponsel sudah berada di tangannya dan langsung mengangkatnya tanpa melihat nama yang tertera.
Anita meng-loudspeaker dan bicara dengan mata yang terpejam. "Hallo" suaranya juga sangat pelan dan agak serak.
'Anita, kau tidak kuliah?' ucap seseorang dari sebrang sana.
Anita langsung membelalakkan matanya. Arka menelponnya, darahnya kembali berdesir. Ia masih malu untuk bicara pada arka. Anita bangun dari posisi tidurnya.
"Aku kuliah malam"
'oh, padahal aku sudah di depan rumahmu.'
Whatt!
"Maaf"
'iya, selamat istirahat'
Anita tersenyum. "Iya, aku tutup ya telponnya"
'hmm'
Anita langsung menutup telponnya dan ia berlari keluar untuk melihat arka dari jendela. Ia menyingkap gordennya sedikit, terlihat arka yang sedang berjalan menuju mobilnya. Tiba-tiba arka menoleh kebelakang dan mata mereka bertemu.
Arka melempar senyum dan melambaikan tangannya setelah itu masuk ke dalam mobil. Anita hanya tersenyum kaku dan menutup gorden.
Anita menghembuskan nafasnya berkali-kali mencoba untuk menetralkan kembali detak jantungnya. Anita berfikir akan sangat susah untuk bersikap biasa-biasa saja saat bersama arka. Padahal dulu anita agak risih karena arka terus menganggunya. Tapi sekarang? Rasa bahagia terus menghampirinya saat anita berada di dekatnya, bahkan saat sedang jauh sekali pun otaknya selalu memikirkan arka.
Dengan senyum yang terus mengembang, anita berjalan menuju kamarnya dan melompat ke kasur. Tangannya meremas kain seprai dan wajahnya juga ia tutupi dengan bantal untuk menyalurkan perasaan bahagianya saat ini.
_________
Tidak ada bakat yang anita punya selain belajar dengan tekun. Dari semester awal hingga semester 4 anita selalu memiliki nilai ipk yang sempurna. Mendapatkan pujian dari para dosen sudah biasa menurutnya, bahkan anita pernah ditawari untuk menjadi asisten dosen di universitasnya dan sudah pasti anita enggan menerima tawarannya.
Butuh 2 tahun lagi untuk anita menyelesaikan masa kuliah S1 nya. Dan alasan anita memilih jurusan sastra Indonesia adalah ia ingin menjadi penulis naskah dan penerjemah bahasa.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 sudah saatnya anita pulang. Ia merapikan semua alat tulisnya dan bergegas keluar dari dalam kelas. Hanya ada beberapa siswa yang mengikuti mata kuliah saat ini.
Bersamaan dengan keluarnya Anita dari kelas, ia melihat leo dan reva yang sedang berjalan bersama. Mata mereka saling bertemu. Tidak ada niat untuk anita menyapa mereka berdua.
"Anita?" Reva membuka suara.
"Iya, kau reva kan?"
"Iyaa" Ucap Reva mengangguk dan tersenyum dengan memperlihatkan jejeran giginya.
Padahal menurutku, reva jauh lebih cantik dari pada aku.
"Aku duluan" Ucapnya yang sudah ingin melangkahkan kakinya.
"Kau ingin pulang bersama kami?" Tawar leo.
"Ah tidak. Aku lebih baik pulang jalan kaki daripada harus ikut denganmu leo" anita mendengus karena mengingat kejadian saat pulang dari pesta. Sebenarnya anita juga sudah memaafkannya, hanya saja ia masih sedikit kesal.
Leo meringis. "Padahal aku sudah minta maaf"
"Iya-iya"
"Kalian saling mengenal?" Tanya reva yang bingung melihat keakraban anita dan leo.
"Kita bertemu di pesta ibumu" jawab leo. Menurut anita itu jawaban yang pantas, tidak mungkin ia harus menceritakan detail bagaimana mereka bisa saling mengenal. Akan sangat merusak image-nya.
"Ohh"
"Aku permi-" ucapan anita terpotong saat arka yang tiba-tiba datang menghampirinya. "Arka? Padahal sudah kubilang aku akan pulang dengan taxi"
Arka datang dengan setelan kaos hitam dan celana pendek yang berwarna hitam juga.
"Kenapa? Aku kan pacarmu. Oh ada kalian juga" arka tersenyum menatap reva dan leo bergantian. Dalam hatinya masih ada kekesalan saat melihat leo. Tapi, arka tau leo tidak seburuk itu.
Leo tidak terlalu terkejut saat hubungan mereka sudah terjalin. Dan reva? Tentu saja hatinya meronta-ronta mendengar ucapan arka. Leo yang melihat reva tiba-tiba murung langsung mengusap pundaknya. Bagi leo ini menyakitkan. Anita juga paham saat melihat tatapan reva yang seketika menjadi sendu.
"Arka, ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu. Tapi tidak disini" ucap leo.
Arka mengangguk. "Oke" Mereka pergi menjauh dari anita dan reva.
Sambil menunggu arka, anita bersandar di dinding dan memainkan ponselnya.
"Kau pasti senang kan?"
"Ha?" Anita bingung dengan ucapan reva.
"Ingat ya ANITA. sampai kapan pun aku tidak akan merestui hubungan kalian" ucap reva dengan penuh penekanan.
Anita terkejut dengan perkataannya, ia kira reva adalah sosok wanita yang baik dan ceria. Ternyata sangat jauh dari perkiraannya. Anita tarik kembali kata-kata kalau reva lebih cantik darinya.
"Maaf Reva. Tapi, aku tidak butuh restu darimu" Anita tersenyum sinis. Anita bukan tipe perempuan yang pasrah saat di gertak. Tidak ada yang boleh merendahkannya.
Reva menyunggingkan senyumnya sangat manis. "Apa yang kau lakukan pada arka? Hem? Menyukai gadis murahan sepertimu. Aku saja muak melihatmu"
"Kalau aku murahan, kau apa? Dan Kau muak melihatku? Karena aku jauh lebih cantik darimu atau karena kau tidak bisa mendapatkan cintanya arka? Ups." Anita terkekeh. Sudah lama rasanya ia tidak beradu argumen seperti ini.
"Lihat, kukira kau gadis baik yang polos"
"Menurutmu aku akan diam saja saat orang berani mengusik kehidupanku? Dan reva jadilah adik yang baik, karena aku juga akan menjadi kakak yang baik untukmu" anita menampakkan senyum manisnya.
"Aku akan jadi adik yang baik, kau tenang saja" ucap reva memperlihatkan smirknya.
Bersamaan selesainya argumen mereka, arka dan leo datang.
"Sudah?" Tanya anita pada arka.
Arka mengangguk. "Ayo pulang" ucapnya menggenggam tangan anita. "Aku dan anita duluan" lanjutnya.
"Bye arka, bye kakak.. jaga kakak-ku baik-baik ya," sahut reva dengan senyum yang mengembang.
Close your f*cking mouth!!
_________
"Kalian kelihatan akrab" sahut arka sambil mengendarai mobilnya.
"Siapa?"
"Kau dan reva"
"Ohh iya" ucapnya tanpa menoleh dan tetap bersandar di kaca mobil. mood anita turun. Akrab katanya? Akrab untuk saling mencela Mungkin iya.
Anita diam dan memainkan jari kukunya. Otaknya tidak berhenti berfikir, ia takut hubungannya dengan arka akan selesai di tengah jalan. Tentu anita tidak akan membiarkan itu terjadi. Tapi, bagaimana kalau arka bosan dengannya dan lebih memilih untuk meninggalkannya? Secara anita hanya gadis flet yang membosankan.
Anita mengusap gusar wajahnya.
Dan lagi hubungannya dengan reva tidak terlihat bagus, ini juga sangat mengganggu pikirannya.
Kenapa reva harus menyukai arka?
"Hey kau kenapa?" Tanya arka yang langsung memegang tangannya. "Ada yang menggangu pikiranmu?" Arka merasa tidak nyaman melihat anita seperti sedang gelisah.
"Tidak, tidak ada. Aku hanya merasa pusing"
Arka mengusap punggung tangan anita dengan ibu jarinya. "Kalau begitu kau harus langsung tidur setelah ini. Jangan terlalu banyak pikiran." lanjutnya tetap fokus menyetir.
Hatinya menghangat, setidaknya untuk sekarang anita punya arka. Anita adalah gadis beruntung yang mendapatkan cintanya arka.
"Iya" anita tersenyum. "Oh iya tadi kau membicarakan apa dengan leo?"
"Membicarakanmu, tentang kejadian tempo lalu."
"Ohh." Anita menghela nafasnya. "Arka, apa kau tau kalau reva sangat menyukaimu?"
"Kenapa tiba-tiba bertanya tentang itu?" Ucapnya sedikit menoleh.
"Jadi kau sudah tau ya?"
Arka menggeleng. "Aku baru tau dari ucapanmu barusan. Oh jangan-jangan ini yang membuatmu gelisah dari tadi?" Tebak arka.
"I-iya" anita menunduk.
Arka melepaskan genggamannya dan beralih untuk mengusap rambut anita. "Hubungan ini hanya milik kita berdua. Tidak perlu mengkhawatirkan hal yang tidak-tidak. I'm yours and you're mine"
Anita mengangguk dan tersenyum tipis. "Maaf membuatmu khawatir." anita memegang tangan arka yang berada di kepalanya setelah itu mereka saling menautkan jari-jarinya.
Melihat arka tersenyum membuat anita salah fokus. Entah kenapa rasanya anita ingin mencicipi bibirnya lagi?
Tahan anita, kenapa tiba-tiba otakku memikirkan itu?
๐๐
Yuhuuu,,,,
Btw part ini kyk maksa bgt updatenya.. jdi agak berantakan ๐ญ otakku mentok, tapi pgn update๐ญ...
Saranghae ๐๐