Chereads / ARKA & ANITA / Chapter 18 - Chapter 16

Chapter 18 - Chapter 16

Aku terus menerus mendengarmu di hatiku, kupikir aku akan gila.

________

Hari berganti hari, kini arka dan anita semakin memperlihatkan kedekatan mereka di tempat umum. Terkadang setiap arka berlatih di ruangan musik, anita selalu melihat permainan pianonya.

Beberapa penggemar arka, kecewa saat tau arka sudah memiliki pasangan kekasih. Begitu juga dengan anita, beberapa temannya menanyakan hubungannya dengan arka. Mereka bingung karena gadis introvert seperti anita bisa menarik perhatian arka. Jangankan orang lain, anita sendiri pun bingung.

Saat ini pukul 15.00 sepulang kuliah anita dan arka sedang berada di perjalanan menuju rumah reva. Ini adalah permintaan dari ibunya untuk bermain ke rumah perihal rasa rindu seorang ibu pada anak kandungnya. Anita sempat ragu, karena ia yakin reva ada di rumah. Tapi, ia juga rindu terhadap ibunya.

"Maaf merepotkanmu" kata Anita sembari menoleh.

"Aku senang kalau itu kau." Arka menyunggingkan senyumnya pada anita. "Dan jika kau juga ingin menemui ayahmu, jangan sungkan untuk mengajakku" lanjutnya.

Anita mengangguk. "Iya, sudah lama juga aku tidak berkunjung"

"Ah iya anita dua minggu lagi aku akan mengikuti lomba dengan reva. Reva akan bermain biola dan aku akan mengiringinya dengan permainan pianoku. Jadi mungkin untuk beberapa hari ke depan aku akan banyak berlatih dengannya. Hmmm... Kau tidak keberatan kan?" Ucap arka sedikit menoleh. Arka merasa tidak enak. Tapi setidaknya ia sudah meminta izin pada anita.

Anita diam sejenak, dalam hatinya ia baru mengetahui kalau reva pemain biola. Ada perasaan tidak nyaman saat arka harus bersama reva. Meski berat, anita tidak boleh egois.

"Iya, lagipula kalau aku keberatan pun kau memang harus latihan dengannya. Kalian harus bekerja sama."

"Aku tidak akan mengecewakanmu, aku dan reva pasti menang" ucapnya tetap fokus pada kemudinya.

Anita hanya tersenyum menanggapi perkataannya.

Tak lama mereka tiba di rumah ibu kandung anita, arka memarkirkan mobilnya di halaman lalu mematikan mesinnya. Setelah itu mereka langsung turun dari mobil.

Anita memencet bel berkali kali hingga sang tuan rumah membukakan pintunya. Anita agak risih saat reva lah yang membuka pintu. Reva juga sempat terkejut dan memandangi mereka berdua bergantian. Ada senyuman yang terpancar saat reva melihat arka dan tatapan tidak suka ia tunjukkan pada anita.

"Aku tebak, pasti kak anita mau bertemu ibu kan?" Tanya reva dengan senyuman yang di buat-buat.

"Hmm"

"Okeh silahkan masuk" reva bergeser untuk memberikan space kepada anita dan arka.

Anita melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan reva menyuruh mereka untuk duduk di ruang tamu.

Terlihat bella ibu Anita turun dari anak tangga, bella melangkahkan kakinya cepat menghampiri anita dan senyum yang terus mengembang.

Anita beranjak dari duduknya dan memeluk ibunya erat. Hanya beberapa detik sampai mereka berdua melepas pelukannya.

"Bunda sehat?" Tanya anita dengan senyum yang merekah.

Bella mengangguk. "Sehat dong, bunda sangat merindukanmu" bella mengacak rambut anita.

Arka ikut berdiri untuk bersalaman dengan bella. "Sore tante"

"Iya arka, sepertinya kalian semakin dekat ya"

"Haha iya tante"

"Yuk duduk" bella mempersilahkan mereka duduk.

"Arka! arka!!"

Mereka bertiga menoleh ke arah sumber suara dan terlihat reva yang datang dengan biola di tangannya.

"Bagaimana selagi kau disini, kita sekalian berlatih? Biarkan ibu dan kak anita berdua. Ayo!" reva menarik tangan arka.

Anita menghela nafasnya. Ia tidak boleh jengkel dan lagipula kedatangan dia kesini ingin menyalurkan rasa rindunya pada bella.

"Maaf tante saya tinggal, anita aku tidak akan lama"

Sekarang arka dan reva berada di ruangan yang cukup besar. Tangan reva juga tidak lepas dari lengan arka.

"Reva bisa tolong kau lepas" arka berusaha menarik pelan tangannya.

"Oh iya" reva melepas pegangannya dan ia mulai memposisikan biolanya di leher. "Ayo mulai"

Arka berdehem dan duduk di depan piano, ia juga memposisikan jari-jarinya di depan tuts piano. "Reva, aku baru sadar. Not yang sudah kutulis tidak aku bawa, aku juga belum menghafal setiap not nya"

"Tidak apa apa kita mainkan lagu lain, ini untuk bersenang senang saja. Hitung-hitung berlatih untuk menyesuaikan permainan kita"

Arka mengangguk.

Reva memainkan biolanya lebih dulu, matanya juga terpejam menikmati permainannya dan bibir yang terus memperlihatkan senyumnya. Reva hanyut dalam permainannya sendiri. Hingga beberapa detik kemudian arka pun mulai mengiringinya dengan piano. Melodi keduanya menyatu dalam ruangan serta menggema dan menjadikan nada yang begitu indah. Keduanya sama-sama berlatih dengan santai dan senyuman yang tidak pernah luntur.

Sudah 1 jam lebih mereka berlatih, dan mereka memutuskan untuk mengakhiri latihan hari ini.

"Ini menyenangkan, seterusnya ayo kita berlatih dengan sungguh-sungguh" Reva duduk di samping arka.

"Iya, permainanmu juga semakin bagus ya" arka tersenyum dan matanya melirik jari reva yang agak memar karena menekan beberapa senar biolanya. Arka langsung memegang tangan mungil reva untuk melihat lebih jelas lukanya. "Apa kau terlalu keras berlatih?"

"Uh- i-ini tidak apa apa. Aku hanya terlalu bersemangat karena kita bisa menjadi pasangan di lomba nanti. Aku tidak ingin mengecewakanmu" seperti biasanya ia tersenyum dengan jejeran giginya.

"Jangan terlalu memaksakanmu. Apa ini sakit?"

"Tidak kok. Ini harus dipaksakan, aku senang bermain denganmu" reva tersenyum. Ia merasa senang karena arka masih menunjukkan perhatiannya seperti saat arka belum bertemu dengan anita.

Reva bergumam dalam hati dan berharap ia bisa merebut hatinya dari lomba ini.

"Mungkin agar lebih aman, kau harus menggunakan plester, supaya senarnya tidak bersentuhan langsung dengan kulitmu. Akan sangat disayangkan tangan cantik seperti ini memiliki luka." ucap arka tersenyum tipis dan tangan yang masih menggenggam tangan reva.

Pipinya bersemu merah. Ini yang reva suka dari arka, dia sangat peduli dan begitu perhatian.

"Iya terima kasih sarannya." Reva mengangguk. "Arka," panggilnya.

"Hmm?"

"Kenapa kau tidak berpacaran denganku saja? Kenapa kau malah berpacaran dengan kakak tiriku?"reva bertanya dengan lirih.

"Maksudmu?" Tanya arka bingung dengan satu alis yang terangkat.

Reva tertawa. "Tidak tidak.. aku bercanda hahaha. Kau ini terlalu serius yaa. Kau masih mau disini? Ayo keluar! Kak anita pasti menunggumu. Aku juga mau bersiap untuk berangkat kuliah" ucapnya bangun dari posisi duduknya.

"Dasar." Arka beranjak dari duduknya. "Kuliah malam?"

Reva mengangguk. "Iya. Leo juga sepertinya sudah datang menjemputku"

Mereka berjalan beriringan menuju ruang tamu. Dan benar leo sudah datang, kini Leo, anita, dan ibunya sedang asyik berbincang.

"Kalian sudah selesai berlatih?" Tanya Bella. Anita dan leo juga langsung menoleh kearah mereka.

"Sudah bu" reva menjawab. "Hmm.. leo sebentar ya, aku bersiap siap dulu" leo hanya mengangguk dan reva berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

Arka duduk di sofa. "Boleh aku bergabung?" Ucapnya tersenyum simpul.

"Kalian berlatih untuk apa?"tanya leo.

"Lomba" jawab arka.

"Kapan?"

"Dua minggu lagi"

Leo mengangguk mengerti.

"Tante jadi tidak sabar melihat pertunjukkan kalian" ucap bella bersemangat.

________

Setelah 3 jam berkunjung dengan bella, kini anita dan arka berada di rumah anita. Mereka berdua tengah asyik bermain games konsol milik Anita. Menurut anita bermain games bersama lawan lebih menyenangkan daripada harus bermain sendiri. Kepribadian anita juga bisa berubah saat bermain games. Menjadi lebih berisik.

Mereka sudah bermain games lebih dari 2 jam dan tak ada yang sadar bahwa malam semakin larut. Terdengar rintik hujan yang semakin lama menjadi begitu jelas terdengar, sekumpulan pasukan air jatuh dari langit dengan sangat deras, yang memberikan sensasi dingin dan hangat secara bersamaan.

Anita berjalan menuju jendela dan menyingkap gordennya sedikit.

"Apa ini sudah memasuki musim hujan?" Tanya anita pada dirinya sendiri. Ia tersenyum saat mendengar hujan yang menggema di telinganya. Agak lama ia memandangi hujan dari balik jendela sampai ia memutuskan untuk membuat mie instan. Makanan yang cocok untuk cuaca saat ini.

"Aku ingin membuat mie instan. Kau mau?" Tanyanya pada arka yang masih fokus pada games. "Arka?" Anita memanggilnya lagi. Arka tidak juga menjawab. Dengan langkah pelan, anita menghampiri arka dan langsung merebut controller-nya.

"Ah! Kembalikan, anita!" Pekik arka.

Anita juga langsung mengembalikannya. "Aku bertanya, kau mau mie instan tidak?"

"Iya aku mau" ucapnya tanpa mengalihkan matanya dari layar televisi.

Sambil berjalan ke arah pintu, anita mematikan layar televisinya dan membuat arka sedikit kesal.

"Aku belum selesai bermain, kenapa dimatikan??"

Anita tertawa. "Haha Maaf maaf." ia menghidupkan kembali layar televisinya. Setelah itu melangkahkan kakinya menuju dapur.

Anita tidak berhenti tersenyum saat melihat wajah kesal arka. Entahlah ia menjadi lebih berani melakukan hal yang menjengkelkan untuk membuatnya kesal. Mungkin karena hubungan mereka juga sudah hampir menginjak satu bulan.

Tanpa anita sadari arka mengikutinya diam-diam di belakang, berjalan pelan agar tidak menimbulkan suara. Arka meniup lehernya yang terekspos, seketika anita tersentak dan memegang leher belakangnya.

Anita menyikut pinggang arka. "Kupikir hantu, dasar"

Arka memegang pinggangnya. "Aduhh. Kita impas" arka terkekeh.

Mereka berdua pun membuat mie instan bersama. Ah tidak lebih tepatnya arka hanya melihat saja dengan posisi tepat di belakang anita. Punggung anita menempel dengan dadanya, kepala arka bersandar pada bahunya dan kedua tangannya ia letakkan di meja yang berada di depannya sebagai tumpuan.

Anita juga hanya diam dan berusaha fokus untuk memasukkan bumbu ke dalam mangkuk. Jantungnya berdetak cepat, perlakuan seperti ini kadang membuat jantungnya ingin melompat keluar dari habitatnya. Panas napas arka begitu terasa di bahunya walaupun terbalut dengan baju.

"Padahal kau sudah makan banyak dengan bundamu tadi" masih dengan posisi yang sama.

"Kenapa? Kau mau bilang aku gendut?"

Arka menggeleng ia memindahkan kedua tangannya untuk melingkarkannya di perut anita. "Aku hanya heran, perut kecil seperti ini, bisa menampung banyak makanan" mencium aroma tubuh anita membuatnya agak mabuk. Ia menelungkupkan kepalanya di leher anita dan menghirupnya.

"A-arka ini ge-geli" anita terkejut dengan perlakuannya. Ini sangat membuatnya gugup. Tapi, napas arka yang menerpa di lehernya memberikan sensasi hangat yang luar biasa. Kecupan kecil juga anita rasakan pada lehernya. Jujur, anita tidak ingin munafik, ia sangat menyukai ini.

💜💜

Gimana gimana??

Semoga kalian tetep stay sm tulisanku inii.