"Kamu peramal itu. Aku masih ingat." Ujar Aya yakin. Aya menelisik, mencoba mencari kebohongan pada manik wanita yang ada di hadapannya ini.
"Oke, itu memang aku. Aku terpaksa ada di sana saat itu karena saat itu aku pengangguran. Tapi lihat aku sekarang, aku sudah bukan peramal itu lagi. Anggap dia sudah enggak ada dan jangan sebar gosip tentang itu! Ngerti?" Wanita itu mengancam Aya dengan mengarahkan jari telunjuknya ke hadapan Aya.
"Oke, aku enggak akan sebarin. Tapi aku mau tanya, kamu beneran punya kemampuan peramal itu? Atau kamu tipu aku saat itu?" Aya mulai menaruh curiga pada wanita itu. Akan sangat bodoh jika Aya percaya sedangkan hal itu tidak nyata. Aya sudah terlanjur menjadi seperti orang gila saat mempercayainya beberapa waktu lalu.
Aya mulai panik.
"Aku peramal asli." Ucap wanita itu dengan bisikan. Badannya condong ke depan sambil mendekatkan bibirnya ke samping telinga Aya.
"Yakin?"
"Yakin."