Aya menengok ke kanan dan ke kiri. Setelah itu Aya mencoba mengibaskan tangannya di hadapan mata Tian yang terpejam. Bermaksud memeriksa seberapa sadar Tian melalui matanya.
Aya tersenyum sumringah saat menyadari Tian terlihat tidur sangat pulas. Lantas Aya tersenyum lebar dan langsung mendaratkan sebuah kecupan di pipi Tian dengan cepat. Setelah itu Aya hendak berniat bangkit dan menuju ke tujuan awalnya. Yaitu ke kamar mandi.
Namun saat Aya hendak bangun, sebuah tangan mencekal tangannya agar tidak pergi.
Aya terkejut.
Sumpah demi semua yang ada di langit dan bumi. Jantung Aya terasa bagaikan gunung Merapi yang sedang erupsi. Aya hanya berniat memberi sebuah kecupan lalu kabur, namun sialnya tangan Tian lebih cepat untuk menangkap tangan Aya.
"Yan, kamu bangun." Tian diam dan menatap Aya dengan lekat.
