"Makasih Ya, udah dengerin aku. Aku bakal coba tetap tenang dan kalem seperti yang kamu bilang Ya." Aya mengacungkan kedua jempolnya lagi. Itu adalah tindakan tepat untuk orang yang membenci dan nyinyir. Jangan hiraukan mereka. Biasanya orang-orang seperti itu akan senang bila di tanggapi.
Kemudian ada orang yang memanggil nama Rara lagi. Merasa di panggil, Rara pun pergi ke luar dari ruangan itu dan segera pergi menghampiri Johan.
Aya menghela nafas panjang. Sungguh Aya ingin bila ada keajaiban satu kali ini saja, Aya ingin melihat anak Rara tumbuh bersama dengan ibunya sampai besar nanti. Andai, harapan itu dapat terwujud.
Aya terkejut bukan main, sekaligus tersadar dari lamunannya saat sebuah panggilan telepon masuk muncul dari ponselnya. Ah, mungkin Aya harus menggantinya dengan nada dering yang kalem. Tapi gawat jika Aya tidak bisa mendengar telepon itu saat sedang tertidur. Biarlah.
"Cicil?" Cicit Aya membaca nama yang ada di layar ponselnya.
