Aya mengaduk milk shakenya dengan lemas, tanpa tenaga. Aya pikir, setelah refreshing dengan menonton film Aya bisa menjadi rileks sedikit. Nyatanya itu semua salah, Aya sangat tertekan sekarang. Genre film yang di tontonnya adalah romansa, namun memiliki bumbu darah yang bercucuran.
Aya benci itu. Aya benci kematian. Namun dalam film ini menunjukkan sekali banyak kematian akibat hal-hal yang sepele. Seperti hanya kesenangan yang berujung pembunuhan. Itu tidak wajar. Ah, Aya di sini sepertinya juga sama saja. Saat dirinya memimpikan orang lain. Aya juga pembunuhan bukan?
"Aya!" Aya tersadar dari lamunannya saat Wati menyebut namanya dengan keras.
"Kenapa?"
Wati menggelengkan kepalanya sambil mendecakkan lidahnya. "Mungkin ini kali ya, yang di sebut. Raganya di sini, tapi jiwanya entah pergi ke mana."
"Kok malah horor?" Komentar Wati sendiri atas kata-katanya yang baru saja di lontarkannya.