"Untuk itu, aku mau kasih mereka kenangan baik tentang aku. Aku bakal mencoba membantu mereka dengan kesulitan yang mereka alami. Itu aja. Aku hanya enggak mau mereka mengalami penyesalan sebelum benar-benar pergi." Terang Aya yang membuat Tian terperangah bangga.
"Kamu mau bantu mereka bagaimana?" Tanya Tian bingung.
"Ya apa aja. Apapun, asal aku bisa bantu kesulitan yang sedang mereka alami. Memang bukan bantuan yang besar, tapi aku harap itu bisa meringankan beban yang sedang mereka alami sedikit aja." Ujar Aya berbelit. Ugh, Aya memang tidak pandai berkata-kata. Berkesan hanya berputar-putar layaknya mainan zaman dulu, Yoyo.
"Pemikiran yang dewasa Ya." Ujar Tia kembali mengusap kepala Aya dengan lembut. Tian tidak tahu, sejak kapan Aya memiliki pemikiran seperti ini. Sedangkan Aya tidak menyangka bahwa Tian dapat memahami perkataannya yang berantakan.
