Tian menggenggam erat sebuah jam tangan yang ada di dalam saku jasnya. Pulang dari sidang, Tian sudah berjanji akan memberikan Aya jam tangan yang Tian ambil darinya. Hanya saja, hati Tian tampak masih ragu untuk memberikannya pada Aya. Tian takut, Aya benar-benar berniat mengorbankan dirinya lagi.
Tolong Aya bukan hewan kurban!
Tian memutar langkahnya seratus delapan puluh derajat saat melihat Erna yang menggunakan pakaian susternya tampak sedang berjalan dengan dokter, keliling bangsal mengecek kondisi pasien. Seperti yang Aya ucapkan dan di janjikannya pada Aya. Tian harus menghindari Erna. Setidaknya, pencegahan mimpi itu bisa di mulai dari hal-hal kecil seperti ini walaupun kemungkinannya juga kecil.
Tian langsung bersembunyi di balik keramaian orang yang sedang menunggu lift. Lalu setelah memastikan Erna pergi, barulah Tian bisa melanjutkan perjalanannya menuju kamar Aya.
Tinggal satu belokan lagi dan..
Erna berdiri di hadapannya. Sial!