Chereads / Sang Raden / Chapter 3 - Putra Mahkota

Chapter 3 - Putra Mahkota

Kirana masih terdiam, ia bingung jawaban apa yang harus ia berikan kepada sepasang suami istri itu. Jika ia menceritakan pengalamannya bahwa dia tersesat di negeri itu apakah orang dihadapannya ini akan percaya? Kirana sama sekali tidak mengenalnya sedangkan dengan penuh keyakinan dua orang ini sangat yakin dan sepertinya sangat mengenal Kirana dengan sangat baik meskipun mereka memanggilnya dengan nama yang berbeda.

"Sekar?!" wanita itu menggoyangkan pundak Kirana hingga ia tersadar dari lamunannya.

"Aku..." Kirana terdiam sejenak, mungkin jika ia mengikuti alur yang ada, Kirana akan mendapatkan jawabannya. "Paman... Bibi, tapi kenapa prajurit itu bisa menusukku?"

Paman dan bibi saling melempar pandang, disisi lain mereka juga bingung dengan gelagat gadis yang ada di hadapannya itu.

"Kemarilah, duduklah di rumah paman, aku akan memberitahumu" Paman menarik Kirana masuk kedalam rumahnya, kemudian menutup semua pintu dan jendela. Sepertinya mereka sedang menghadapi masalah serius dan benar-benar ketakutan.

"Sekar, apa kamu tidak ingat sama sekali dengan kejadian itu?" tanya Paman menatapnya serius.

Kirana menggelengkan kepala, paman dan istrinya saling pandang dengan tatapan yang heran.

"Paman, Bibi. Mungkin waktu itu kepalaku terbentur sampai-sampai aku jadi hilang ingatan. Kalau boleh tahu, memangnya apa yang terjadi?" ucap Kirana. Ia pandai sekali membuat alasan untuk memancing cerita dari Paman dan Bibi.

"Waktu itu kamu membawa seorang laki-laki yang terluka parah, kamu menemukannya tergeletak dipinggir sungai. Selama lima hari kamu terus merawatnya dan sangat berharap pria itu bisa lekas sadar dan sembuh, tapi tidak disangka, niat baikmu malah membuat kita semua dalam bahaya!."

"Apa?" terperangah mendengar kejelasan itu. Lima hari lalu Kirana masih ada di dunianya, ia masih bekerja di PT dan merasa tidak pernah menyelamatkan siapapun. "Tapi... Aku... Aku... " bingung entah apa yang harus dijelaskan, sepertinya Kirana lupa kalau sekarang ini dia sedang berada di Dunia yang berbeda.

"Paman tidak mengerti kenapa kau lupa semuanya. Tapi yang perlu kau ketahui Sekar, pria itu adalah Raden Sastra, calon raja kita. Kerajaan Negaran kini runtuh karena pemberontakan yang dilakukan oleh pamannya sendiri. Mereka berhasil melumpuhkan istana dan menyerang Raden saat dia lengah, Raden Sastra berhasil melarikan diri dan akhirnya kau temukan di pinggir sungai. Sekarang Pamannya telah resmi menjadi Raja, dan dia tau kalau putra mahkota belum mati. Dia mencari keseluruh pelosok negeri untuk menemukannya dan ingin membunuhnya. Dengan begitu tidak akan ada lagi halangan baginya untuk memerintah"

Tangan yang gemetar terselimuti keringat dingin, Kirana tau kali ini yang ia hadapi adalah masalah yang serius. Terjebak kedalam dunia asing, bahkan kisah yang sama sekali tidak ia mengerti. "Apa yang harus aku lakukan" hanya pertanyaan itu yang terus menerus bergulir dihatinya.

Kirana terdiam sejenak, bergelut dengan pikiran dan perasaan yang buntu. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk saat ini lebih baik mengikuti dulu alurnya.

"Aku mengerti paman, jadi mereka membunuhku karena mereka tau kalau... Kalau aku yang menyelamatkan Putra Mahkota yang ada dirumah kayu itu?"

"Tepat. Tapi bagaimana kamu bisa selamat Sekar? Dan rumah kayu mana yang kau pakai untuk menyembunyikan Raden?" tanya paman dengan tatapan yang sangat mengintimidasi orang yang sedang dirundung kepanikan.

"Jadi pria yang sedang kritis itu adalah Raden Sastra si Putra Mahkota?! Gawat, apa yang harus aku jelaskan padanya. Aku sendiri tidak tau bagaimana aku bisa berada disini, Apalagi tentang menyembunyikan putra mahkota!". Bisik Kirana dalam hati.

"Sekar kenapa kamu diam? Apakah putra mahkota itu masih bersamamu?"

"I... Iya"

"Apa! Apa kamu sudah gila?!"

"Aku harus bagaimana paman? Jika aku biarkan dia maka dia bisa mati dan apakah pamannya itu bisa memimpin kerajaan dengan adil?! Aku akan tetap merawatnya agar dia pulih dan bisa merebut kembali haknya!" Mulutnya berbicara tanpa kendali, membuat Kitana bingung kenapa dirinya bisa berbicara seperti itu.

Sedangkan paman terdiam mencoba untuk mencerna apa yang Kirana ucapkan.

"Kau benar Sekar, jika pamannya yang memerintah maka kerajaan akan kacau dan rakyat bisa jadi pelampiasan kekejamannya. Paman berjanji akan menjaga rahasia ini. Dengar, banyak masyarakat yang tidak tahu seperti apa wajah Raden Sastra kecuali orang kerajaan. Mungkin ini bisa mendukung situasi, jika kelak dia sembuh dan sadar bilang saja dia suamimu"

"Apa???" jawab Kirana secepat kilat.

"Ssstt. Pelankan suaramu! Ini demi keselamatan kita semua kamu paham?"

"Aku... Aku harus kembali paman" Kirana berpamitan, Pamanpun mengijinkannya pergi. Ia membuka pintu dan mengawasi keadaan luar rumah. Setelah aman, ia bergegas pulang ke rumah kayu yang ia tinggali tadi.

"Persetan. Sial. Niat hati ingin mencari informasi malah aku semakin terjebak disini. Bodoh, bodoh, bodoh." umpatnya dalam sepanjang perjalanan menuju tempat yang akan menjadi tempat tinggalnya untuk seentara waktu.

Seharusnya Kirana mencari jalan untuk pulang, tapi dirinya malah terjebak semakin dalam situasi seperti ini. Entah sampai kapan ia harus mengikuti alur, apakah bisa tetap bertahan hidup, atau mati dipenggal dan dikenal sebagai penghianat di dunia yang tidak ia kenal.

"Haduh. Jadi ribet gini urusannya. Lagian kenapa aku ga bisa ngendaliin mulutku tadi!" berkali-kali menepuk jidat saat teringat perkataanya dengan paman tadi. "Mana bajuku cuma kemben dan kain begini lagi! Bisa-bisa aku masuk angin nanti. Hiks"

Kirana masuk kedalam rumah lalu melihat keadaan pria yang disebut Raden Sastra itu, dari sejak pertama datang memang belum melihat jelas seperti apa wajahnya. Kirana melangkah pelan menuju kamar, pria itu masih terbaring disana, Kirana mendekat dan duduk di ikursi yang terbuat dari kayu yang ada disamping tempat tidur.

"Hey. Kapan kau bangun dan sembuh? Biar aku cepet pulang!" ucapnya kesal dengan nada sedikit berbisik. Pelan-pelan beberapa kali ia menyentuh pipinya dengan telunjuk, tapi Raden Sastra benar-benar tidak bergeming sedikitpun.

"Ternyata dia tampan juga. Eh, apa-apaan ini, tapi... Memang dia tampan. Hihi" gumamnya masih memandangi Raden Sastra sambil senyam-senyum. Mumpung dia masih tidak sadar, Kirana menopang kepalanya dengan telapak tangan sambil memandanginya puas.

"Oleskan bubuk ramuan yang telah aku racik diatas meja itu!"

Tiba-tiba saja terdengar suara wanita yang begitu lembut membuat Kirana terperanjak kaget lalu terbangun dari tempat duduknya, Kirana sama sekali tidak melihat wujud wanita yang berbicara barusan.

"Si... Siapa yang berbicara? Kamu dimana?" tanyanya sambil menyisir seluruh ruangan bilik dengan pandangan.

Tapi tetap saja ia tidak melihat ada siapapun disana kecuali hanya dirinya dan juga Raden Sastra yang masih tidak sadarkan diri. Ia kemudian memeriksa dapur juga ruang depan, namun Kirana masih tidak menemukan siapapun.

"Mu... Mungkin barusan hanyalah perasaanku saja" gumam Kirana lalu kembali ke bilik.