Senyum bahagia terlihat jelas menghiasi wajah tampan Kenan sekarang. Bagaimana tidak bahagia? Pria itu sudah berhasil menjalankan rencananya yang disusun secara mendadak. Berbeda dengan Zanna, wanita itu memajukan bibirnya hampir satu meter ke depan, kejadian yang tidak pernah terlintas di kepalanya baru saja dia alami dengan sang sutradara handal yang sedang berdiri disampingnya sambil tersenyum lima jari dan tanpa merasa berdosa sama sekali.
"Senyumnya dong.... Lihat para tamu melihat mempelai wanitanya seperti dipaksa untuk menikah." Kenan menunjuk beberapa kerabatnya yang memang dia undang untuk pesta ini.
"Memang dipaksa! Tepatnya DIBOHONGI!!!" Zanna menekan kata terakhirnya sambil menatap tajam ke arah Kenan.
"Bukannya tadi pagi kamu menyanggupinya?"
"Kamu membohongiku! Kamu bilang jika hari ini aku bisa pergi keluar."
"Memang benar 'kan kita pergi keluar? Dan setelah ini kamu bisa pergi kapanpun kamu mau, asal kembali lagi pulang ke rumah. Rumah yang didalamnya ada aku yang sudah menjadi suami dan pemilik seutuhnya atas diri kamu." Jawaban santai dari Kenan membuat Zanna mengeraskan rahangnya menahan marah. Ingin sekali Zanna mencekik leher pria yang sudah berstatus sebagai suaminya ini, "Eh.... Tunggu dulu, jika Kenan mati dia janda dong? Tidak..... Tidak... Tidak.... Zanna tidak ingin menjadi janda muda." Zanna menggeleng-gelengkan kepalanya saat membayangkan dirinya menjadi seorang janda.
"Sayang.... Hei! Sayang! Ada apa?"
"Hah? Tidak, tidak ada apa-apa. Sudah lupakan! Aku lelah, bolehkah aku kembali ke kamar?"
"Kamu sudah tidak tahan ya? Kamu ingin kita segera ehem ehem ya?" Kenan menaik turunkan alisnya menggoda Zanna dan mendapatkan respon pukulan di kepalanya dari belakang. "Achh! Siapa sii...."
"Apa? Mau pukul papa? Kamu ini.... Tamu masih sebanyak ini sudah memikirkan ranjang, otak isinya cuma ranjang saja!" Tuan Narendra, papa dari Kenan adalah orang yang baru saja memberi hadiah kepada Kenan, sang putra semata wayang yang selalu membuat masalah itu meringis sambil mengusap kepalanya yang masih terasa sakit.
Pernikahan dadakan ini contohnya. Narendra baru mendapat kabar jika Kenan akan menikah tadi pagi, berita bahagia itu hampir membuat Narendra mengalami serangan jantung karena begitu mendadak. Tidak henti-hentinya Narendra mengomel kepada anaknya itu apalagi Kenan masih ada satu masalah dengan wanita yang saat ini mengaku berpacaran dengannya, dan berita pagi tadi bisa juga menjadi berita bahagia untuknya. Zanna Kirania adalah gadis yang sejak dulu ingin sekali dijadikannya sebagai menantu, karena hubungan Zanna dengan Kenan dimasa lalu sudah diketahui seluruh keluarga Kenan meski bukan dari mulut Kenan sendiri. Gadis pekerja keras dan yang terpenting Zanna adalah sosok yang bisa merubah Kenan menjadi sosok yang lebih baik, itu adalah pandangan keluarga Kenan terhadap Zanna.
"Sayang, ada yang ingin bertemu dengan kamu." Kini Narendra berbicara dengan menantunya, tamu Zanna yang memang tidak berani menemuinya secara langsung meminta bantuan Narendra untuk menyampaikan kepada Zanna bahwa mereka ingin bertemu.
"Siapa Pa?" Bukan Zanna yang bertanya melainkan Kenan, siapa tamu yang datang ke pernikahannya yang diluar undangan?
"Bukan tamu kamu. Minggir! Papa mau bawa menantu papa dulu sebelum kamu sandera berhari-hari." Narendra menggandeng tangan Zanna dengan lembut. Sampai di dekat tempat duduk yang diduduki oleh dua orang perempuan yang sangat Zanna hafal bentuk tubuhnya, Zanna menghentikan kakinya membuat Narendra merasa heran.
"Ada apa sayang? Mereka ingin bertemu dengan kamu, mereka menerobos keamanan, membuat ribut di sana dan tadi bertepatan dengan kedatangan papa jadi mereka masuk bersama papa." Penjelasan Narendra yang cukup panjang terdengar oleh kedua perempuan itu, Zanna tidak berkata apapun saat kedua perempuan itu menoleh kearah Narendra karena mendengar Narendra yang sedang berbicara.
Sella dan Fika, sahabat Zanna yang seolah-olah menghilang dari dunia setelah liburan bersama mereka sekarang sedang menunduk, takut. Sella dan Fika takut jika Zanna masih belum bisa mema'afkan mereka karena mereka meninggalkan Zanna di Bali bersama dengan Kenan.
"Sella? Fika? Ya Tuhaaannn... Kemana saja kalian? Kalian kurang ajar! Meninggalkanku begitu saja di Bali." Zanna memang lama tidak bertemu dengan dua sahabatnya ini sejak liburan di Bali, pertemuannya dengan Kenan membuatnya tidak bisa pergi kemanapun selain berada disisi Kenan. Zanna merubah wajahnya dengan cepat agar kedua temannya tidak merasakan kekecewaannya kepada mereka.
"Ma'af.... Ma'afkan kami.... Kami mencintaimu tapi orang tua kami lebih penting dari segalanya." Sella masih menunduk tidak berani melihat kearah Zanna.
"Maksud kamu? Ada apa dengan orangtuamu?"
"Waktu itu sebelum kami meninggalkanmu Kenan mengancam kami, jika kami tidak meninggalkanmu di Bali, bisnis orang tua kami akan berada di ambang kehancuran." Kini Fika yang menjawab pertanyaan Zanna, jawaban Fika membuat Zanna melongo. "Sampai berbuat seperti itukah seorang Kenan?" Pikir Zanna.
"Kenan seperti itu?"
"Semua memang salah kami. Dulu Kenan pernah datang mencari kami untuk bertanya tentang keberadaan kamu, tapi kami kompak menyembunyikan kamu. Kami tidak ingin Kenan menyakiti hati kamu lagi." Jawab Sella sambil sesengukan, Fika yang ada disebelahnya menambahi dengan anggukan kepalanya membenarkan.
"Sekarang bagaimana kondisi perusahaan orang tua kalian? Semua baik?"
"Baik, Kenan tidak melakukan apapun lagi, bahkan Kenan menjadi pemegang saham di sana juga, menyokong usaha mereka."
"Ya sudah, sekarang kita pergi ngobrol sambil makan." Zanna merangkul kedua sahabatnya itu lalu mengajaknya memasuki ballroom dan diikuti papa mertuanya. Narendra tersenyum bahagia melihat menantunya kembali bersemangat, tidak seperti saat pernikahan berlangsung.
"Sayang... Kamu undang mereka?"
"Papa yang bawa mereka kesini." Potong Narendra menjawab pertanyaan Kenan yang diajukannya untuk Zanna.
"Kenapa?"
"Kenapa apanya? Lihat itu! Istri kamu terlihat bahagia bisa bertemu dengan sahabatnya. Kamu suami seperti apa sampai istri butuh sahabatnya tidak tahu?"
"Kan ada aku pa? Aku yang akan menjadi sahabatnya, temannya, guling nya."
"Guling saja yang ada di otak!" Narendra kembali memukul kepala Kenan lalu meninggalkannya.
"Ah .... Kenan kan fotocopy dari papa!" Kenan tertawa bisa menggoda papanya, melihat reaksi papanya yang hanya menggelengkan kepala sambil melotot membuat hatinya senang. Bertemu dengan keluarga besar adalah momen langka yang jarang Kenan temui, jadi saat ini Kenan ingin semua keluarganya bisa berkumpul dan bercengkrama dan juga Kenan harus memperkenalkan Zanna kepada seluruh keluarganya tanpa terkecuali.
"Asalkan kamu bahagia Sayang, apapun akan aku lakukan untukmu." Kenan mengamati wajah bahagia Zanna saat bercanda dengan teman-temannya. Kenan memutuskan untuk memberi kabar kepada keduanya jika dia dan Zanna akan menikah. Kenan yakin mereka berdua akan datang meski tanpa undangan, dan lihat di sana! Mereka bertiga sudah tertawa dan lupa sedang berada dimana.
Zanna membawa teman-temannya mengambil makanan, sejak tadi Zanna sudah kelaparan dikarenakan tamu yang sangat banyak membuatnya harus terkurung di atas pelaminan, menyambut mereka dengan senyuman meski terpaksa.