Panji pulang dengan kacau, pertemuan tidak terduga di restaurant membuat pikirannya kacau. Kepalanya terasa panas nnyut nyutan nafasnya terus memburu tiada henti ingin melepaskan semua apa yang dipendamnya, namun sekuat tenaga harus ia tahan, tidak ingin menyakiti orang lain. Padahal sebelumnya ia telah menenangkan diri di taman, seorang diri namun tetap saja suasana hati dan pikirannya kacau. Hari semakin beranjak malam, membuatnya harus pulang.
Sudah cukup tangannya menghajar sang ayah, bekas memerah tertinggal di punggung tangannya. Tidak ada rasa penyesalan sedikitpun di benaknya telah melakukan hal tersebut justru masih tertanam emosi ingin melakukan lagi. Andai tidak ada security catang melerainya, tangannya telah menghajar habis-habisan ayahnya sendiri.