Tepat di malam hari, suasana hening memenuhi ruangan dominan putih penuh aroma obat-obatan itu. Melisa masih terbaring lemah dengan mata terpejam erat. Masih sama, orangtua Melisa tak pernah bosan menunggui sang puteri berharap lekas sadar. Sudah tiga hari, Melisa belum menunjukkan kesadarannya telah kembali.
"Mah, sudah malam, mamah tidurlah. Biar papah gentian yang menjaga Melisa." Bambang menepuk lengan Amira pelan.
Amira menggelengkan kepala. Tatapan sendunya masih fokus menatap Melisa yang masih memejamkan mata tepat dihadapannya.
"Mah, ingat kesehatan mamah. Kalau mamah jatuh sakit gara-gara nungguin Melisa terus siapa yang nanti jagain Melisa lagi? Papah dan Rama harus bekerja, Alice jagain Raihan."
Amira bergeming tangannya tak berhenti mengusap punggung tangan Melisa. Rasanya berat meninggalkan sang puteri walau sejenak hanya untuk sekedar istirahat.