Melisa menangis sejadi-jadinya disaat rengkuhan Reza erat pada tubuhnya. Belaian tangan kekar itu mengiringi isakan tangisnya yang tak bisa berhenti.
"Ssst. Nggak papa. Kakakmu sedang banyak masalah tidak heran mudah emosi." Bisik Reza terus digaungkan di telinga Melisa guna meredakan ketakutan gadis itu.
"A … aku takut. Hikss." Rintih Melisa ditengah sesenggukannya yang tak bisa berhenti.
"Sst." Reza mengusap punggung Melisa yang bergetar hebat.
"Tapi …"
"Arggg. Pyarrr. Prangg." Suara kacau memekakkan telinga dari kamar Rama membuat perhatian Reza dan Melisa teralihkan. Apa yang sedang terjadi tanya mereka dalam hati.
Tubuh Melisa semakin bergetar hebat. Ketakutannya kian bertambah namun tak dipungkiri ia juga mengkhawatirkan Rama yang sepertinya marah besar sembari melampiaskan kekesalanya di kamar dan itu semua karenanya. Tidak ia sangka kepulangannya dengan Alex yang masih dilanda mabuk asmara memicu kemarahan Rama.