Ting tong
Alice terkejut mendapati bunyi bel rumah dan pintu diketuk. Akankah itu Rama yang datang setelah baru beberapa menit berangkat bekerja. Entahlah dia tidak tahu, untuk mengusir rasa penasarannya segera dibukalah pintu itu.
Ceklek
Alice tersentak kaget, kedua bola matanya membelalak sempurna melihat siapa orang yang datang. "Alice sayang. Menantu kesayangan mamah." Alice langsung didekap erat oleh orang yang bertamu.
Alice tidak percaya dengan apa yang dilihat, keluarga Rama datang ke rumah tanpa memberitahunya.
Ya, rumah Rama kini kedatangan tamu penting yang tidak lain adalah bagian dari keluarga baru Alice karena telah menjadi istri seorang Rama Adiwijaya. Orangtua Rama datang mendadak tanpa memberitahu pada pemilik rumah, Alice dan Rama. tentunya itu membuat Alice sangat terkejut. Apalagi belum siap menyambutnya mengingat hubungannya dengan rama belum mengalami kemajuan.
"Kak Alice, tetangga kita dulu? Yang sekarang jadi istri kak Rama?" tanya seorang gadis cantik berpakaian ketat tertutupi sebuah jaket hitam yang kancingnya dibiarkan terbuka menampilkan kaos tipis menjiplak buah dadanya yang besar memandang sinis kearah penampilan Alice.
Alice tahu siapa wanita muda yang sedang menatapnya sinis itu,"Melisa?" Alice memastikan lagi akan dugaannya merasa tidak asing pada gadis dihadapannya itu.
Gadis itu mengangguk sambil tersenyum,"Ya. Kak Alice ternyata masih mengenaliku. Aku nggak nyangka kakak jadi kakak iparku." Melisa langsung memeluk erat tubuh Alice yang sepantaran dengan Melisa.
Dialah Melisa Adiwijaya anak kedua dari keluarga Bambang Adiwijaya yang tidak lain adalah adik dari Rama. Wanita cantik dengan sikap manja dan segala kecentilannya baru terlihat karena sibuk mengurusi skripsi di luar negeri. Saking sibuknya hingga diacara pernikahan Rama dan Alice tidak bisa hadir. Alice tentu mengenal Melisa namun tidak terlalu akrab justru dia malah akrab dengan Rama.
"Ayo kita masuk. Mengobrol didalam." Bambang melihat keriuhan jumpa di keluarga besarnya.
"Ah ya yah. Maaf Alice lupa mempersilahkan masuk." Lice canggung merasa malu kelupaan karena larut dalam euforia kebahagiaan.
Alice merasa terhibur akan kedatangan mereka walau terkesan tiba-tiba. Jujur tinggal di rumah sendirian ketika ditinggal Rama bekerja sungguh membuatnya bosan karena kesepian ditambah lagi hubungannya dengan Rama sedang tidak harmonis semakin membuat hatinya dilanda kesepian.
Tapi sekarang rasanya dia bahagia. Senyum merekah terus tersungging di bibirnya yang merah ranum. Akhirnya dia tidak sendirian lagi.
"Gimana kabar Rama, Alice?" tanya Bambang sambil memperhatikan setiap sudut rumah Rama yang nampak rapi dan bersih. Itu pasti berkat Alice yang rajin melaksanakan tugasnya sebagai istri dengan baik. Sungguh menantu idaman sekali pikir Bambang dan Amira yang merasa tidak salah merestui puteranya untuk menikahi Alice. Gadis baik dan sopan yang telah dikenal mereka sejak masih kecil.
"Mas Rama sehat pah." Alice menjawab seadanya.
"Kamu pasti kesepian di rumah. Maafin anak mamah, karena kamu harus sendirian di rumah."Alice bingung kenapa ibu mertuanya itu meminta maaf segala padanya.
"Mamah sempat berbeda pendapat dengannya dulu sebelum kalian menikah. Rama bilang tidak membutuhkan aisten di rumah ini karena dia ingin hidup berdua denganmu, ingin dilayani, diperhatikan langsung dari kamu sebagai istri sebelum pindah ke rumah baru."
Alice semakin bingung tidak mengerti apalagi ada kata pindah rumah ke rumah baru. "Rumah baru,?" beo Alice semakin bingung.
"Issh mamah kok keceplosan. Itu rahasia tahu, Kak Rama ingin memberi kejutan untuk Kak Alice."
"Mamah itu ya." Bambang merutuki kecerobohan sang istri.
"Eh maaf mamah jadi keceplosan. Habisnya mamah nggak tega lihat Alice sendirian kayak gini pasti kesepian belum lagi harus capek-capek ngurusin ini itu sendiri di rumah ini." Amira menunduk.
"Karena mamah sudah bocorin, ya udah kita kasih tahukan saja. Tapi Kak Alice pura-pura nggak tahu saja ya biar kak Rama tidak marah sama kita. Aku aja tahu dari mamah terharu banget, sudah mempersiapkan rumah special untuk ditinggali kalian nanti setelah menikah." Melisa merasa kagum sekaligus masih tidak percaya kalau Alice yang tidak lain teman akrab bermain Rama dulu ketika masih kecil ternyata menjadi istri Rama. Sungguh jodoh tidak ada yang tahu,
"Mas Rama segitu cintanya sama aku. Aku jadi semakin tidak pantas untuk diperjuangkan Mas Rama. Tapi kenapa hatiku ini sungguh sulit untuk menerimanya dan menggantikan posisi Panji di hatiku."
"Melisa, menurutku penampilanku ini terlalu berlebihan." Alice turun dari mobil dengan dress yang terbuka merasa risih.
Melisa mendengus sebal pasalnya Alice sedaritadi mengeluh tidak nyaman. Memang sengaja tadi ditengah jalan Melisa menghentikan perjalanan mereka yang berniat datang ke kantor Rama.
Belum selesai dikejutkan dengan kedatangan keluarga mertuanya, kini ditambah lagi dirinya diminta membawakan bekal untuk Rama oleh sang mertua ditemani Melisa. Alice tidak bisa menolak selain hanya bisa pasrah dan menerimanya saja. Dan kini dirinya harus digambar oleh sang adik iparnya lagi dan lagi tidak bisa menolak dipaksa berdandan di salon sebentar tadi sebelum bertandang ke kantor Rama.
Alice samkain tambah terlihat cantik dan anggun serta seksi dengan balutan off shoulder dress setengah paha berwarna hitam yang sangat kontras dengan warna kulit putih mulusnya . Penampilan Alice sungguh memukau bagi siapapun yang memandang, menampakkan bahu dan leher jenjangnya serta kedua kakinya. Alice sangat merasa kurang nyaman karena ini kali pertamanya memakai pakaian kurang bahan pikirnya. Kalau tidak karena desakan Melisa sang adik ipar tentu dia tidak akan memakai itu.
"Udah deh kak, nggak usah banyak bicara. Kita harus segera masuk memberikan bekal untuk suami kakak yang tercinta itu. pasti Kak Rama kalau lihat ini senang sekali."
Alice dan Melisa berjalan beriringan memasuki kantor Rama. Berbeda dengan Melisa yang sudah terbiasa memakai pakaian minim dengan sheath dress setengah paha sambil meliak liukkan tubuhnya yang sintal dan seksi di hadapan beberapa karyawan disana namun tidak dengan Alice yang berjalan sedikit kikuk karena merasa malu. Merasa tubuhnya menjadi tontonan bagi orang lain terutama laki-laki bermata keranjang. Dia akui sangat tidak sepede Melisa.
"Eh itu adiknya Pak Rama kan? Cnatik banget. Eh yang sebelahnya juga malah menurutku jauh lebih cantik dan seksi.'
"Astaga itu bidadari turun darimana."
"Wah nggak nyangka kantor kita kedatangan model aduhai."
"Shit. Mulut elo. Ingat tuh cewek adiknya Pak rama, sampai dengar Pak rama habis elo."
"Eh tuh cewek yang disebelah adiknya Pak Rama siapa ya? Apa dia kekasih baru Pak Rama."
Melisa terus menggandeng tangan Alice berlalu begitu saja tanpa menggubris omongan keluar dari mulut lamis para karyawan Rama. Kalau tidak begitu Alice tidak akan segera menghampiri Rama karena dilanda malu.
"Aduh aku malu. Dilihatin sampai kayak begitu."Alice menangkap sekilas tatapan dan komat kamit mulut beberapa karyawan kearahnya yang tentu sedang
Tanpa terasa langkah kaki mereka sudah tiba depan pintu yang tertutup rapat yang tidak lain adalah tempat kerja Rama. Alice hanya mengikuti kemana pergi Melisa karena dia tidak tahu dan baru pertama kali datang kesana.
"Aduh kakak Iparku yang cantik nggak usah nerveous gitu. Kita datang kesini mau ngasih bekal ini." Melisa merasakan tangan Alice dingin.
"Tapi nggak harus berdandan kayak begini juga Melisa. Kakak malu."
Melisa menggelengkan kepaala melihat Alice yang terlalu pemalu. Tanpa pikir panjang Melisa membukakan pintu hingga nampaklah dua orang laki-laki yang menoleh keaah mereka.
Deg