Masing-masing Justin dan Asley membawa sebuah bungkusan berisikan makanan kesukaan mereka masuk kedalam rumah diikuti oleh sang mama dari belakang.
"Wlee, aku dibelikan kue lapis yang banyak." Asley menjulurkan lidahnya untuk mengejek Justin.
"Kakak juga di belikan donat yang banyak." Justin mengangkat bungkusan berisi donat juga menunjukkan donat.
"Hei, hei, kalian ini sudah jangan berantem lagi. Pergi kedapur, ambil piring terus pindahkan makanannya ke piring ya anak-anak mama yang baik hati." Sang mama mengelus kepala kedua anaknya.
"Iya ma, mama sama Asley langsung aja ke meja makan biar Justin yang ambil piring." Justin memberikan bungkusan donatnya kepada Asley dan ia pergi ke dapur untuk mengambil piring.
Sesampainya ia didapur, matanya tertuju kepada suatu pajangan yang ada di atas rak piring.
"Ma, itu apa yang ada di atas rak piring ?" Justin mendudukkan dirinya di samping Asley sambil memindahkan makanan yang berada di dalam plastik ke atas piring.
"Oh, itu, kemarin waktu mama pergi beli makan saat kamu sakit. Ada nenek-nenek kasihan sekali dia hanya jualan pernah pernik begitu jadi ya mama beli saja. Kenapa Justin ?" Mamanya Justin sambil menyendokkan nasi untuk kedua anaknya.
"Oh, gak apa-apa kok ma. Cuma heran aja ada yang nambah. Makasih ma." Justin mengambil piring yang sudah berisikan nasi.
"Asley ini punya kamu, ayo kita makan."
"Makasih mama." Asley mengambil piring tersebut dan mereka melakukan kebiasaan yang sama yaitu berdoa sebelum makan. Mereka menyantap makanan yang telah ada dengan lahap.
Setelah selesai makan, mereka berdua meminta sang mama untuk duduk bersantai menyerahkan pekerjaan membereskan dapur ke pada mereka. Dengan sigap masing-masing dari mereka mengambil pekerjaan yang berbeda, Justin membersihkan meja dan menyapu lantai, sedangkan adiknya Asley menyuci piring dan membersihkan wastafel.
"Ley, kakak bereskan halaman belakang ya, kakak udah selesai nyapunya." Justin berlalu pergi ke gudang untuk mengambil peralatan berupa sarung tangan, menyemprot hama dan pemotong rumput.
"Iya, yang rapi tuh beresinnya." Asley berteriak dari dapur.
"Iya, iya." Justin membawa semua perlengkapan ke halaman belakang, begitu ia sampai dengan segera Justin memakai sarung tangannya.
"Ais, baru sebentar di tinggal udah seperti hutan belantara. Ayo Justin semangat." Kemudian Justin mengambil pemotong rumput dan memotong rerumputan yang mulai tinggi sambil ia bernyanyi.
TING!
Selagi Justin memotong rumput, handphone Justin berbunyi menandakan adanya notifikasi pesan yang masuk. Ia memberhentikan aktifitas memotong rumputnya dan mengecek notifikasi yang masuk ternyata berasal dari grup kelas, ia membaca dengan cermat pesan terusan dari Rektor di kampusnya yang berisikan.
"Di beritahukan kepada seluruh mahasiswa dan mahasiswi Universtas Garuda diwajibkan mulai tanggal 1 Oktober seluruh mahasiswa untuk tinggal di asrama yang telah di persiapkan dan WAJIB MEMBAYAR UANG ASRAMA SEBESAR 5 JUTA RUPIAH PERBULAN. Bagi mahasiswa ataupun mahasiswi yang menolak/tidak terima akan di keluarkan dari Universitas Garuda."
Justin yang membaca pesan singkat tersebut membesarkan matanya terkejut dengan pemberitahuan tersebut, tidak membutuhkan waktu lama grup kelas yang tadi sepi menjadi ramai, banyak timbunan chat yang dikirim oleh setiap mahasiswa mengungkapkan protes mereka. Justin mendudukkan dirinya di pintu masuk menuju dapur rumah mereka.
"Astaga, ini kok tiba-tiba. Uang darimana coba, tanggal 1 Oktober kan hari rabu depan. Dari mana dapet uangnya, kalau mama...mama darimana mencari uang sebanyak itu dalam waktu singkat." Justin menghela nafasnya panjang. Ia tidak mengetahui bahwa sang mama sedang berada di dapur dan mendengar apa yang dikatakan oleh Justin. Baru satu langkah sang mama mau menghampiri Justin, sang mama menghentikan langkahnya karena mendengar handphone Justin berdering dan ia meninggalkan anaknya di halaman belakang.
"Halo ? Ada apa ?" Terdengar suara Justin setelah mengangkat panggilan dari Mike.
"Udah datang aja sini kerumah sekarang aja. Sekalian ngobrol, oke ? Bye." Justin mematikan panggilan telepon dan kembali meletakkan handphonenya di atas meja kecil di dekat pintu masuk ke dapurnya.
Ia melanjutkan pekerjaannya untuk memotong rumput yang sebagian lagi belum terpotong, sekitar satu jam setengah Justin berkutik di halaman belakang dan pada akhirnya sudah selesai dan sudah lebih rapi. Kemudia ia kembali menyimpan alat-alat yang telah dipakainya dan setelahnya ia mandi untuk membersihkan badannya.
"Kak Justin cepet mandinya, kak Mike datang tuh ada hal penting katanya." Terdengar suara Asley dari luar kamar mandi sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Iya sebentar lagi selesai, suruh aja kak Mike duduk dulu." Justin menjawab dari dalam kamar mandi dengan sedikit berteriak. Setelah sekitar sepuluh menit Justin mandi dan ia keluar dari kamar mandi sudah memakai kaus putih oblong dan celana santai selutut lalu pergi keruang tamu.
"Kenapa ? Masalah yang di grup kelas ?" Justin mendudukkan dirinya di sofa tunggal di sebelah Mike.
"Hooh, gila gak sih di haruskan masuk asrama dan sebulan 5 juta, tadi ada info tambahan untuk baiaya makan 3 juta jadi totak 8 juta perbulan. Akh! Makin gila sekarang." Mike menghela nafasnya panjang. Dari arah belakang mamanya Justin datang dan menyapa Mike.
"Mike, baru datang ? Sudah makan ? Kalau belum makan gih, tante pergi dulu sama Asley, titip ya jaga rumah dan jaga Justin.
"Tante, baru aja datang kok tan. Saya udah makan tan. Oke tan, Justin bakal aman dengan saya." Mike tertawa.
"Asley pergi dulu ya kak." Asley menghampiri Justin dan Mike lalu dia menyalam tangan Justin lalu Mike. Setelah Mamanya Justin dan Asley keluar dari rumah Mike kembali bertanya.
"Tante sama Asley mau kemana tuh ?" Ia mendudukkan kembali tubuhnya di kursi.
"Enggak tau, tadi gak ada bilang sih. Nah lanjut cerita tadi." Justin berdiri dan berjalan menuju dapur mengambil sepiring donat yang tadi pagi belum dimakannya dan dua buah botol air mineral.
"Nih sambil makan, ini minum biar gak seret." Justin meletakkan piring berisi donat dan air mineral di atas meja.
Mike langsung menyambar donat dan memakan dua donat sekaligus, Justin yang melihatnya langsung menyentil dahi Mike.
"Hei jangan seperti orang yang gak makan berminggu-minggu. Pelan-pelan napa, aku aja belum ada makan." Justin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah dari Mike.
"Bia in aha (dibaca biarin aja)" Mike menjawab dengan mulut yang penuh.
"Kunyah dulu, belum mulai masuk asrama udah kayak kelaparan, gimana kalau udah di asrama coba ?" Jusin mengambil satu buah donat dan memakannya.
"Biarin aja hik, hik." Mike cegukan, donat yang telah dikunyahnya seakan tidak mau masuk ke dalam tenggorakannya.
"Hahaha, rakus sih." Justin tertawa melihat Mike yang sibuk membuka tutup botol minumnya yang masih tersegel, "Sini ku bukain." Justin segera membuka tutup botol tersebut dan memberikannya kepada Mike, Mike langsung menegak air tersebut sampai ia merasa lega.
"Ahh, leganya." Mike menrilekskan dirinya dan mengatur laju nafasnya.
"Makanya jangan terlalu rakus, makannya pelan-pelan aja."
"Iya maaf, maaf." Mike tersenyum lebar dan melanjutkan perkataannya, "Oiya, tadi ada liat grup ? Katanya surat untuk masuk asrama dikirim ke rumah masing-masing dan harus di tanda tangi oleh orang tua." Mike menegak kembali air minumnya.
"Yang bener ? Duh, aku belum bilang ke mama." Justin mengusap kasar kepalanya.
"Sama sih, aku juga belum bilang ke mama dan papaku. 8 juta loh sebulan, gila banget. Ah, gimana kalau kita gerakin semuanya untuk demo ?" Mike kembali tersenyum lebar. Justin langsung memgang kepala temannya tersebut dan mengupkan, "Hai makhluk jahat, keluarkan dari kepala temanku." Lalu seperti seorang dukun ia menyembur Mike dilanjutkan dengan ia tertawa terbahak-bahak.
"Sial! Heh! Bau badanku hei!" Mike dengan heboh mengusap wajahnya.