"Di," panggil ngai.
Hm, aneh sekali. Kenapa dia lama sekali baru ada jawaban? Dia tengah memikirkan apa, sampai tak mendengar suara cece-nya ini? Jangan katakan, A-Di kesambet? Bahaya sekali, jika itu yang terjadi. Ngai sudah berhasil lolos dari maut, masa mau sihet dengan cara konyol? Amit-amit, pikir diri ini, seraya mengetuk pelan sisi kanan brankar sebanyak tiga kali, walau tidak keras.
"Meai, Ce?" tanya Jia Zhen.
Syukurlah, masih ada jawaban, itu berarti masih ada tanda-tanda kehidupan nyata, dalam arti yang ada di tubuh Jia Zhen, memang rohnya sendiri yang dibawa dari lahir di kehidupan ini dan bukan ketempelan makhluk lain.
"Kenapa diam saja saat dipanggil? Nyi sedang memikirkan apa? Mafan gao xu wo," pinta ngai.