Previous Chapter:
Kedua kaki ini pun melangkah ke luar dapur, menuju ke kamar tidur pribadi. Sesaat, kaki ini berhenti melangkah, lalu menatap ke sekeliling ruangan yang ada di situ. Penthouse yang begini besar, tampak sunyi, kosong dan sunyi, tanpa kehadiran sosok feminim. Aku sudah ingin ada seorang wanita yang adalah kekasih, tunangan, calon istri, dan ibu dari anak-anak kami nantinya dan menantikan kepulanganku dari bekerja. Betapa bahagianya bila hal itu terjadi dan betapa terlambatnya diri ini bertemu dengan Maria.
"Sayang, aku akan datang sebentar lagi, tunggulah aku. Bertahanlah, berjuanglah demi kita. Jangan khawatir, karena sebagai pria, sudah pasti akan ke sana menyusulmu," gumamku penuh tekad membara.
***