Ya, Buddha, tak disangka ngai menelepon X. Semoga keputusan yang diambil sudah benar. Kenapa malah ucapan pria menyebalkan itu menjadi kenyataan, bahwa dia bisa membuat ngai jatuh cinta padanya?
Hari sudah malam, bahkan sudah lewat tengah malam, akan tetapi pikiran ngai dipenuhi oleh percakapan dengan orang tua yang mana membuat diri ini sangat tidak nyaman.
"Jadi, tadi Daniel menjawab apa?" Papa bertanya kembali.
"Tadi, Daniel menjawab kalau para gadis memutuskannya karena bosan. Dia tipe pria yang setia," jawab ngai jujur.
"Itu bagus. Lalu, kenapa nyi masih terlihat ragu?" tanya papa lagi.
Wajah papa dan mama seolah bingung, karena ngai tak juga mau mengatakan "Iya" kepada Daniel, padahal pria yang dikenalkan tidak jelek, tampan, hot, cerdas, memiliki karier sendiri, bahkan calon bibit unggul untuk menggantikan papanya di distrik yang dipimpin.
"Dia terlalu sempurna," jawab ngai tanpa bisa dicegah.