Kesibukan bekerja yang menyita waktu, tak terasa telah membuat aku "tenggelam" oleh pekerjaan yang seolah tiada habisnya. Tentu saja, diri ini tak mengeluh, mengingat lebih baik ada pekerjaan, dalam arti memiliki bisnis, daripada hidup miskin seperti dulu.
Aku belum bisa membalas kedua pesan yang dikirimkan oleh Maria dan Raymond. Hati ini merasa mendapat pukulan bertubi-tubi dengan berita yang dikirimkan. Belum lagi menghadapi kenyataan, yaitu bertemu dengan Montana.
"Mum, help me. I do not want meet Montana. She is a crazy bitch girl I ever known," gumamku pelan.
Bibir ini malah mengucap dengan sendirinya, seolah tahu, kalau di atas segala sesuatu, bisa meminta tolong dengan mum. Ah, andai saja mum masih hidup, sudah pasti aku akan meminta tolong kepada beliau, agar melamarkan Maria untukku seorang.