"Ai-Ling." Suara mama terdengar menyapa indera pendengaran.
Kedua mata ini membuka perlahan dan entah mengapa mencoba menggerakkan tubuh, ternyata sudah mulai bisa. Hati ini mulai terasa senang dan sejenak melupakan adanya mama di sini.
"Jangan terlalu banyak bergerak, Ling. Mama mau me-wash lap tubuh nyi, setelah itu baru makan," cegah mama.
"Iya, Ma," ucapku pelan.
Ngai dibantu mama untuk duduk di ranjang. Setelah makan dan istirahat, ternyata enak juga. Tubuh serasa segar dan sekarang mulai ada tenaga. Ah, this is better than ever! Thank You Buddha! Ngai benar-benar bersyukur, karena memiliki orang tua yang baik, terutama mama.
Beliau membantu ngai ke kamar mandi, menyuapi makanan, rutin wash lap dua sampai tiga kali dalam sehari, bahkan membantu untuk berjalan karena diri ini bagai pesakitan. Sungguh malu rasanya.
"Ma," ucapku.
"Ya?" Mama menyahut.
"Kamsia toto."