Pagi telah menjelang. Sinar mentari telah masuk ke sela-sela ruangan dengan lembut. Sebuah ranjang besar telah kosong, padahal semalam masih ada yang menggunakannya. Seorang pria yang menghuni Penthouse telah bangun dari tidur dan tengah berada di bathroom untuk mandi.
Di bawah kucuran shower, sepasang manik mata berwarna biru itu menunduk, seolah ada yang menghimpit pikiran yang ada. Tatapan pria yang memiliki tinggi seratus sembilan puluh centimeter itu seperti kosong.
"Maria ... hati ini merasa berat untuk meninggalkan kota ini. Meskipun kamu berada di New York, tapi tetap saja tak sanggup. Aku harus bagaimana, supaya bisa mengambil hatimu, Sayang?" desahnya parau.
Meskipun rambut si pria tercukur rapi, namun tak menyurutkan dirinya untuk mengacak-acak, karena merasa gelisah yang mendera di dalam dada dan terasa menyiksa baginya.