Chereads / He Is My Man / Chapter 11 - Annoying Man!

Chapter 11 - Annoying Man!

"Lepaskan genggaman tanganmu! Aku bukan pacarmu!" Aku marah sekali dengan perilaku X.

Pria ini sangat menyebalkan! Heran, kenapa sih sepupuku malah bisa menikah dengan adik angkatnya?! Bagaimana caraku melarikan diri kalau begini! Dia malah tertawa di telinga kiriku.

"Bagus, kan? Jadi tak ada seorangpun yang akan mengganggumu! Kau lebih suka aku menandaimu sebagai kekasih di mana? Di ranjang?" X bertanya dengan provokatif.

Kontan saja aku melotot mendengarnya. Kenapa sih aku jadi harus berurusan dengannya! 'Duh, susah sekali nanti kalau mau ke mana-mana kalau begini!

"Dasar mesum! Seenaknya saja bicara! Lepas!" Aku memberontak sekuat tenaga agar genggaman tangannya terlepas, tapi sia-sia saja.

"Kau ini sungguh tidak sabaran, Sayang! Lihat, jari kita cocok bersama, masa mau kau lepas?" X menolak, malahan dia semakin mempererat genggamannya.

"Bagaimana aku bisa makan kalau begini? Menjengkelkan!" Aku menggerutu sebal.

"Kau ingin makan? Mau makan apa? Biar kuambilkan," X menyahut ucapanku.

"Aku ingin makan sendiri tak perlu kamu ambilkan!" Heran, kenapa sih dia ngotot melayaniku?

"Tidak, kau bisa digoda pria lain! Biar asistenku yang mengambilkan makanannya, Sayang!" X semakin keras kepala sehingga membuatku ingin memukulnya habis-habisan.

Aku berusaha melepaskan genggamannya, tapi dia tak bergeming. Ya, Tuhan, apalagi ini! Setiap aku berlibur, selalu saja terlibat cinta lokasi dan sudah lelah mengalaminya!

"Kenapa kamu tak bisa diam, Sayang? Tenanglah, aku tak ke mana-mana!" X berusaha menenangkanku.

"Tuan Xander, aku bukanlah kekasihmu! Apa yang Anda buat ini sudah keterlaluan! Lepaskan!" Aku berkata dengan sinis.

Heran, pria ini terbuat dari apa, sih? Dia sama sekali tak mau melepaskan tanganku, seolah takut aku lari!

"Kau galak sekali, Sayang. Aku tak keberatan, justru kau adalah tipeku!" X benar-benar santai.

Damn! Kenapa waktu itu aku berbaik hati dengannya? Menyesal sekali kalau tahu akan jadi seperti ini! gerutuku dengan panas hati.

Xander membawaku berjalan-jalan, tepatnya ke arah makanan. Tubuhnya yang tinggi kekar, dengan kumis dan cambang yang rapi membuatnya menjadi idaman banyak wanita. Aku yakin dia pasti mafia, caranya memperlakukanku sangat berbeda, terlihat profesional.

"Kamu mau makan yang mana? Katanya mau pilih sendiri?" tegur X yang membuyarkan pikiranku semula.

"Mana bisa aku memilih kalau kau menggenggam tanganku begitu erat! Lepaskan!" sahutku tajam.

Dia malah menyeringai menyebalkan. Aku benar-benar harus cari cara untuk kabur darinya!

"Aku tahu, kau pasti akan kabur, 'kan? Kabur saja kalau begitu. Akan kupastikan kau akan selalu melihatku meskipun kau tak pernah bisa menduga!" ucap X yang kentara sekali mengancam.

Dia melepaskan genggaman tangannya dan aku mengibaskan tangan itu dengan kasar. Hati dan kepala terasa panas karena dia masih saja mengikutiku.

Aku segera bergerak mencari makanan yang ada. Ku ambil piring dan sendok lalu mengambil makanan yang menarik selera. Tak lupa mengambil air mineral sebagai pelengkapnya.

Ketika kembali ke table yang khusus untukku, tak lama X juga ikut duduk di sebelah kananku. Tentu saja kesal sekali melihat dia lagi-lagi mengekor, tapi apa boleh buat.

Aku bertekad tak akan mau bertemu dengan pria aneh ini ketika pulang nanti. Saat hendak mau menyuapkan makanan ke dalam mulut, aku merasakan tepukan lembut di bahu kiri.

Aku menoleh dan ternyata ... Shena! Adik sepupu yang cantik dan kini tengah menjadi ratu sehari. Dia tampak semakin memesona dengan wedding dress berwarna putih. Di sebelahnya, tampak Keith, sang suami. Mereka berdua begitu serasi, sehingga membuat hati ini iri.

Aku berdiri dan memeluknya. "Shena! Selamat menempuh hidup baru! Ya, meskipun kau sudah menikah terlebih dahulu secara adat, baru sekarang yang resmi, tapi tetap kudoakan yang terbaik!" kataku bahagia.

"Terima kasih, Ce. Maaf baru bisa ke mejamu. Ngai harus berjalan pelan-pelan." Dia nampak menyesal.

Aku melepaskan pelukan kami. "Tidak apa-apa. Kau tidak boleh terlalu lelah. Nyi sit pao ma?" Aku bertanya kepadanya seraya melihat ke arah perutnya.

"Ngai sit pao lo. Oh ya, Ce, kenalkan, Ngai Lao Kung, Keith." Shena memperkenalkan suaminya kepadaku.

"Halo, namaku Maria." Aku memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan kananku.

"Keith." Dia menyahut dan menjabat tanganku sebentar lalu melepaskannya.

"Maaf, Ce. Lao kung memang dingin sifatnya. Ce, nyi sit pao ma?" tanyanya dengan nada yang merasa tidak enak padaku.

"Ngai mang sit fon aa. Sebentar lagi mau makan, tapi, ada orang gila di sebelah!" jawabku kesal.

"Pot kong ma?" Shena bertanya sambil melirik X yang tampak bingung dengan percakapan kami.

Shena menahan tawa. Aku tahu, kalau ini bukan resepsi pernikahannya, bisa dipastikan tawanya akan meledak.

"Dia itu abang angkat suamiku, Ce. Kalian sudah berkenalan, 'kan?" Shena menatap aku dan X bergantian.

Aku mengangkat bahu dengan malas. "Sebenarnya bukan ngai yang mau, tapi dia sendiri yang datang mengejar-ngejarku! Menyebalkan!" Aku menggerutu.

Shena tersenyum. "Jangan sampai dari sebal jadi cinta! Dulu, ngai sama lao kong juga begitu. Ngai ga suka dengan kelakuan dia, tapi tetap aja dikejar. Dia sampai minta ke papa buat nikahin ngai dan tinggal sama-sama. Kalau ingat itu, rasanya ngai mau ketawa karena orang yang tak disukai, bahkan dibenci, tak disangka malah jadi suami!" Shena menasehatiku.

"Jangan mendoakan yang buruk! Ngai dari tadi diikuti terus sama si orang gila itu. Kesal sekali tak bisa ke mana-mana!" Aku semakin kesal mendengar perkataan Shena.

Adik sepupu kini telah digandeng oleh suaminya. Semakin iri melihat keharmonisan mereka berdua. Jangan salah sangka, aku tak akan menghancurkan rumah tangga mereka, hanya ingin seperti mereka saja.

Kapan ya aku menemukan tambatan hati untuk menikah? Apakah menikah menyenangkan? Shena dan Keith sering bertengkar, tapi tak lama-lama, karena suaminya lebih sabar, pengertian dan mengayomi.

Shena lebih muda dariku, tapi nasibnya baik. Dia menemukan pria yang sangat mencintainya dan itu terlihat jelas dari binar matanya.

"Ce, ngai cao lo. Selamat menikmati hidangannya dan semoga berjodoh dengan abang iparku!" Shena menggoda kami berdua.

"Hei, jangan mendoakan hal seperti itu! Ngai takut kalau menikah dengan musuh klan, nyi ngerti 'kan?" Aku memperingatkannya.

Shena mengangguk. "Dia (Xander) adalah pria yang baik. Ngai ada feeling kalau nyi akan menikah dengannya. Bukalah hatimu untuk cinta yang sesungguhnya, Ce. Nyi tak bosan gonta-ganti pacar terus?" Shena bertanya dengan mimik wajah yang serius.

"Ngai ingin melanjutkan kuliah S2, belum ingin menikah. Sudah, tema pernikahan ini membuat ngai ngeri!" Aku cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.

"Hao ba! Ngai dan lao kong pamit dulu, ya! Silakan menikmati makanannya. X, kami berdua pergi dulu." Shena berkata kepadaku lalu kemudian ke X.

"Ya, terima kasih, Keith dan Shena." X menyahut ucapan mereka.

Mereka berdua pun pergi dari hadapan kami. Sesaat aku terdiam karena memikirkan kata-katanya yang terasa menusuk 'Bukalah hatimu untuk cinta yang sesungguhnya, Ce. Nyi tak bosan gonta-ganti pacar terus?'

Sejujurnya, aku bosan berpacaran. Ingin menikah, tapi kegagalan di masa lalu, membuatku trauma. Persetan dengan cinta! Cinta hanya membuatku sakit saja!

"Kenapa kau terdiam, Sayang? Kamu sakit?" tanya X dengan nada khawatir.

"Aku baik-baik saja, jangan cemaskan aku," jawabku dingin.

Aku kembali duduk dan mulai menyantap makanan yang kuambil. Bayangan masa lalu kembali datang menghampiri. Sakit, perih, dan nyeri. Semoga seiring berjalannya waktu, diriku dapat melupakannya.

Selesai makan, aku segera meminum air mineral secara perlahan dan menikmati kesegarannya. Hati ini sudah jauh lebih tenang. Masa lalu biarlah berlalu, tak ada gunanya diingat apalagi disesali, pikirku.

Aku merasakan tangan kanan X menggenggam jemari tangan kiriku. Aku sontak menoleh dan melihatnya tengah memperhatikan diri ini lekat-lekat.

"Siapa yang telah menyakiti hatimu, Sayang? Katakan padaku. Biar aku bereskan dia!" X berkata dengan sungguh-sungguh.

"Tak ada yang menyakitiku, Tuan Xander. Anda tak perlu cemas berlebihan. Aku baik-baik saja!" Aku meyakinkan dirinya.

Kenapa aku harus memberitahukan tentang perasaan ini? Dia bukan kekasihku, hanya kebetulan saja bertemu dia lagi setelah bersusah payah menghindar di Bandara Schiphol!

X menatap kedua mata ini tak berkedip. Aku balas memandangnya. Kenapa dia perduli tentang diriku? Hari ini begitu aneh! Entah mimpi apa semalam sehingga mengalami kejadian di luar nalar seperti ini.

Seingatku, kami berdua hanya bertemu satu kali. Saat pelemparan buket di luar gereja juga bukan aku yang menerima, tapi Sasha, sahabat Shena saat dia kuliah.

"Aku akan mencari pria itu, Sayang. Tunggu saja. Aku akan membalaskan rasa sakit yang dia torehkan di hatimu!"X tiba-tiba berjanji padaku.

Alisku terangkat satu. Ini orang masih manusia biasa atau dukun? Kenapa bisa membaca pikiran? Semakin aneh dan menyebalkan pria yang bernama Xander ini!

"Apa maksudmu? Aku tak mengatakan apapun bahkan tak menyebutkan nama di sini!" tukasku jengkel.

X nampak tak terpengaruh. "Aku tahu, Sayang. Tanpa kau beritahu, aku tahu isi hatimu. Berikan aku waktu paling lama 3x24 jam dan akan kupastikan dia tak 'kan menjadi manusia hidup lagi!" X melanjutkan perkataannya.

Aku jadi bergidik mendengarnya. Benar 'kan dugaanku bahwa dia mafia? Hanya pria yang berasal dari dunia hitam dan memiliki jabatan yang tinggi yang tak mengenal takut! gumamku di dalam hati.

"Kau dukun, ya?" Aku sengaja bertanya agar mengalihkan pembicaraan.

"Tak masalah aku dukun atau bukan. Aku ulangi: berikan aku waktu paling lambat 3x24 jam dan manusia yang mempermainkan, mengkhianati dan memberimu trauma akan pergi ke dalam tanah!" Dia menjawab tanpa sekalipun mengalihkan pandangan matanya.

Dheg!

Kenapa jantung ini berdebar? X adalah musuh klan kami. Aku tak ingin mendapatkan pria mafia lagi, agar tenang menjalani hidup. Tampaknya yang datang ke lingkaran asmara, selalu berasal dari kalangan hitam, meskipun sudah mencoba keras berulang kali.

"Jangan main-main, Tuan Xander! Aku tak memiliki musuh dan tidak sakit hati pada siapapun!" elakku yang tak mau berurusan lagi dengan pria yang tak mau melepaskan genggaman tangannya ini.

"Tak apa bila kau menolak, tapi janji yang ku ucapkan akan ditepati. Tunggu saja!" Dia tetap kokoh pada pendiriannya.

***

Arti bahasa asing:

1. Ngai = Saya

2. Nyi = Kamu

3. Nyi sit pao ma? = Kamu sudah makan nasi belum?

4. Ngai sit pao lo = Saya sudah makan nasi

5. Ngai Lao Kong = Suamiku

6. Lao Kong = Suami

7. Ngai mang sit fon = Saya belum makan nasi

8. Pot Kong = Orang gila

9. Hao ba = Baiklah

10. Cao = Pergi