Chereads / Lakuna / Chapter 13 - ❣️Dua Belas❣️

Chapter 13 - ❣️Dua Belas❣️

Waktu selalu terasa begitu lama ketika dua insan yang jatuh cinta berjauhan. Tiga bulan lamanya Jimin berada di Jepang. Setiap hari rindu di simpan. Yang paling menyebalkan adalah Reina yang kini sering tak menjawab panggilannya. Sengaja mengambil libur setelah dirasa cukup bekerja dan belajar.

Tiba di Korea  Jimmy segera menuju rumah sang kekasih. Liburan ini ia kembali ke Korea meski tau Reina tak ada di sana. Hanya sekadar melepas rindu lewat kenangan yang ada. Setelah tiba malam tadi, paginya, dia segera menuju rumah Seojin.  Kedua pria itu  kini sibuk berkutat di dapur. Memasak untuk sarapan. Jimmy memotong sayuran, lalu sang calon mertua mulai memasak. Keduanya memasak dengan sangat lihai, dan kompak. Mereka memang sering memasak meski Reina sering melarang.

"Jika Reina ada di sini ia akan meminta kita duduk dan melakukan semua sendiri." Jimmy ingat bagaimana gadis itu selalu saja ingin Jimmy tak melakukan apapun. Kini ia rindu dengan kekasihnya itu. Apalagi, Reina susah sekali untuk dihubungi.

"Dia sangat sibuk hingga melupakan ayah dan tunangannya," gerutu Seojin kesal mengingat jika sudah hampir seminggu ini Reina belum menghubunginya.

Bukan sama  sekali tak menghubungi sang ayah. Mereka masih berkirim pesan. Hanya saja Seojin penasaran dengan keadaan Reina. Kemudian sedikit memaksa sang anak untuk menghubungi melalui video call. Namun, karena Reina sendiri takut jika kebohongan yang ia lakukan terbongkar, ia memilih untuk menahan diri menghubungi sang ayah.

"Aku rasa ... ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya dengan baik agar bisa kembali tahun depan paman." Hibur Jimmy pada calon ayah mertuanya itu.

"Ya, dia memang seperti itu." Seojin setuju dengan ucapan Jimmy, seraya berjalan dan memindahkan makanan yang sudah ia masak ke meja makan. "Tapi, aku senang jika ia memang baik-baik saja." Lanjutnya kemudian duduk di kursi utama meja makan.

"Sejak kecelakaan itu, ia berubah banyak. Jika sebelumnya aku hanya dianggap angin lalu sampai akhirnya ia bisa menerima ku." Jimmy mengingat bagaimana sebelum kecelakaan itu Reina tak pernah benar-benar menatapnya.

Sebelum mengalami kecelakaan, Reina memiliki seorang kekasih. Dan saat sang ayah menjodohkannya dengan Jimmy, Reina menentang keras. Jimmy tak cocok untuknya. Laki-laki itu akan lebih cocok dinilai sebagai mata-mata sang ayah. Maka Reina tak pernah menyukai Jimmy. Setelah kecelakaan, Reina mengalami amnesia dan kelumpuhan pada bagian kaki. Selama itu Jimmy yang menjadi kedua kaki bagi Reina. Sejak itu pula keduanya dekat. Hingga kini bertunangan.

Seojin tersenyum, melirik Jimmy sesaat dari sudut matanya. "Ayo makan, tak akan enak jika dingin," ajaknya kemudian.

***

Pagi ini si cantik Gina telah rapi. Ia duduk di kamarnya bersama Reina dan membaca buku. Reina membacakan kisah anak lucu, membuat Gina senang sekali. Sesekali gadis kecil itu tertawa mendengar cerita yang ia dengan.

"Ibu, siang nanti apa Gina boleh beli es krim?" Tanya Gina pada Reina yang sedang membelai rambut gadis kecil itu.

Reina mengangguk, lalu mencubit pelan pipi Gina. "Tentu saja boleh tapi, bilang ayah dulu ya?"

"Kita pergi saja bersama ayah. Karena Appa hari ini 'kan libur," saran anak kecil itu.

"Baik, kota akan beli es krim bersama ayah." Kata Reina lagi.

Ia sudah larut dan jatuh hati pada Gina. Tiap hari ia habiskan bersama Gina. Sehingga gadis kecil itu perlahan masuk ke dan membuat Reina jatuh hati. Lalu saat ini, Gina seperti salah satu semangatnya untuk menjalani hari di rumah itu. Reina tau akan berat jika pada akhirnya ia akan meninggalkan Gina nanti. Namun, tetap saja rasa sayangnya pada Jimin jauh lebih besar. Jika Gina adalah semangat barunya, maka Jimin adalah kehidupan Reina. Jadi, mana bisa ke meninggalkan hidup dan sebagian hatinya begitu saja?

Keduanya lalu beranjak. Mereka akan menemui Yunki. Gina menggenggam tangan Reina, mengajaknya berjalan menemui Yunki. Hari-hari belakangan Yunki berada di rumah jika libur. Ia jarang melakukan perjalanan keluar negeri, atau kegiatan lain. Biasanya, saat liburan ia sibuk mengembangkan sayap bisnisnya. Jadi, apa sebenarnya alasannya merasa betah di rumah? Reina? Atau Gina? Entahlah, pria itu bahkan tak bisa menyelami hatinya sendiri.

Reina dan Gina berjalan menyusuri rumah yang besar itu. Berjalan menuju ruang kerja Yunki, pria itu duduk di sana sambil menikmati secangkir kopi dan membaca sebuah laporan di tangan. Ia segera mempersilahkan masuk, begitu mendengar pintunya di ketuk. Keduanya segera masuk setelahnya. Gina segera melepaskan genggaman tangannya pada Reina setelah masuk. Ia berlari dan menghambur ke pelukan sang ayah. Yunki tersenyum cerah. Menerima pelukan Gina dengan suka cita. Lalu mengecup wajah anak itu.

"Ayah kita beli eskrim? Ayah, Ibu dan Gina?" Tanya Gina.

Si Tuan Min menatap Reina, mencari persetujuan dari gadis di hadapannya itu. Tentu saja ia takut jika Reina tak siap atau enggan. Namun sebaliknya, Reina mengangguk, ia berpikir tak akan masalah jika keluar sebentar. Yunki masih menatap Reina beberapa saat, kembali meyakinkan diri apa itu tak masalah untuk Reina.

"Ayo, kita berangkat?" ajak Reina, menjawab keraguan dari Yunki.

"Baik, ayo!" Yunki segera bangkit seraya menggendong anak gadisnya.

"Yes!" Gina bersorak senang.

Ketiganya segera melaju menuju sebuah kafe di pusat kota. Kali ini Yunki yang mengendarai mobil. Nam libur, pula ia sudah lama tak berjalan-jalan. Ia ingin menikmati waktunya.

Saat ini mereka telah sampai di kawasan pertokoan di pusat kota. Yunki berjalan sambil menggendong Gina. Sementara Reina berjalan sedikit di belakang pria itu. Ia menatap punggung Yunki yang berjalan mendahuluinya. Entahlah tapi, seolah menjadi daya tarik baginya. Terlihat gagah ia ingat sang ayah. Meski ia lupa bagaimana masa kecilnya. Rasanya, Seojin tak jauh berbeda dari Yunki. Sangat menyayangi anak perempuannya.

Sementara tanpa di sadari Reina, Yunki sesekali melirik ke belakang. Memastikan gadis itu mengikutinya karena jalanan yang sedikit padat. Langkah pria itu terhenti, Reina berjalan mendekat.

"Ada sesuatu?" tanya Reina sedikit khawatir.

Yunki menggenggam tangan Reina dengan tangan kanannya. Kemudian kembali berjalan tanpa menghiraukan gadis yang kini sedang bingung. Reina berusaha melepaskan genggaman tangan Yunki. Namun, terlalu erat.

"Jangan berjalan terlalu jauh. Nanti kau tersesat," ujar pria dingin itu.

Reina mengalah, kini mereka berjalan layaknya keluarga bahagia saat ini. Gina tersenyum melihat ayah dan ibunya bergandeng tangan. Tanpa ia mengetahui yang terjadi sebenarnya.

Kemudian mereka masuk ke sebuah kedai yang menjual aneka eskrim. Yunki dan Gina memilih rasa eskrim yang mereka inginkan. Sementara Reina mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka bertiga. Ia memilih yang tak terlalu jauh dari pintu

"Gina mau rasa apa?" tanya Yoongi.

Gina sudah turun dari gendongan sang ayah. Ia memerhatikan lemari kaca tempat dimana banyak es krim dengan berbagai rasa, menjadi daya tariknya.

"Cokelat dan vanila," jawab anak itu sambil menatap Reina yang duduk cukup jauh dari tempatnya berdiri. "Ayah, Gina tanya ibu dulu."

Yunki mengangguk. "Jangan berlarim"

Gina berjalan tapi, seseorang tanpa sengaja menabrak Gina. Reina melihat itu segera berlari mendekati Gina. Gina jatuh terduduk.

Pria yang tadinya sibuk dengan ponselnya itu membantu Gina berdiri. "Gwenchana anak manis?" tanyanya diiringi senyuman manis.

"Iya, aku baik-baik saja Paman."

Reina mendekati Gina, menatap setiap sisi tubuh Gina karena cemas. "Tak apa-apa Gina?"

"Iya Ibu, Gina baik-baik saja," jawab Gina.

"Reina?" tanya pria itu, menatap Reina di hadapannya.

***